BAB. 21

4.8K 434 127
                                    

Tiga hari setelah nya gracio benar-benar di buat putus asa pasal nya hingga saat ini dia masih belum menemukan keberadaan anak semata wayang nya ittu

Saat ini dirinya tengah termenung merutuki dirinya yang sudah keterlaluan pada zee tempo hari, benar apa yang di bilang Anin, seharusnya dia membiarkan zee mengeluarkan dahulu semua unek-unek nya, bukan malah dirinya menghakimi zee secara sepihak

Padahal dirinya sangat tau zee dulu seperti apa, tetapi gracio tidak mengetahui dengan pasti perasaan zee

Dan sudah tiga hari ini pun Anin meninggalkan gracio di rumah nya sendirian, Mirna selaku pengasuh zee pun turut kecewa dengan gracio, bisa-bisanya dia berlaku seperti itu pada zee

"Maafin papa sayang, papa bodoh, papa gak mikirin perasaan kamu" Gumam nya

"Seharusnya papa biarin kamu, tapi entah kenapa papa gak bisa liat kamu berbicara kasar seperti itu, apalagi pada mamah kamu" Bisa kalian simpul kan, niat gracio hanya ingin mendidik zee, namun caranya salah dengan dia membentak zee

Tok tok tok

"Siapa" Gumam gracio, tanpa berlama lama dia menghampiri ke depan

Pintu terbuka memperlihatkan Anin yang datang dengan sekantong plastik di tangan nya

"Kak" Ucap singkat gracio lalu dia memeluk Anin

"Maafin gue gak hiks" Tak bisa lagi ia tahan air matanya nya untuk tidak keluar

"Udah jangan nangis, nih makan dulu, gue tau lo dari kemarin belum makan" Ucap Anik seraya menyerah kan bawaan yang dia bawa tadi

"Temenin gue makan nya" Pinta gracio, Anin mengangguk, seperti nya Anin sudah bisa memaafkan gracio karena bagaimana pun kini dia hidup seorang diri, di tambah dengan keadaan gracio yang kacau

Tiga hari ia tak masuk kantor, badan nya sedikit mengurus, mata tajam nya kini berubah sayu, rambut yang klimis menjadi lepek

"Abis itu mandi, urusin badan lo, keadaan lo kacau banget" Titah Anin, gracio mengangguk patuh

Sementara itu zee tengah duduk di sebuah kursi yang berada di taman kota seoul seorang diri, hingga tak lama datang gavi dengan dua eskrim di tangan nya

"Nona muda jangan ngelamun terus nanti kerasukan setan" Celetuk gavi yang langsung duduk di sebelah zee

Zee tertawa mendengar celetukan Gavi"apaan sih om, mana ada setan di sini haha"ucap nya

"Udah jangan sedih-sedih sekarang, ni makan eskrim nya dulu" Ucap gavi seraya memberikan eskrim itu

"Makasi ya om, tapi bukan buat ini aja, makasi om udah selalu ada di saat aku sedih, om selalu ada di saat aku lemah makasi udah menjadi peran kedua seorang ayah buat aku" Ucap nya tulus

Gavi tersenyum mendengar ucapan zee"tapi nona muda, tuan gracio bakal marah loh sama saya kalo nona muda bilang kaya gitu"ucap nya di barengi ke kekehan

"Gak mungkin om, papa juga sekarang udah gak perduli sama aku" Mulut nya berucap seperti itu tetapi dia rasakan sedikit sesak di dadanya

"Jangan bilang kaya gitu nona muda, gak ada seorang ayah yang gak peduli sama anak gadis nya" Ucap Gavi

"Ada om, contohnya papa cio, dia lebih mentingin orang lain ketimbang aku" Gavi menarik dan membuang kasar nafas nya, oh ayolah zee selalu saja mempunyai jawaban untuk perkataan nya, apa ini yang namanya di dewasakan oleh keadaan

"Tapi om rasa, papa kamu itu mau ngajarin kamu deh, bukan nya ada maksud lain seperti yang nona muda maksud kan" Ucap Gavi

"Kalo dia mau ngajarin aku, kenapa harus bentak aku segala, selama belasan tahun aku hidup sama oma opa, tapi gak bisa di pungkiri juga papah emang berperan penting bagi aku, entah itu dari Finansial ataupun ekonomi aku" Zee menjeda  ucapan nya dia menarik nafas perlahan

REQUIRED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang