Part 9 | Desire

1.9K 112 1
                                    

"A.. Ah... Aduduh... " ringisan terdengar dari bibir sexy Khairos. Aphrodite menghentikan sejenak tangannya yang terulur untuk mengobati bibir pria itu.

"Diamlah, Tuan Muda. Ini akan berakhir sebentar lagi, " ujar Aphrodite menatap pria itu jengah. Pasalnya selama ia mengobati pria itu, tak terhitung berapa banyaknya ringisan yang keluar dari bibir luka pria itu.

"Sakit, Lucy~" Khairos menatap melas wajah perempuan didepannya. Matanya menatap lemah manik biru Aphrodite.

"Siapa suruh anda melawan Tuan Muda Max? Ini akibat dari ulah anda sendiri. Saya sudah memperingati anda, tadi. "

Mengabaikan ringisan pria itu, Aphrodite lanjut menerapkan obat merah di rahang Khairos yang membiru.

Khairos mendengus kesal. Dua puluh menit dirinya berada di kamar Sylvia dengan penuh keharmonisan, harus kandas begitu saja saat kakaknya datang dengan aura gelap disekitar.

Datang menghampiri dirinya sebelum tanpa aba-aba melayangkan pukulan di sekujur tubuhnya. Bahkan wajahnya tak terhindar dari pukulan brutal pria itu. Kini, ia harus merasakan kembali rasa sakit dari saudaranya itu.

"Dasar pria gila, " dengusnya kesal begitu mengingat kenangan beberapa saat lalu.

Aphrodite menghela napas panjang begitu selesai mengobati pria itu. Ia melangkah mundur, membereskan beberapa barang yang ia gunakan dan memasukkan kembali ke kotak pertolongan pertama yang ia pinta dari Tamara saat tak sengaja berpapasan di tangga.

"Jangan mengumpat, Tuan Muda. "

Khairos menoleh kearah Aphrodite berada, memperhatikan dengan lekat pelayan itu. "Sudah berapa lama kau menjadi pelayan Sylvia? "

"Belum lama. Terhitung baru tiga hari sejak saja bertemu beliau, " ujar Aphrodite tanpa menoleh kearah Khairos.

Pria itu mengangguk paham. "Ku lihat Sylvia agaknya sangat nyaman dengan kehadiranmu. Padahal dengan pelayan lainnya ia tak begitu seterbuka itu. "

Mengingat-ingat kenangan lampau, dimana yang ia tahu Sylvia tak semudah itu membuka diri dengan orang baru. Namun hal itu berbeda saat berhadapan dengan Aphrodite. Padahal jika ditilik lebih lanjut, pelayan sebelumnya lebih cekatan daripada Aphrodite.

"Benarkah? " Ada rasa tertarik dalam nada suara Aphrodite. Mengingat ini pertama kalinya ia melayani seseorang secara pribadi, tentu kesan seseorang yang ia layani tanpa sadar membuatnya gugup.

"Ya. Pelayan pribadinya lebih kompeten daripada kau. Namun ia lebih terbuka denganmu. Apa yang kau berikan padanya? "

Kerutan terbentuk di tengah alis Aphrodite, tak mengerti dengan benar arti kata-kata dari Khairos. "Saya tidak mengerti apa yang anda katakan. Namun, jika yang anda maksud adalah sebuah hal spesial, saya dapat menjawab jika saya tidak memiliki apapun untuk diberikan hingga Nona dapat begitu terbuka dengan saya. "

Khairos bergeming ditempatnya. Pikirannya tengah tidak berada di tempatnya. Pikiran rumit mengisi otaknya. Mengenal Sylvia bahkan sebelum perempuan itu terkenal mampu membuat Khairos tahu seluk-beluk Sylvia dengan baik, bahkan sifat terpendam miliknya.

Saat mendapati wajah tertarik Sylvia pada Aphrodite membuat Khairos mau tak mau memikirkannya. Hal apa yang dimiliki Aphrodite hingga mampu menarik perhatian Sylvia. Ia maupun Max bahkan tak mampu menarik minat Sylvia.

Khairos penasaran, dengan apa yang didapat dilihat Sylvia dari sosok Aphrodite.

"Kau tidak memiliki maksud terselubung dengan mendekati Sylvia, kan? " tatapan menyelidik dari Khairos mampu membuat Aphrodite gelisah.

Menghembuskan napas dalam, ia menghentikan sejenak aktivitasnya sebelum membalik tubuh. "Tuan Muda, apakah saya terlihat seperti seseorang yang dapat melakukan hal itu? "

How To Be A MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang