Prolog

109K 1.6K 34
                                    

Kring...!!!

Suara alarm pagi menggema di dalam kamarku.

Oh iya, kenalkan namaku Riana Davina, atau yang lebih tepat di panggil Riana Davina Ivandra, mengambil dari nama suamiku, Ivandra Bolerviq, biasa di panggil Pak Vand seorang dosen yang sangat di segani di salah satu universitas terbaik di kotaku.

Aku bergegas meninggalkan tempat tidur berpindah ke dalam kamar mandi membasuh wajah juga menggosok gigi, lalu ke dapur membuat sarapan untuk suamiku.

Sebelum itu kumasukkan pakaian kotor terlebih dahulu ke dalam mesin lalu menyiapkan sarapan dan segelas teh jasmin kesukaannya.

"Fuhh... beres, tinggal nyuci piring, menjemur pakaian, beres rumah, menyirami tanaman... Hahh,. Masih banyak juga yah,"

Bahuku turun sebab lesu memikirkan pekerjaan rumah yang belum kelar.

"Semangat Riana! Lakukan satu persatu lalu bangunkan Pak Vand" gumam ku menyemangati diri sendiri dan kembali meneruskan pekerjaan rumah sesuai jadwal yang ku atur di ingatan. Terakhir membereskan kediaman ku kini yang sebenarnya tak begitu berantakan.

Tap
Tap
Tap

Ku tinggalkan dapur bergerak ke ruang tengah mendengar langkah kaki yang ku yakini itu pasti suamiku, sebab hanya ada kami berdua.

"Pagi pak" sapaku

"Pagi" balas suamiku berusia 37 tahun, beda 15 tahun denganku. "Kamu bangun jam berapa?" tanyanya

"Jam enam pak"

"Kenapa kamu bangunnya pagi-pagi sekali?"

"Sudah kebiasaan pak"

Meski beliau termasuk seorang dosen yang tegas, tapi ketika kami hanya berdua di rumah, ia bersikap ramah pada ku, bahkan tutur katanya lembut.

"Oh iya, pak Vand mau sarapan?"

"Nanti saja, saya mau mandi dulu, saya bisa buat sendiri"

"Saya sudah buat sarapan, juga membereskan rumah"

"Hah!"

Keterkejutan tergambar jelas di wajah dewasanya mendengar aku telah melakukan semua pekerjaan rumah.

Meski pernikahan kami tidak di dasari cinta, tapi aku tak lupa melakukan salah satu kewajibanku, yakni melakukan pekerjaan rumah, juga mengurus segala kebutuhannya.

"Pak,.." panggilku ragu padanya yang hendak kembali masuk kedalam kamarnya. Beliau menyahut seraya menoleh. "Biar saya cucikan baju yang pak Vand kenakan itu"

"Ooh, tidak usah, biar saya cuci sendiri, kamu istirahat saja"

Dengan tersenyum kecil beliau meneruskan langkah masuk kedalam kamarnya membersihkan diri bersiap-siap untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang dosen. Dan aku kembali merapihkan sarapan yang telah tersaji di atas meja makan sembari menunggunya.

Melihat kehadiran nya mendekat sembari mengenakan arloji ke pergelangan tangannya, aku segera bangkit dari duduk ku untuk melayaninya.

"Terima kasih yah" ucapnya lembut dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya setiap kali berbicara padaku.

"Sama-sama"

"Kamu tidak sarapan?"

"Sebenarnya saya jarang sarapan pak, jadi sudah biasa"

"Ooh begitu"

Ku perhatikan beliau diam-diam yang tersenyum-senyum menikmati sarapan yang ku buat. Aku tak tahu apa ia tersenyum karena menyukai masakan yang ku buat atau karena hal lain. Tapi yang jelas aku suka melihat wajah dewasanya yang berwibawa itu di hiasi senyum kecil.

Setelah memastikan beliau menikmati sarapan, aku masuk ke dalam kamarku untuk membersihkan diri sebelum mengantar nya ke depan.

"Saya berangkat yah," pamitnya padaku sebagai seorang suami membuatku berfikir.. jadi begini rasanya memiliki suami.

"Hati-hati pak"

Di depan pintu mobilnya ia berhenti lalu menoleh pada ku.

"Oh iya kamu butuh sesuatu?" tanyanya

"Hmm.. tidak pak"

"Baiklah, saya pergi yah"

"Iya"

Aku tetap berada di tempat melihatnya pergi dengan mengendarai mobilnya. Lalu aku pun masuk ke-dalam rumah saat beliau menghilang dari pandangan dan gerbang tertutup secara otomatis.

Ku buat segelas coklat hangat untuk menemaniku bersantai di teras belakang sembari menikmati angin yang berhembus lembut menerpa wajahku.

Fuhhh...

"Sehari sudah ku lewati di rumah ini sebagai seorang istri" batin ku

Ku pejamkan mata mengingat kembali kejadian sebelum aku menjadi seorang istri dan datang ke kota. Aku ingat dengan jelas kebiasaanku di pagi hari.

Aku bangun pagi-pagi sekali untuk membawa sayuran hasil tanamanku bersama kakek dan nenek ke pengepul sayur. Setelah itu aku mengantar susu sapi segar ke pelanggan setia kami lalu ke kampus.

Di hari itu, tempat ku menimba ilmu kedatangan dosen ternama dari salah satu universitas terbaik di ibu kota. Aku berusaha ingin datang lebih awal, tapi apa daya kewajibanku setiap pagi selalu menyita waktuku untuk datang tepat waktu.

Begitu turun dari mobil pickup yang memberiku tumpangan, segera ku ambil langkah seribu menuju kelas yang di isi oleh Pak Vand sebagai Lecture Exchange di kampus ku. Langkahku terhenti di depan pintu melihat beliau tengah mengajari teman-temanku yang datang tepat waktu.

Istri Tersembunyi Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang