Pulang dari rumah sakit, aku langsung tepar setelah mandi di bawah lima menit. Entahlah, rasanya melelahkan. Dari jam tujuh hingga setengah sepuluh, aku menghabiskan sebagian waktu untuk konsultasi. Kegiatan itu menguras energiku terlebih saat pusing seringkali menyerang kala aku diberi pertanyaan soal masa lalu.
Larut memikirkan kegiatan melelahkan itu dan nyaris tertidur, aku membuka mata kembali. Risih merasakan rambutku yang masih basah kutekan di antara kepala dan bantal. Aku segera membalikkan posisi badan, dari telentang menjadi telungkup. Melihat penampakan pertama yang adalah foto masa kecilku, terletak di meja belajar, tepat di samping kasur.
Aku tersenyum, mengagumi kelucuan diriku sendiri yang diabadikan lewat foto itu. Foto yang sama sekali tidak aku ingat kapan, di mana, dan bagaimana ia terambil.
Rasanya takut untuk tidur, entah mengapa. Sejenak, pikiranku memilih untuk melayang kembali pada penjelasan psikiater yang kutemui di rumah sakit tadi. Ada dua penyakit mental yang sering kupikirkan terkait gejala yang kualami belakangan ini. Skizofrenia dan kepribadian ganda. Dan tentu, aku menyampaikan isi kepalaku secara blak-blakan di hadapan Bu Psikiater yang akhirnya mengiringku pada penjelasan akurat dari sang ahli.
Skizofrenia adalah penyakit mental yang menyebabkan distorsi realitas. Jika aku penderita skizofrenia, aku tidak akan dapat membedakan mana yang nyata dan yang mana yang tidak. Aku akan banyak berhalusinasi dan mengalami delusi dalam tingkat yang cukup parah. Aku juga akan mengalami gangguan dalam perilaku dan cara berbicara, serta gangguan dalam ingatan. Kira-kira begitu.
Kalau begini, aku pasti menggeleng tegas jika aku disebut menderita skizofrenia. Aku masih bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak. Aku tidak merasakan halusinasi dan delusi. Meski memang, dua kali pusing kepalaku seolah mengantarkan penglihatan yang bisa jadi termasuk halusinasi. Tapi tetap saja, aku tidak terpengaruh apapun karenanya.
Lalu, gangguan kepribadian ganda atau multiple personality disorder, atau juga disebut gangguan identitas disosiatif. Umumnya, penderita kepribadian ganda ini tidak akan cepat menyadari kalau mereka mengalaminya. Justru yang lebih bisa menyadari gejala-gejalanya terlebih dahulu adalah orang terdekat yang mengamati tingkah laku si penderita. Penjelasan dari Bu Psikiater sukses membuatku overthinking sepanjang mendengarkan. Karena menurutku, ini yang paling mendekati gejalaku selama ini.
Ciri yang menonjol dariku-- yang juga termasuk ciri penderita kepribadian ganda-- adalah merasa tidak mengenal dan tidak terhubung dengan diri sendiri.
Serius? Aku bisa didiagnosa mengalami multiple personality disorder?
Yang membuatku lebih haahh lagi adalah gejala kepribadian ganda juga dapat disertai dengan sering amnesia atau lupa ingatan. Amnesia itu sendiri terbagi menjadi empat tingkatan. Localized amnesia, selective amnesia, generalized amnesia, dan systematized amnesia.
Localized amnesia adalah jenis amnesia yang membuat penderitanya jadi tidak mampu mengingat kejadian untuk sementara waktu. Selective amnesia adalah jenis amnesia yang membuat penderitanya tidak bisa menjelaskan kejadian secara rinci. Generalized amnesia akan membuat penderitanya sulit bisa mengingat detail semua momen dalam hidup, dan systematized amnesia akan membuat penderitanya menjadi lupa namun dengan beberapa objek atau subjek tertentu saja.
Jangan ditanya bagaimana perasaanku. Aku jelas sangat amat terguncang dengan fakta soal kelas-kelas amnesia ini. Aku bersyukur Papa Mama masih bisa menenangkanku, meski aku tahu mereka bisa saja lebih terguncang daripada aku. Bagaimana tidak? Semuanya termasuk relate dengan yang kurasakan!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMA
FantasyLepas kesembuhannya dari kecelakaan, Alma tiba-tiba dituduh sebagai pencuri uang kas oleh Seli, bendahara di kelasnya. Seluruh tuduhan menjurus padanya dan terdapat pula bukti yang merujuk pada aksi pencurian Alma. Namun, Alma tidak bisa mengingat p...