40

615 51 6
                                    

Begitu Haechan membuka pintu rumah, pemandangan adiknya Winter dengan sahabatnya Jaemin yang berlutut di depan kedua orang tuanya yang duduk di sofa lah yang menyambutnya.

Entah kenapa kekhawatiran yang ia rasakan beberapa saat lalu sedikit menguap, setidaknya dia tau kalau adiknya tidak menghadapi semua itu sendirian, dan sejujurnya dia cukup merasa bangga melihat sahabatnya itu mau bertanggung jawab dan tidak melarikan diri.

"Uhuuuuyyy lagi pada kenape nih? Kok nggak ngajak-ngajak" berusaha mencairkan suasana, suara Haechan mengagetkan keempat orang itu.

Winter melirik tajam pada Haechan yang malah dengan santainya bergabung duduk bersama Mama dan papa nya

"Jujur sama mama Chan, kamu tau kan tentang masalah adik kamu ini?"

Haechan mengangguk "tau, Haechan malah udah bikin dia babak belur duluan Mah"

Mama menatap anak laki-lakinya itu dengan melotot

"Jadi kemarin kamu di skors gara-gara ini?"

Sekali lagi Haechan mengangguk "yups! Tapi anak kesayangan mama itu malah balik mukulin Haechan"

Kini mamahnya balik melotot pada Winter

'ah anjir Cepu banget dah'

"maksud Winter tuh mau nyelamatin Bang Haechan aja Mah, kalau nanti Jaemin nya mati terus orang tuanya nuntut gimana? Mamah juga yang repot kan kalau Bang Haechan masuk penjara"

"hmmm masuk akal" papah mengangguk-angguk santai namun langsung kicep saat mamah sudah menatapnya tajam. Winter yang semula tersenyum senang saat papah memihaknya kembali menunduk takut

"Jadi nak Jaemin, bagaimana pertanggungjawaban kamu dengan masalah ini? Tante sama om jelas nggak terima ya anak gadis kami dilecehkan kayak gitu"

"hampir doang kok Mah" sambar Giselle yang langsung mendapat pelototan maut Mamah

"kok kamu terus sih yang jawab dari tadi dek? Juru bicara dia kamu? Apa dia nggak punya mulut buat ngomong sendiri?"

Diam-diam Jaemin memegang tangan Winter dan menenangkan kekasihnya itu

"Maaf om, maaf Tante, pembelaan yang bisa saya katakan cuma bener-bener hal itu kejadian karena saya nggak sadar, selainnya saya emang salah karena nggak bisa nahan diri"

Jaemin semakin menundukkan kepalanya membuat Winter jadi merasa sedih dan Haechan yang lagi-lagi kembali mengagumi temannya itu

"kalau gitu, berarti kamu siap kan menanggung semua konsekuensinya?"

"siap Tante, apapun itu saya akan terima dengan ikhlas, apapun yang bisa menebus kesalahan saya"

Winter jadi makin tak tega, padahal itu bukan sepenuhnya salah Jaemin, jelas malam itu terjadi karena dia dipengaruhi alkohol dan sebenarnya jadi korban dari orang-orang tidak bertanggung jawab juga. Lagipula sudah dua tahun dan yang tersisa dari kejadian itu hanya rasa was-was Winter pada laki-laki dan selebihnya dia sudah lupa.

"Winter juga salah Mah, harusnya malem itu Winter nggak maksain diri ngikutin Haechan ke pesta temen-temennya, mungkin semua nggak akan kejadian kalau Winter nggak dateng"

Semua bermula saat malam itu Winter kekeuh minta ikut saat abangnya Haechan akan pergi ke pesta ulang tahun temannya, sudah dilarang namun Winter memaksa dan berakhir dia yang harus mengikuti semua larangan Haechan kalau mau ikut. Salah satunya Haechan melarang gadis itu untuk bicara pada siapapun selain dia dan teman-teman dekatnya. Ada Jaemin, Jeno, Renjun dan Eric malam itu, selainnya hanya teman-teman Haechan yang ia kenal sebagai anak sekolah lain.

4WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang