45

603 60 10
                                    

Soobin benar-benar khawatir, semua chat dan telponnya tak ada satupun yang mendapat balasan, jadi satu-satunya cara untuk menemukannya hanyalah dengan mencari tau sendiri dimana alamatnya.

Winter sahabat baik Giselle tentu akan tau dimana alamatnya kan?

"kok nanyain alamatnya Gigi, bukannya Gigi ada di sekolah ya?" pertanyaan Soobin dibalas pertanyaan lagi, tentu saja Winter akan merasa bingung dengannya

"nanti gue ceritain, tapi buat sekarang please kasih tau gue dulu dimana alamat dia"

meski masih bingung tapi Winter tetap menyebutkan alamat Giselle yang dia tau dari orangnya langsung

"tapi Giselle baik-baik aja kan?" Tanya gadis itu memastikan lagi

"dia baik-baik aja lo ga usah khawatir, thanks ya Win" tanpa basa-basi lagi Soobin segera meninggalkan Winter yang Masih ditempatnya, berlari cepat menuju gerbang sekolah.

Tanpa kesulitan Soobin bisa dengan mudah mendapat izin untuk pulang lebih awal hanya bermodalkan wajah melas dan tampang pura-pura sakit, mana ada satu orangpun guru yang akan mengira dia berbohong karena citra nya yang terkenal baik dan berprestasi serta posisi nya yang seorang anggota osis, maka surat izin pulang dengan cepat ada ditangannya dan dia bisa langsung keluar dengan mudah.

Dan disinilah dia sekarang, di depan sebuah bangunan apartment yang harusnya tempat Giselle tinggal. Namun sayang, orang luar tak diperbolehkan masuk tanpa akses dan satpam penjaga apartment ini cukup sulit untuk Soobin ajak komunikasi, akhirnya terpaksa dia harus menunggu sampai Giselle keluar sendiri.

30 menit sudah berlalu, tapi orang yang dia tunggu-tunggu tak nampak juga, beberapa orang yang keluar masuk dari gedung ini pun sudah dia tanyai siapa tau ada yang mengenal gadis itu namun semua menggeleng dan tak mengacuhkannya.

Sementara itu di seberang sana ada Jihoon yang masih menahan sakit di tulang pipi dan sudut bibirnya yang lebam, hasil buah tangan dari orang yang sudah dia anggap teman baik. Orang yang selama ini paling bisa dia andalkan dalam kepengurusan osis, namun semua buyar hanya karena seorang perempuan.

Jihoon akui ini memang salahnya, semua tak akan terjadi andai saja dia bisa menahan mulutnya dan tak melontarkan kata-kata yang bahkan tak pernah dia pikirkan selama ini.

Giselle itu gadis yang baik dan Jihoon akui dia juga cantik, gadis itu pun cukup kalem dan tak neko-neko, bohong kalau dia bilang dia tidak pernah menaruh rasa. Pernah terbersit di kepalanya, apa dia memilih gadis ini saja? namun dia tak bisa mendua, ada hati lain yang harus dia jaga dan ada janji yang harus dia tepati.

Masa depan sudah ada di depan mata dan dia tak bisa korbankan semua rencana yang sudah dia susun dengan baik hanya karena perasaan sesaat yang bahkan tak akan punya jalan untuk bersatu.

"liat deh, ibu baru aja kirim foto-foto rumah yang bisa kita pilih buat tempat tinggal kita nanti"

"Masih ada satu tahun lagi, bilang ke ibu untuk tidak terus-terusan mengirimnya" Jihoon bahkan tak menoleh sedikitpun pada gambar yang ditunjuk gadis di sampingnya itu

"sebentar lagi kita ujian dan satu semester akan berakhir, tinggal tersisa tiga semester dan kita bakal pindah, itu gak akan lama lagi"

"tau, tapi masih terlalu awal untuk mikirin rumah"

Sullyoon terdiam

"apa ini masih tentang Giselle?"

secara refleks Jihoon menoleh "kenapa bawa-bawa dia?"

"terus siapa lagi? satu-satunya perempuan yang bisa bikin kamu goyah dan pengen semua ini selesai kan cuma dia"

"lo ngomongin apa sih?"

4WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang