Bab 3. Kelas Pertama

34.4K 1K 1
                                    

"Nek,.! Kek,.! Ayo makan malam dulu" panggilku seperti biasa menggema di dalam rumah, memanggil kakek dan nenek yang mengalami gangguan pendengaran, maklum mereka sudah tua.

Ku pastikan mereka makan dengan baik terlebih dahulu sebelum aku pun ikut makan.

Mereka selalu mengatakan padaku jika aku memperhatikan mereka seperti anak kecil. Tapi aku senang melakukannya, karena aku ingin mereka sehat selalu. Hanya mereka yang ku miliki, mereka tak hanya kakek dan nenekku, tapi orang tua bagiku.

Setelah makan malam aku memastikan sayur-sayuran yang akan ku bawa ke pasar besok pagi rapih dan siap ku angkut.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum,."

Aku mengedarkan pandangan ke-arah jam yang terpajang di dinding, heran mendengar seseorang bertamu di jam 9 malam, tak biasanya aku menerima tamu di jam seperti itu. Biasanya tetangga yang ingin membeli sayuran datang lebih awal.

Ku tinggalkan tempat ku guna mengetahui siapa gerangan.

"Waalaikumsalam,. Siapa?" tanya ku dari balik pintu yang masih terkunci.

"Ivandra"

Aku mengernyit tak mengenali nama itu, tapi juga tak asing.

"Pak Vand" sambungnya membuatku tergemap, yang bertamu tak lain adalah dosenku yang ketus itu. Aku takut kedatangannya untuk berbicara pada kakek dan nenek soal
keterlambatan ku selama dua hari ini mengikuti kelas beliau.

Fuuhhh...

Ku tenangkan diri sebelum menarik gagang pintu dengan penuh keraguan.

"A-ada apa yah pak?" tanya ku gugup dari balik daun pintu yang hanya ku buka setengah.

"Saya mengganggu?"

Aku sedikit lega mendengar intonasinya tak seperti saat di kelas yang tegas juga ketus.

"Tidak kok pak, ada apa yah?"

"Saya mau minta maaf soal sikap saya telah melarang kamu mengikuti kelas saya. Kalau bisa datanglah kembali mengikuti kelas saya"

Mataku terbelalak mendengar beliau memintaku kembali mengikuti kelasnya. Daun pintu pun ku buka lebar-lebar.

"Terima kasih pak, saya janji saya tidak akan terlambat lagi" sergah ku bersemangat.

"Tidak apa-apa, saya mengerti dengan kesibukan mu. Seperti dosen yang lain, saya pun memberimu lima menit pertama"

"Terima kasih pak, terima kasih"

"Kalau begitu saya permisi, jangan lupa datang ke kampus besok yah"

"Baik pak! Saya janji saya akan lebih dulu tiba sebelum bapak"

Entah aku yang terlalu berlebihan karena senang atau memang begitu lah aslinya dia. Di balik sikapnya yang tegas dan sekeras karang, ternyata beliau baik juga ternyata, dan ini pertama kalinya aku melihat nya tersenyum.

"Saya duluan yah, Assalamualaikum" pamitnya

"Waalaikumsalam,. hati-hati pak"

"Iya"

Begitu daun pintu ku rapatkan kembali dan menguncinya. Bergegas aku naik ke lantai atas di mana kamar ku berada. Aku melompat ke atas tempat tidur saking bahagianya bisa kembali mengikuti kelas pak Vand yang sudah dua hari terlewatkan. Segera ku tarik selimut menutupi tubuh juga memejamkan mata agar besok bangun lebih awal.



***

Kring...!!!

Aku menyetel alarm lebih cepat sejam dari biasanya agar aku memiliki banyak waktu bersiap-siap sebelum ke kampus.

Istri Tersembunyi Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang