Part 7

106 20 1
                                    

"kau keberatan jika harus lembur terus?"

Pertanyaan mingyu membuat y/n menghentikan kegiatan makan nya, ia menunduk menimang-nimang apa yang harus ia katakan. Berkata jujur mungkin harus tapi ia juga tidak enak pada mingyu. Mingyu memang membuat nya lebih bekerja ekstra tapi bayaran yang ia dapat juga tidak sedikit tentu nya.

"Kenapa malah diam? Kau pikir aku cape-cape bertanya untuk melihat mu diam seperti itu?"

"Tidak bukan begitu Presdir, aku tidak enak jika harus menolak dan memilih pulang lebih awal."

"Mulai hari ini kau tidak perlu menunggu aku untuk pulang."

Y/n melihat wajah mingyu yang bersungguh-sungguh, tidak tau kenapa senyum manis tergambar pada y/n.

"Apa Jun berbicara sesuatu pada Presdir?"

"Jun tidak berbicara apapun tapi sikap nya sedikit tidak mengenakan saat tau kau harus lembur."

Mingyu menyimpan sendok nya lalu menyeka mulut nya untuk memastikan tidak ada kotoran di sekitar wajah tampan nya itu.

"Aku rasa ia tertarik pada mu y/n."

Setelah mengatakan itu Mingyu beranjak dan y/n yang mendengar itu pun hanya tertawa.

"Aku? Apa bagusnya aku? Aku bahkan tidak pernah berkencan selama aku hidup."

Mingyu membalikan badan nya lalu menatap datar y/n yang masih tertawa itu.

"Kau pikir aku bercanda?"

Setelah itu y/n menghentikan tawa nya, ia dengan segera membereskan bekas mereka makan saat melihat perubahan ekspresi mingyu yang dingin itu.

"Terimakasih untuk makan siang nya Presdir."

Y/n langsung bergegas pergi meninggalkan ruangan mingyu. Namun langkah nya kembali terhenti saat melihat Jun ada di balik pintu ruangan mingyu.

"Tak ingin makan bersamaku dan memilih Presdir hem?"

Y/n mengerjapkan matanya beberapa kali, ia bingung harus menjawab apa dan ia merasa tak enak pada Jun yang lebih dulu mengajak nya makan siang bersama tadi. Jun yang melihat ekspresi y/n hanya tersenyum, Jun yang melihat y/n membawa nampan pun berinisiatif mengambil alih.

"Biar aku saja."

"Ah tida-tidak aku saja Jun."

"Ehey kau mau menolak ku lagi?"

Y/n menarik kembali lengan nya saat Jun berkata seperti itu.

"Jangan tolak aku terus, itu sedikit membuat ku sakit hati tau."

Setelah mengatakan itu Jun berlalu dari pandangan y/n, y/n hanya melihat Jun yang semakin jauh itu.

"Terimakasih jun-ah."

____________________________________

Beberapa minggu ini matahari begitu terik, siapapun orang dengan cepat menghindari nya mencari tempat teduh untuk berlindung. Tidak terkecuali dengan y/n, pagi ini ia begitu terlihat lesu. Sesekali gadis itu menyeka keringat di wajah nya, bus yang ia tunggu tidak kunjung datang juga padahal sudah lewat sepuluh menit dari waktu seharusnya bus itu tiba.

"Jika aku terlambat aku tidak enak dengan Presdir, kemarin dia mengijinkan ku pulang lebih cepat."

Gumam nya sambil terus melihat jam tangan yang melingkar di lengan nya. Dengan ragu y/n menatap ke atas langit yang begitu biru pagi ini. Padahal masih jam 8 pagi namun panas nya sedikit menyengat.

"Apa aku harus berlari untuk sampai kantor?"

"Tapi jarak nya masih jauh."

Y/n bergerak gusar menimang-nimang apa yang harus ia lakukan.

Namun kemudian sebuah mobil hitam berhenti di depan nya, kaca mobil itu lalu terbuka dan menampilkan wajah mingyu yang di hiasi kaca mata hitam. Mingyu benar-benar tampan hari ini.

"Kau mau terlambat?"

"Masuk!"

Mendengar titah mingyu, dengan segera y/n masuk kedalam mobil mingyu. Aroma segar tercium di dalam nya, membuat y/n sedikit malu dan mencium aroma tubuh nya. Memastikan jika ia tidak bau dan mencemari wangi mobil mingyu ini.

"Aman."

Ucap y/n sambil tersenyum, mingyu menoleh ke arah y/n sambil menurun kan sedikit kaca mata nya.

"Apa yang aman?"

Y/n menggeleng sambil tersenyum, mingyu yang merasa aneh dengan tingkah y/n hanya menggelengkan kepalanya. Setelah itu mobil mingyu pun melesat membelah jalanan yang ramai kala itu. Suasana di dalam mobil di selimuti keheningan namun sesekali mingyu bersenandung.

Y/n tertegun melihat wajah mingyu dari samping, sangat teduh dan tenang. Tak akan ada orang yang bisa menyangkal bahwa mingyu adalah orang yang sangat tampan, jika mingyu tidak bersikap dingin dan arogan mungkin Mingyu akan sangat sempurna.

"Tuhan itu hebat bukan Presdir?"

Mingyu sebentar menoleh ke y/n lalu kembali fokus ke arah depan.

"Maksudmu?"

Tangan y/n bergerak menyentuh udara di depan nya, menggambarkan bagaimana wajah mingyu tergambar sambil tersenyum.

"Dia menciptakan mu dengan bentuk yang sangat baik, bahkan kau hampir tidak punya cacat sedikitpun."

Mingyu yang menyadari maksud perkataan y/n tiba-tiba menghentikan mobil nya di tengah jalan. Mingyu beralih menatap y/n yang masih tersenyum itu, ia meraih tangan y/n lalu menarik gadis itu untuk mendekat.

Deru nafas keduanya saling bertemu karena jarak mereka yang sangat dekat, y/n hanya membulatkan mata nya sedangkan mingyu terus mengikis jarak mereka.

Selanjutnya kedua bibir mereka pun bertemu, saling bersentuhan menyalurkan kehangatan. Pagi yang cerah itu menjadi saksi keduanya di tengah-tengah jalan raya yang sedikit tersendat karena mingyu yang menghentikan mobil nya itu.

"Cacat ku adalah aku bisa berbuat apapun yang aku mau termasuk melukai hati mu."

Ucap Mingyu saat melepaskan tautan mereka, ia kembali membawa mobil nya pergi dari sana. Mengabaikan y/n yang masih mematung di tempatnya. Ia sedang berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi tadi.






























Tbc.

Crushed Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang