Bab 3

231 59 4
                                    

Budayakan vote sebelum baca kawan semua🤗🤗🤗

𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨

👑👑👑

𝘉𝘳𝘢𝘬

Tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari sping Aisyah. Ternyata seorang laki-laki duduk di sebelah Aisyah dengan menyenderkan badan ke belakang. Tidak lupa napasnya yang tergesa-gesa seperti dikejar hantu.

Aisyah menolehkan kepalanya. Melihat penampilan seorang laki-laki yang memakai hoodie hitam, masker hitam, celana hitam, dan kepala hoodie yang dipakai untuk menutupi kepalanya.

"Nih biar gak haus," ucap Aisyah dengan memberikan sebotol air minum yang sempat dibeli waktu istirahat terakhir.

Tolong menolong. Itulah ajaran dari sang ibu agar selalu menolong dalam kesusahan. Bukan berarti orang yang kesusahan saat ujian boleh ditolong. Itu beda. Tolong menolong disini dalam hal kebaikan.

Lelaki itu mengambil botol air itu setelah mengamati tutup botol yang masih tersegel. Dia membuka penutup botol itu.

"Eitss.... Baca basmallah dulu!" cegah Aisyah saat melihat lelaki itu akan meminum air tanpa berdoa.

Anggukkan kepala diberikan laki-laki itu kepada Aisyah. Lelaki itu memejamkan matanya sebentar. Membuka matanya kembali dan meminun air itu hingga tandas. Haus banget dia, batin Aisyah.

Membuang botolnya ke tempat sampah terdekat dan kembali menyandarkan diri ke belakang.

"Si-"

Tin

Tin

Perkataan Aisyah terpotong oleh suara klakson mobil yang berhenti di depan halte sekolah. Mereka berdua sontak menoleh melihat seorang lelaki paruh baya yang membuka kaca mobil.

"Ai!" ternyata Abi Adam yang datang untuk menjemput Aisyah.

"Bentar, Abi!"

Aisyah mengecek barang-barang yang dibawanya agar tidak tertinggal di halte depan sekolah. Bangkit berdiri setelah dirasa aman. Berjalan pergi meninggalkan halte untuk menuju mobil. Membuka kursi samping pengemudi dan masuk ke dalamnya.

"Assalamu'alaikum, Abi," ucap Aisyah setelah mendudukkan diri di dalam mobil. Tak lupa mencium punggung tangan sang ayah.

"Wa'alaikumussalam,"

"Ada yang mau Abi bicarakan. Jadi kita langsung pulang, ya?" Abi menolehkan kepalanya untuk melihat respon anaknya setelah menyapukan pandangan untuk melihat kendaraan yang berlalu lalang.

Aisyah menganggukkan kepala sebagai balasan pertanyaan Abi Adam. Setelah dirasa kondisi jalanan aman, Abi Adam menjalankan mobilnya menuju ke rumah.

Terlihat mobil yang ditumpangi Aisyah dan ayahnya melaju perlahan meninggalkan halte depan sekolah. Tanpa disadari, lelaki yang berada di halte itu masih ada di sana. Melihat interaksi antara ayah dan anak.

Drrttt

Drrttt

Getaran handphone terasa di saku hoodie lelaki itu. Mengambil ponselnya untuk menerima panggilan suara tanpa melihat siapa nama penelepon.

"Gue serahin ke lo!"

Memutuskan panggilan teleponnya dan memasukkan ponselnya kembali ke saku. Pandangannya ia arahkan sebentar ke arah botol air yang berada di tempat sampah. Menatap botol itu untuk beberapa detik. Ia kemudian bangkit berdiri dan pergi meninggalkan halte. Entah kemana lelaki itu akan pergi setelah menerima panggilan.

👑👑👑

"ASSALAMU'ALAIKUM, UMI!" teriak Aisyah setelah membuka pintu rumahnya.

"Wa'alaikumussalam. Gak usah teriak-teriak, Ai!" peringat umi yang dibalas cengiran oleh Aisyah.

"Ai, kamu bersih-bersih dan sholat dulu! Habis itu kita makan," perintah Abi Adam saat sampai dihadapan mereka berdua.

"Siap, Abi!" balas Aisyah dengan gerak hormat.

Aisyah segera berjalan menuju ke kamarnya. Sedangkan Umi Farah kembali menata meja makan dan Abi Adam masuk ke kamar untuk membersihkan diri.

Sekarang mereka berkumpul di ruang tengah setelah makan malam bersama. Abi Adam dan Umi Farah duduk berdua di sofa yang panjang. Sedangkan Aisyah memilih duduk di single sofa dengan toples cemilan berada di pangkuannya.

"Abi dipindah keluar kota selama 1 bulan untuk pekerjaan. Tapi itu bisa berubah waktunya tergantung pekerjaannya," ucap Abi Adam memberitahu tujuan mereka berkumpul.

"Kamu bakal Abi titipin ke pesantren punya temen Abi, Ai," tambah Abi Adam yang membuat Aisyah kaget.

"Abi, aku gak mau!" tolak Aisyah langsung dengan gelengan kepala. Tangan yang masih berada di dalam toples saat menolak.

"Abi tetap akan menitipkan kamu, Ai. Umi ikut sama Abi. Kita di sini juga gak ada saudara. Mereka tinggal di luar kota," ucap Abi Adam mutlak.

"Aku ikut Abi aja, gimana?" tanya Aisyah dengan raut berharap. Tangannya sudah ia keluarkan dari toples.

"Gak bisa, Ai. Kamu sebentar lagi harus ujian sekolah. Kamu masih tetap bisa bersekolah di sekolah yang sekarang. Gak harus sekolah di pesantren. Abi sudah bilang ke temen Abi selaku pemilik pesantren," jelas Abi Adam agar anaknya mau dititipkan ke pesantren.

Aisyah rasanya ingin menangis. Harus pisah dengan orang tuanya. Walau hanya 1 bulan untuk urusan pekerjaan. Atau seperti kata Abi Adam, bisa kurang atau lebih. Tetapi mengingat sang ayah yang melakukan perjalanan keluar kota demi menafkahi keluarga, akhirnya ia harus bisa menerimanya.

"Baik, Abi," setuju Aisyah dengan tersenyum.

Kedua orang tua Aisyah tersenyum mendengar anak mereka mau dititipkan ke pesantren. Mereka berdua merasa tidak perlu khawatir lagi dengan keadaan Aisyah.

"Kalau begitu kamu istirahat sekarang. Akhir pekan kita berangkat ke pesantren," jelas Abi Adam yang langsung diangguki oleh Aisyah.

Aisyah bangkit dari sofa dan meletakkan toples cemilan ke meja. Berjalan pergi menuju kamarnya setelah mengucapkan selamat malam kepada kedua orang tuanya.

Aisyah melakukan ritual sebelum tidur terlebih dahulu. Seperti gosok gigi, wudhu dan membersihkan tempat tidur. Setelah selesai semua ritualnya, dia berbaring di kasur. Berdoa lalu memejamkan mata menuju alam mimpi.

👑👑👑

Jangan lupa masukkin ke perpus, vote, komen, dan follow akun ini juga biar gak ketinggalan update terbaru dari cerita ini & cerita lain yang akan publish

See u next part🥰🥰🥰

Badboy & Badgirl Pesantren (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang