Part 4

128 21 2
                                    

Sudah pukul dua siang namun tidak ada telepon masuk atau Mingyu sendiri yang menemui nya. Tidak seperti biasanya ia yang terus mengganggu y/n dengan berbagai macam hal.

"Dia marah padaku? Apa jangan-jangan aku sudah di pecat?"

Y/n yang tak ingin mencari pekerjaan lain pun berinisiatif membuat jus kesukaan Mingyu, jus yang isi nya hanya ada sayuran hijau.

"Semoga dia berbaik hati pada ku."

Y/n dengan ragu membuka pintu ruangan, namun ia malah mendapati Mingyu yang sedang tertidur di sofa panjang nya itu. Wajah nya begitu tenang saat tertidur, helaian rambut rapih dan wajah yang terkena sinar matahari itu membuat tenang hati y/n yang tadi nya gusar. Namun y/n tersadar sesuatu, wajah nya itu lebih putih dari biasanya. Ah maksudnya terlihat sedikit pucat .

"Presdir kau sakit?"

Tidak ada jawaban, y/n menyimpan gelas berisi jus di meja mingyu lalu berjalan ke arah sofa untuk memastikan.

"Dia benar-benar pucat."

Tangan y/n dengan ragu mengecek suhu tubuh mingyu dengan menempelkan telapak tangan nya di dahi mingyu .

"Apa? Kau demam mingyu-ssi."

Y/n berpikir ia harus memanggil Jun untuk ini namun kemudian Mingyu yang setengah sadar memegang tangan y/n.

"Kau membutuhkan sesuatu? Kau harus ke rumah sakit Presdir."

Mingyu membuka mata nya lalu mendudukan diri nya.

"Jangan sampai yang lain tau aku sakit, jika mereka tau mereka akan senang dan berleha-leha."

Y/n terdiam mendengar perkataan Mingyu, bahkan di saat seperti ini pekerjaan menjadi prioritas utama mingyu.

"Tapi kau harus di obati."

"Tak perlu, kau kembalilah bekerja!"

Y/n beranjak ia pergi dari ruangan.

"Dia tak memperdulikan ku?"

Tepat setelah itu y/n kembali dengan membawa sesuatu di tangan nya. Tempat berisikan air beserta kain.

"Baringkan tubuh mu, aku akan menurunkan demam mu dulu dan jangan khawatirkan seseorang mengetahui keadaan mu."

Mingyu mengernyit heran namun y/n dengan segera membuat nya kembali menidurkan diri nya. Mingyu yang hendak bangun lagi di tahan oleh y/n agar tetap pada posisi nya.

"Menjadi kan semuanya sempurna adalah hal yang mustahil, kau bukan robot yang tidak bisa sakit."

Kini kain itu berada tepat di atas keningnya, mingyu melihat y/n yang terlihat sedikit khawatir. Ini kali pertama bagi mingyu mendapat perhatian dari seorang wanita.

"Kau senang aku seperti ini setelah mendengar ocehan mu tadi pagi?"

"Tidak sama sekali, aku malah menyesal karena berkata seperti itu."

Mingyu terdiam mendengar jawaban y/n ia lalu mengalihkan pandangan nya dari y/n karena sekarang rasanya sangat canggung.

"Jika kau sakit maka beri tahu aku, jangan sampai aku di cap jadi sekretaris buruk karena tidak tau atasan nya sakit."

"Tidak perlu mengatur aku, pergi sekarang dan lanjutkan pekerjaan mu lalu batal kan rapat sore ini."

Y/n mengangguk, ia berdiri lalu memastikan sekali lagi jika mingyu sudah baik-baik saja.

"Jangan pulang terlalu larut pak, aku akan mengantarkan obat demam sepuluh menit lagi jadi kau istirahat dulu."

"Dia mengatur ku lagi?"

Tanya mingyu pada diri nya sendiri, tangan nya menyentuh kening nya yang memang terasa panas. Ini bukan kali pertama Mingyu seperti ini, namun tak ada yang tau karena mingyu tak menunjukan nya tidak terkecuali pada Jun teman nya.

"Dia yang pertama melihatku seperti ini."

Sedangkan itu y/n berlari keluar kantor menuju apotik yang tidak jauh dari kantor nya.

"Y/n-ssi kau mau kemana?"

Tanya Jun yang kebetulan lewat dengan mobil nya.

"Ah aku harus ke apotik."

"Kau sakit? Apa yang kau rasakan?"

"Ah tidak aku tidak sakit, aku hanya ingin membeli pembalut."

Jun yang mendengar itu bernafas lega.

"Aku kira kau tidak enak badan."

"Aku baik-baik saja, kalau begitu aku duluan ya."

Y/n kemudian masuk ke dalam apotik dengan terengah-engah.

"Kau mencari apa nona?"

"Ah aku mencari obat penurun demam"

Setelah mendapatkan obat itu y/n kembali berlari, ia khawatir jika ada orang lain yang masuk ke dalam ruangan atau mungkin Mingyu pingsan di sana.

Setelah sampai y/n membuka pintu dengan terburu-buru sambil masih terengah-engah.

"Kau berlari?"

Y/n hanya mengangguk, ia menyodorkan air minum beserta obat pada Mingyu.

"Ayo minum agar kau cepat pulih."

Mingyu hanya terdiam, ia melihat keringat di wajah y/n.

"Kau mengkhawatirkan ku?"

Tanpa sadar y/n mengangguk.

"Terimakasih."

Kata-kata itu terucapkan dari mingyu yang terkesan dingin dan angkuh, keduanya sama-sama tak sadar dengan apa yang mereka alami sekarang. Namun yang pasti kedua hati mereka saling menghangat satu sama lain .


























Tbc..

Crushed Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang