prolog

193 13 0
                                    

-kenapa aku dilahirkan?-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-kenapa aku dilahirkan?-

*****

*****

*****

Prang

Bragg

Suara serpihan pecah dari kaca akibat keributan dari pak affan dengan istrinya buk jihan, membuat se isi kamar sangat kacau

"Aku capek mas, capek. Kamu selalu saja seperti ini hah"teriak jihan

"Apa? Kamu pikir aku gak capek dengan kamu yang selalu mengamuk seperti ini"teriak balik affan

Setiap juna pulang sekolah selalu saja mendengar suara suara keributan dari ayah dan ibu nya, baginya hal ini sudah biasa.

Catatan tinta Juna.

aku pernah di marahi, karna aku marah
aku pernah di diamkan, karna berani mengutarakan kekecewaan.
lalu pada akhirnya aku sadar, bahwa aku tidak pernah di beri waktu untuk membela diri. padahal aku tidak salah sama sekali. -Juna

"Sudah lah mending aku pergi, pusing dirumah!!"ucap affan

"Mas, mas affan mau kemana kamu aarrhhhh!!"teriak jihan sembari menangis

Affan pun pergi meninggalkan istrinya sendirian di kamar.

ia berjalan menuruni tangga dan affan tak sengaja menatap ke arah anaknya yang sedang membaca buku di sofa, tatapan dingin juna sangat menusuk kepada sang ayah.

"Kenapa wajahmu seperti itu? saya menyuruhmu Sekolah bukan untuk jadi preman!!"ucap keras affan kepada Juna.

Setelah mengatakan seperti itu, lalu ia pun pergi.

Juna menghela nafasnya panjang. Tak menanggapi perkataan sang ayah, lalu ia menutup bukunya secara kasar, ia berjalan menuju kamar nya yang berada di lantai dua.

Jihan menatap tajam ke arah Juna "kamu, fokus saja dengan pendidikanmu. Jangan terlalu banyak bermain apalagi bertengkar!!"lalu jihan melangkah pergi Meninggalkan Juna sendiri.

Langkah Juna terhenti manakala mendengar ucapan dari ibunya, ia pikir sejak kapan ia ada waktu untuk bermain?bahkan sejak umurnya 7th, ia sudah harus dituntut untuk menjadi anak yang sempurna.

"Kenapa mereka tidak peduli padaku."ucap Juna dalam hati.

******

Sejak bersekolah dasar Juna sering kali jadi bahan bully'n teman temannya, dia di anggap sombong karna kecerdasan yang ia miliki, bahkan dia tidak memiliki satu seorang teman sekalipun.

"Awas, ada si sombong mau duduk"
"Jijik banget, sok pinter"
"Oy sombong banget lo"
"Keroyok aja yu"

"Halah anak manja, nanti pasti bilang mama papa nya"
"Juna anak pungut kali, makanya gak disayang orang tua nya"

Perkataan itulah yang sering Juna dapatkan sejak ia masih bersekolah dasar, bahkan orang tuanya pun menganggap perkataan itu hanya sebuah ejekan/bercandaan biasa. Mereka tidak pernah sekalipun memikirkan mental sang anak.

 Bloody ink [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang