Bab 16

75 26 0
                                    

Budayakan vote sebelum baca kawan semua🤗🤗🤗

𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨

👑👑👑

Tak terasa hari berjalan begitu cepat. Sekarang adalah hari Sabtu, hari yang sudah disepakati untuk diadakannya pertemuan antara Queen Kece dan Cross King. Pertemuan untuk membahas langkah selanjutnya dalam menyelidiki kasus satu tahun yang lalu. Kasus kecelakaan yang berada di Pesantren Al-Kahfi.

Hari Sabtu juga hari di mana sekolah tempat mereka menempuh pendidikan libur. Itu salah satu alasan kenapa hari Sabtu dipilih sebagai hari mereka mengadakan pertemuan. Selain karena tidak mengganggu sekolah dan libur, kondisi jalan yang ramai juga membuat mereka tidak nampak mencolok saat melakukan pertemuan.

Aisyah memasukkan barang-barang yang akan dia perlukan selama menginap di rumah Kiran ke dalam tas gendongnya. Ia duduk di kasurnya seraya mengirim pesan kepada May jika ia sudah siap. Setelah sholat Dzuhur berjamaah di masjid, ia datang ke rumah Pak Kyai untuk meminta izin menginap di tempat sahabatnya yang tinggalnya tidak begitu jauh dari Pesantren Al-Kahfi. Oleh karena itu setelah Aisyah mendapat izin dari Pak Kyai, ia segera kembali ke kamar asramanya untuk menyiapkan barang-barang dan mengabari sahabatnya.

Aisyah menyenderkan badannya ke kepala ranjang seraya memainkan ponselnya setelah mendapat kabar jika May dan Gesya masih dalam perjalanan menuju pesantren. Ia dan sahabatnya berencana berangkat siang ini agar mereka bisa berangkat bersama saat malam nanti.

"Loh, Syah! Mau kemana bawa tas?" Lila yang baru masuk ke kamar asrama kaget saat melihat tas yang berada di atas kasur tempat tidur Aisyah.

"Mau nginep tempat sahabat gue, La," jawab Aisyah seraya menoleh ke arah Lila. Ia melihat Lila yang membawa mukenah dan sajadah berjalan ke arah lemari samping kasurnya.

"Baru selesai sholat, La?" Aisyah bertanya untuk berbasa basi agar tidak canggung.

"Iya. Tadi tadarus bentar di masjid sama yang lain. Jadi baru sekarang baliknya," jawab Lila membalikkan badannya untuk menatap ke arah Aisyah setelah menutup lemari.

"Mau cabut lo? Udah gak betah di sini? Iya sih gue tau, orang yang gak pernah tinggal di pondok pasti gak sampai seminggu udah mau keluar aja," ucap Stella saat memasuki kamar asrama dan melihat tas gendong Aisyah.

"Muncul nih nenek-nenek tukang marah," balas Aisyah seraya memutar kedua bola matanya mendengar pertanyaan yang tidak bermanfaat dari Stella. Belum tau apa yang sebenarnya terjadi, sudah menyimpulkan sendiri.

"Heh! Gue bukan nenek-nenek, ya! Gue masih muda. Umur kita gak jauh beda," ucap Stella seraya melangkahkan kakinya menuju Aisyah. Jari telunjuk Stella menunjuk tepat ke arah wajah Aisyah setelah ia sampai di samping ranjang Aisyah.

Aisyah yang melihat Stella menunjuk-nunjuk dirinya, hanya mengangkat salah satu alisnya dengan tampang wajah yang biasa. Lila yang melihatnya merasa was-was. Lila berharap mereka tidak sampai bertengkar seperti di sinetron yang pernah ia tonton saat mereka diperbolehkan menonton televisi atau memainkan ponsel mereka.

"Oh gak beda jauh," ucap Aisyah santai seraya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Stella yang melihatnya merasa kesal.

"Lo gak percaya?" tanya Stella dengan raut wajah kesalnya yang tidak ia tutupi.

"Iya. Muka lo keliatan tua soalnya. Beda sama gue yang masih baby face gini," jawab Aisyah seraya menunjukkan wajah yang ia buat imut. Kedua telapak tangannya ia letakkan di bawah dagu. Ia juga memejamkan matanya dan menunjukkan senyum yang ia buat semanis mungkin agar menambah kesan imut seperti yang ia ucapkan.

"Jijik gue liat lo begitu," Stella mendorong wajah Aisyah sampai sang empu terdorong ke belakang tapi tidak sampai terbentur kepla ranjang. Karena Aisyah dengan refleks yang bagus, menyangga badannya dengan kedua tangan.

"HEH! Biasa aja dong! Gak usah dorong-dorong!" protes Aisyah setelah menegakkan kembali badannya seperti posisi semula. Ia melihat Stella berdiri dengan bersedekap dada dan menunjukkan wajah angkuhnya.

"Lo yang harusnya biasa aja. Muka pas-pasan gitu, bilang baby face. Ngimpi!" balas Stella saat Aisyah sudah kembali ke posisi awalnya.

"Syirik lo pasti! Iri kan lo karna wajah lo gak kayak wajah gue," ucap Aisyah seraya menunjuk ke arah Stella.

"Gue? Iri? Sorry ya, gue gak iri sama lo! Yang ada lo yang iri karna wajah gue. Makanya lo ngomong baby face baby face kayak gitu," Stella menunjuk dirinya kemudian menunjuk Aisyah saat mengatakan hal itu.

"Ngapain gue iri. Yang ada gue bersyukur gak punya wajah kayak lo," balas Aisyah seraya bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan mendekati Stella. Menyisakan tiga langkah kaki untuk ruang di antara mereka berdua.

Keduanya menatap sengit satu sama lain. Tidak ada yang mau mengalah antara keduanya. Lila yang masih di sana, berdiri diam di depan lemari samping tempat tidurnya. Merasakan hawa-hawa permusuhan yang amat kentara, Lila segera berjalan mendekati mereka berdua. Mencoba melerai pertikaian di antara keduanya.

"Kalian jangan bertengkar, ya! Kalian sama-sama cantik kok. Gak ada yang jelek," Lila berada di tengah-tengah keduanya dan mencoba melerai dengan ucapan. Kedua tangannya ia letakkan di salah satu bahu Aisyah dan Stella. Tangan kanan di bahu kiri Aisyah dan tangan kiri di bahu kanan Stella.

"Inget! Kita gak boleh bermusuhan sesama muslim jika itu bukan hal yang dilarang agama!" peringat Lila agar mereka mengurangi hawa permusuhan yang masih ada.

Aisyah dan Stella perlahan-perlahan mulai meredupkan aura permusuhan mereka. Tubuh mereka pun mundur beberapa langkah untuk menjauh. Lila yang melihatnya mulai bernapas lega.

"Stella, bukannya kamu ada jadwal buat latihan persiapan lomba?" tanya Lila seraya menghadap ke arah Stella. Ia bertanya demikian agar Stella segera teralihkan dengan hal lain.

"Gue lupa. Gue ke Kak Anne dulu buat latihan, La," Stella menepuk dahinya saat mengingat hal itu. Ia segera membalikkan badan untuk pergi latihan dengan Anne. Sebelum berbalik, ia sempatkan untuk menatap sinis Aisyah. Yang dibalas dengan tatapan sinis kembali dari sang empu.

"Kamu juga katanya mau nginep tempat sahabat kamu, Syah?" Lila membalikkan badannya ke arah Aisyah setelah Stella benar-benar keluar dari kamar asrama.

"Oh,iya. Bentar gue cek ponsel gue," Aisyah segera mendekat ke kasurnya untuk mengambil ponselnya. Ia membuka pesan yang ternyata sudah masuk sekitar lima menit yang lalu. Adu mulutnya dengan Stella ternyata membuatnya tidak menyadari notifikasi dari ponselnya. Ia terlalu fokus dengan adu mulut tadi.

Pesan masuk yang Aisyah terima ternyata dari May. May memberitahunya jika ia dan Gesya sudah tiba di depan pesantren dan menunggu Aisyah di depan gerbang masuk. Ia segera membalasnya untuk menunggunya sebentar.

Aisyah memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang kecil yang ia letakkan di depan dan menggendong tas satunya di belakang. Membereskan kasurnya terlebih dahulu agar rapi sebelum ia tinggal. Melihat meja kecil samping kasurnya untuk memastikan tidak ada charge ponselnya yang tertinggal. Membenarkan tas gendongnya seraya membalikkan badan menghadap Lila.

"Gue pergi dulu, La! Sahabat gue udah nunggu di depan ternyata," ucap Aisyah saat dirinya menatap ke arah Lila.

"Hati-hati, Syah!" balas Lila seraya tersenyum setelah menganggukkan kepalanya sekali.

Aisyah segera keluar dari kamar asrama untuk menuju ke depan pesantren. Sesampainya di luar kamar asrama, Aisyah segera berlari agar sampai di depan gerbang. Memegang erat lengan tas gendongnya agar tidak terjatuh. Lila segera melunturkan senyumnya setelah melihat Aisyah sudah pergi keluar kamar. Ia berdiri diam dengan wajah datarnya sebelum berjalan ke arah pintu kamar asrama untuk menutupnya.

👑👑👑

Jangan bosen sama ceritanya🥰

See u next part

Badboy & Badgirl Pesantren (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang