Part 11 | Sink

1.5K 84 6
                                    

Warn! R19+!

....

Aphrodite melangkah penuh semangat kearah ruang dimana Sylvia berada. Ia tak sabar berbagi berita menggembirakan ini. Harapan besarnya agar Sylvia menyambut suka cita berita ini sama sepertinya.

Saat membayangkan manik cokelat madu itu berbinar terang, menatap penuh antusias kearahnya sudah membuatnya mampu melupakan bayaran atas semua ini. Demi Sylvia, Aphrodite akan melakukan apapun.

Terkekeh pelan, ia akhirnya sampai didepan pintu ruang kamar Sylvia. Ia menatap dengan senyum lebar di bibirnya, mengabaikan keberadaan dua makhluk sejenis dengannya di sisi pintu.

Mengambil napas panjang, tangan Aphrodite terangkat, mengetuk pelan pintu di depannya.

“Masuk saja, Lucy. ”

Seakan tahu siapa yang mengetuk pintu, Sylvia menyebut nama Aphrodite tanpa hambatan. Senyum dibibir Aphrodite semakin lebar.

Membuka pintu pelan, ia melangkah riang kearah Sylvia berada. Wanita itu tengah berkutat dengan buku merah maroon, seperti apa yang dikatakannya saat mandi.

“Nona! Coba tebak, apa yang saya bawa saat ini? ” ujar Aphrodite bertanya sembari menyembunyikan kedua tangannya di belakang tubuh.

Sylvia menutup buku di tangannya. Menatap penuh selidik kearah Aphrodite. Matanya menilik intens tiap bagian tubuh Aphrodite, sebelum matanya terpaku pada kedua tangan yang tersembunyi dibalik tubuh pelayan mudanya itu.

Berfikir keras, Sylvia menikmati dirinya menebak hal apa yang tengah di bawa Aphrodite sampai gadis itu begitu ceria bertanya padanya.

“Cupcake? ”

Menggeleng, Aphrodite dengan lugas menolak tebakan Sylvia. “Tet-tot! ”

“Teh? ” Aphrodite kembali menggeleng dengan mata terpejam.

“Sepatu baru? ”

“Baju? ”

“Buah? ”

“Buku baru! ”

“Parfum? ”

Lagi-lagi jawaban Sylvia mendapat penolakan dari Aphrodite. Sedangkan gadis itu sendiri malah cekikikan melihat ekspresi Sylvia berubah keruh begitu tak menemukan jawaban.

Sampai akhirnya jawaban yang diajukan Sylvia mampu membuat Aphrodite melotot kaget.

“Undangan pernikahanmu? Kau ingin menikah? ”

“Nona! Bukan itu! ”

Kekesalan Aphrodite yang berujar dengan nada merajuk mampu membuat tawa menguar di bibir Sylvia.

“Aku mana pernah memikirkan itu. Aku masih dibawah umur, ” ujar Aphrodite cemberut.

Sylvia mengangguk dengan sebelah tangan menutup mulutnya yang tengah tertawa kecil, menertawakan sikap merajuk Aphrodite.

“Sudah-sudah. Aku menyerah. Jadi, apa yang kau bawa? ” Sylvia akhirnya menyerah begitu mendapati wajah Aphrodite semakin tertekuk.

Melupakan kekesalan, Aphrodite merubah mimik wajah kembali ceria. Ia dengan binar dimatanya menyodorkan kedua tangan kedepan Sylvia sebelum membukanya dengan wajah semakin bersinar.

“Tada! ”

Jika Aphrodite tengah tertawa ceria dengan tangan terjulur tanpa benda apapun di tangannya, Sylvia malah mengerutkan dahinya dalam.

Ia melirik kearah Aphrodite, sebelum berujar ragu, “Ini kosong, Lucy. ”

Aphrodite mengangguk tegas. Ia membuka matanya yang sedari tadi tertutup saking antusiasnya. “Memang tidak ada. ”

How To Be A MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang