Part 3 | Beyond Expectations

2.7K 155 0
                                    

Warn! 18+!!

....

Pagi-pagi sekali Aphrodite sudah terbangun. Ini hari pertamanya bekerja sebagai pelayan pribadi wanita Tuan Muda.

Bahkan sebelum matahari terbit, ia sudah sibuk sendiri dengan persiapannya. Madam Gissel bilang, ia harus sudah rapih sebelum jam 6 pagi untuk membangunkan sang Nona.

Setelah mengurus kontrak kerja dengan segala peraturan yang di jelaskan Madam Gissel, Aphrodite dituntun menuju kamarnya di Paviliun Barat oleh seorang gadis bernama Tamara. Dia berusia 25 tahun, telah bekerja disini sejak dua tahun lalu. Beruntung, Tamara berada di bagian dapur, membantu koki untuk melengkapi bahan makanan. Tamara dapat melanjutkan pendidikannya berkat posisinya itu.

Aphrodite agak sedikit iri dengan Tamara. Semoga, Aphrodite juga bisa melanjutkan pendidikannya. Waktu 3 bulan pertama ini akan Aphrodite gunakan sebaik mungkin untuk menunjukkan kredibilitasnya. Semoga setelah ini ia diberi keringanan untuk dapat melanjutkan pendidikan seperti Tamara.

Mematut diri di depan cermin, senyum tipis tersungging di bibir merah muda Aphrodite. Bibir yang sering kali disalah artikan oleh guru memakai pewarna bibir selama disekolah.

Aphrodite mengenakan seragam pelayan berwarna hitam putih seperti yang pernah ia lihat dalam komik kerajaan, dengan panjang tepat selutut dengan kaos kaki putih dan sepatu Pantofel hitam. Rambutnya ia kepang dua, dengan kacamata guna menutupi sedikit aura yang ia punya. Marine sering kali mengingatkannya untuk memakai kacamata jika berada diluar. Orang-orang sering kali menatapnya intens saat ia melepas kacamata, hal itu membuatnya tak nyaman.

Namun, dengan kacamata tebal berbentuk bulat, ia merasa sedikit terbantu olehnya. Meski wajahnya ayu, mereka akan mengejeknya katro, apalagi dengan rambut kepang dua khasnya. Anak-anak kota memang seperti itu kata Marine.

Setelah siap, Aphrodite keluar kamar dan menemukan Tamara berada tepat di depan kamarnya, siap untuk mengetuk pintu.

"Ah, ku kira kau belum siap. Aku baru saja akan mengetuk pintu kamarmu. "

Aphrodite tersenyum tipis. Tamara di depan Aphrodite memiliki wajah manis dengan poni dan rambut di kuncir satu. Ada freckles di sekitar pipi gadis itu.

"Baru saja selesai, " balas singkat Aphrodite.

Tamara mengangguk. "Ayo, kita sarapan dulu sebelum aku mengantarmu menuju kamar Nona. "

Ada dapur khusus di Paviliun Barat, para pekerja akan memasak dan makan di sana, sebelum bergegas pergi ke bangunan utama untuk melaksanakan tugasnya.

...

Waktu makan mereka tidak lama, cukup 20 menit sebelum keduanya bergegas pergi menuju Bangunan Utama. Tamara masih setia berada di sisi Aphrodite, mengantar gadis itu menuju kamar yang akan menjadi tempat kerjanya.

"Lucy, saat sampai di sana kau jangan kaget, oke? Mungkin pemandangannya akan sangat membuatmu tak nyaman. Namun, tak perlu khawatir. Kau akan terbiasa seiring berjalannya waktu, " ujar Tamara memperingati.

Meski tak tahu hal apa yang akan membuatnya tak nyaman, Aphrodite dengan patuh mengangguk.

"Jangan beranjak sebelum Tuan Muda memberi perintah, atau Nona memintamu mengerjakan sesuatu. Tentu sebelum kau mengerjakan sesuatu yang diperintahkan Nona, kau harus meminta izin lebih dulu pada Tuan Muda. Madam Gissel sudah memberitahumu, kan? "

Aphrodite lagi-lagi mengangguk.

"Pekerjaanmu sebenarnya mudah, cukup diam sampai ada perintah, jangan bersuara sebelum Tuan meminta, jangan pernah penasaran dengan apapun yang kau lihat, dan diam dengan apa yang kau lihat. Dengan itu, kamu akan aman. "

How To Be A MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang