17

626 55 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Jeno memandang isi chat itu dengan sendu, tangannya mengelus pelan layar ponsel dan dengan pelan berbisik

"good night too sayang...."

Mungkin, mungkin saja dia ingin berharap Karina di seberang sana bisa merasakan kalau dia juga masih cinta, kalau dia pun ingin kembali bersama, tapi Jeno hanyalah seorang anak laki-laki biasa. Jeno tak kuasa untuk menolak apalagi membantah, ini semua pun untuk kebaikan gadis itu.

Jeno sudah pikirkan semua, tentang keikhlasannya dan tentang takdir mereka yang tidak menyatu. Sebanyak apapun dia melawan, nyatanya jalan satu-satunya memang hanya berpisah.

"Adek, kamu udah tidur ya nak?"

pintu kamar yang diketuk dan suara khas ibunya mengalihkan atensi Jeno. Pemuda 17 tahun itu segera bangun dari posisi nya dan menuju pintu untuk mempersilahkan wanita yang melahirkannya itu untuk masuk.

Wajah kuyu dan penuh dengan bekas luka itu menyambutnya, tersenyum hangat seolah tak ada yang terjadi padahal Jeno tau ibunya itu baru saja harus kembali merasakan sakit akibat perbuatan laki-laki yang dipanggilnya ayah.

Jeno paksakan untuk balas tersenyum, mengusap bekas air mata di pipi ibunya dan membawanya masuk ke dalam kamarnya, dia tak ingin bertanya dan memilih pura-pura tidak tau saja toh kalaupun dia bertanya ibunya itu selalu punya sejuta alasan untuk berbohong.

"adek kok belum tidur, besok sekolah kan?"

"abis belajar Bu"

"ya ampun rajinnya anak Ibu" rambut Jeno dielus dengan sayang.

Sekuat tenaga Jeno menahan diri untuk tak menangis, wanita ini terlalu baik dan terlalu lembut untuk disakiti, namun kenapa ayah bejatnya itu tidak bisa merasakannya?

Berkali-kali Jeno memohon agar mereka pergi saja, mencari tempat baru dimanapun itu asal tak dekat dengan laki-laki itu, tapi ibunya ini tak pernah mau mendengar dan memilih tetap bertahan meski luka batin dan fisik terus didapatnya.

Cinta, alasan yang terus disebut ibunya. Jeno ingin marah dan memaki namun sekuat apapun dia melawan, ayahnya selalu bisa membuatnya diam. Ibunya pun tak pernah minta tolong, setiap ayahnya pulang pintu kamar Jeno akan dikunci dari luar agar menghalanginya untuk melihat apalagi membela ibunya saat akan disakiti.

4WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang