19. ANJANI : Baskara & CCC

7 3 1
                                    

Kalau memang Baskara hilang dan kasusnya telah dilaporkan pada pihak kepolisian, harusnya kasus itu tercatat di media setidaknya sekali atau dua kali, bukan?

Menghabiskan hari itu, aku mengunci diri di rumah. Sangat takut untuk keluar. Bahkan di kamar sendiri aku masih berdebar. Kuhabiskan waktu dengan mencari informasi di media sosial, berita-berita dan kabar di platform online.

Sembari mencari-cari berita, di atas mejaku tersedia buku tulis, pulpen, ponsel, dan kopi. Tak lupa laptop yang ku gunakan untuk mencari berita. Lantunan lagu barat pop turut menyertai kegiatanku ini.

Sampai aplikasi pencari kontak sudah ku unduh, dan sudah sekitar empat lagu terlewati begitu saja, pencarianku tetap tidak membuahkan hasil pasti. Kasus Baskara tidak terlihat di platform manapun. Aku berdecak, sejauh ini mencari dan aku hanya menemukan artikel-artikel dengan judul yang nyeleneh. Setidaknya membuatku menyadari kalau ada lebih dari seribu orang yang bernama Baskara di dunia ini.

Aku beralih pada nomor asing yang telah kutemukan tadi. Ku buka aplikasi pencari kontak, dan ku ketikkan nomornya. Menunggu dan menunggu, sebuah garis memutari medan berbentuk lingkaran. Pas sekali saat lagu terakhir yang kuputar selesai, hasilnya mulai muncul.

X

Yup. Itu hasil pencarian yang membuatku nyaris saja membanting gelas berisi kopi yang baru kuangkat. Tidak, nomor itu bukan nomor si X yang sekarang namanya sudah kuganti menjadi Laskar. X yang dimaksud itu adalah karena hasilnya tidak ada. Sama sekali.

Astaga, padahal nomor telepon itu seperti nomor asli, bukan nomor abal-abal.

Aku menghela napas kasar. Nihil lagi nihil lagi, aku tidak menemukan hal yang pasti. Justru aku malah dibanjiri pertanyaan dal batinku sendiri. Mengapa hilangnya Baskara tidak masuk ke dalam berita, jika memang keluarganya ingin anak mereka kembali?

Dan lagi, Laskar juga telah menyimpulkan kalau Baskara meninggal. Apakah memang karena saking lamanya hilang maka dinyatakan meninggal? Atau memang ada makamnya tapi akunya saja yang tidak tahu?

Sebelum aku bergerak membuka galeri di ponsel, aku menulis dahulu apa yang kutemukan dan tidak kutemukan saat ini, beserta pertanyaan-pertanyaannya.

Baskara & CCC (Class Cash Case)

Petunjuk pertama: dalam histori panggilan Alma, terdapat nomor asing yang menelepon Alma pada malam hilangnya Baskara di bulan November. Identitasnya tidak diketahui.

Petunjuk kedua: dari ingatan Alma, Baskara hilang di lorong sebelah rumah kosong nomor 13 yang tembus ke komplek sebelah.

Petunjuk ketiga: kulihat sebuah kunci di pekarangan halaman belakang rumah tersebut, yang terletak di sebuah pot.

Aku berhenti, berpikir sejenak.

Jika diingat-ingat lagi, kunci itu lebih terlihat seperti kunci pintu rumah. Apa jangan-jangan ... rumah itu sebetulnya masih berpenghuni?

Dan lagi, kuingat soal kunci loker yang masih ada di tanganku. Berhari-hari tidak ku gunakan untuk apa pun. Bahkan menemukan lokernya saja belum. Astaga, rupanya masih banyak sekali yang belum kutemukan. Jadi curiga kalau perjalananku masih panjang.

Dari ingatan Alma selama aku terapi, terlihat jelas sejak awal kalau Seli memang mencurigakan. Dia seolah memojokkanku dan tidak memberi aku kesempatan menjelaskan. Kelakuannya mengabulkan permintaan temannya untuk membeli loker saja sudah aneh. Begitu pula kata Baskara kepada Alma dalam ingatannya.

Seli mencurigakan, dan dia termasuk kunci utama dalam kasus loker dan uang kas ini. Bisa jadi, Alma memang dimanfaatkan dan difitnah olehnya.

Dengar-dengar dari latar belakangnya Seli, menurutku keluarganya hidup berkecukupan tanpa kemewahan yang 'menonjol'. Jadi bisa kusimpulkan, Seli tidak memiliki kuasa sebesar itu jika memang ingin memperdaya CCTV terlebih perkara uang kas kelas. Maka yang bisa kupikirkan adalah bisa jadi rekaman itu benar adanya. Alma tetap mencuri, namun hanya di hari itu saja. Apa motivasi Alma mencuri? Itu dia.

Informasi dari Seli dan Laskar adalah yang kubutuhkan saat ini. Dan sekarang ... aku harus berpikir bagaimana caranya membuat mereka bicara.

Aku mengambil kembali pulpen, lanjut menulis.

• Pertanyaan untuk Seli
1. Dibuang ke mana loker yang saat itu menjadi tempat penyimpanan?
2. Siapa saja yang setuju beli loker pakai uang kas?
3. Pernah ke rumah Baskara? (pertanyaan untuk mengetahui apakah selama ini Seli tahu soal Laskar atau tidak)

• Pertanyaan untuk Laskar
1. Kenapa tiba-tiba menuduh Alma (aku) sebagai pembunuh?
2. Kenapa kasus Baskara tidak keluarga laporkan langsung pada polisi?
3. Ke mana orangtua? Ke mana ibu dan ayah Baskara pada saat itu?
4. Bagaimana bisa kunci loker Baskara ada sama kamu?

*n: pertanyaan yang diajukan bisa acak dan tidak berurutan!*

Laskar yang sedang bersandiwara sebagai Baskara tempo hari memang pernah bilang padaku, kalau aku yang menitipkan kunci itu di bulan Desember. Aneh, bukan? Berbanding terbalik dengan apa yang sudah terjadi. Baskara saja menghilang di akhir November. Selisih waktu beberapa hari sudah berpotensi Baskara lebih dari sekadar tidak terlihat.

"Kunci itu kamu titipkan padaku secara tiba-tiba di bulan Desember, sebelum kamu liburan akhir tahun. Tanpa kejelasan. Kamu kasih padaku begitu saja."

"Kamu pernah bercerita, sih. Loker itu adalah tempat yang disetujui seluruh kelas untuk menyimpan barang-barang memorable, namun karena malah tidak berguna, ujung-ujungnya dipakai sama bendahara untuk mengamankan uang kas."

"Kamu tidak memberitahukannya padaku secara spesifik. Tapi kurasa, kamu masih meninggalkannya di sekolah ini. Entah dalam keadaan rusak atau tidak, kamu mengaku tidak pernah membawa loker itu ke rumah,"

Di sekolah? Apakah itu memang clue atau hanya bualan?

Dia saja bisa mengarang cerita soal aku menitipkan kunci dengan Baskara. Bagaimana mau percaya lagi?

Jika memang Laskar mengarang hanya untuk mempermainkanku, maka apa manfaatnya bagi dia? Apa melihatku kebingungan adalah suatu hiburan tersendiri baginya?

Terlebih pula Seli. Jangan-jangan ... Laskar dan Seli punya peranan penting di balik semua ini?

Netraku melebar. Masuk akal, 'kan? Seharusnya itu masuk akal. Coba pikir saja. Ibu dan Ayah Baskara minim kabar semenjak November. Entah aku yang memang tidak tahu atau malah benar, yang pasti tidak ada informasi bahwa Ibu dan Ayah Baskara melapor atas kehilangan anaknya.

Memangnya, jika Baskara memang diculik dan dibunuh, apa kesalahannya? Apalagi jika Alma pembunuhnya. Mengapa tega sekali Alma membunuh pacarnya?

Perasaan Alma tersampaikan padaku secara jelas. Aku pernah merasakan emosi dari Alma yang membuat mataku basah, ketika bayangan Baskara seakan muncul di wajah Laskar dengan bentuk hidung yang sedikit berbeda itu.

Perasaan yang mirip-mirip saat aku memikirkan Dayat. Perasaan tentang jatuh hati yang manis dan kenyamanan dalam sanubari.

Terlebih dahulu, mari kita selesaikan urusan yang tanpa membutuhkan orang lain dahulu.

Walau tidak dapat-dapat, aku masih bisa ke seluruh koridor, ke seluruh sudut lapangan, sisi-sisi bangunan, ke belakang sekolah, semua mungkin memang sama saja, tapi setidaknya aku jadi lebih hapal rute-rute gedung sekolah ini.

Loker itu tidak ada di setiap penjuru manapun. Nihil. Pencarianku yang satu ini tidak membuahkan hasil berarti, dan baiklah.
Que sera, sera. Bahkan Laskar tidak terlihat masuk sekolah hari ini.

Seli masih seperti biasa. Aku di sini terdiam sendiri, masih berpikir keras bagaimana caranya memulai obrolan. Kuingat lagi pertanyaan yang kucatat di catatan, dan memutuskan untuk memulai satu langkah baru hari itu juga.

Sekarang, urusan ini melibatkan orang lain.

"Seli!"

ALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang