Tin! Tun! Tin! Tun! Tin! Tun!
Tidur kami terganggu akan suara bel yang mengganggu di pagi buta, terlalu pagi untuk seseorang bertamu bahkan sebelum pemilik rumah bangun.
"Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?" gerutu pak Vand.
"Biar saya saja yang buka pintu, mas lanjut saja tidurnya"
"Makasih yah sayang"
Ku kenakan kembali pakaianku seperti semula, lalu merapihkan rambutku juga membasuh wajah sebelum membukakan pintu.
Ku lihat melalui layar monitor siapa yang bertamu. Dan betapa terkejut aku mendapati ke-dua mertua ku yang berkunjung. Ku tenang kan diri sebelum membukakan pintu
"Pagi pak, buk" sapaku ramah sedikit membungkukkan badan, tapi mereka tak mengindahkan, masuk melewati ku begitu saja.
"Ivand mana!?" tanya mamah mertuaku ketus.
"Masih tidur buk. Silahkan duduk dulu biar saya bangunkan pak Vand dulu"
"Tidak usah bersikap seolah-olah kamu pemilik rumah ini!" balasan mamah mertuaku sangat kasar.
"Tidak buk, saya tidak bermaksud begitu..
"Sudah cepat bangunkan Ivand sana!"
Aku menghela nafas kasar tetap tenang menerima sikap mamah mertuaku. Segera aku kembali ke kamar membangunkan pak Vand.
"Mas,. Mas,." panggilku sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya yang masih tertidur pulas.
"Ada apa sayang?" masih matanya terpejam.
"Mamah sama papah ada di ruang tamu ingin bertemu dengan mas" beliau segera duduk menatap ku tercengang.
"Kamu serius?"
"Iya, mamah nyariin mas"
"Iya, iya"
Beliau segera turun dari tempat tidur masuk ke-dalam kamar mandi membasuh wajahnya sebelum keluar menemui ke-dua orang tuanya.
"Mah,. Pah,." sapa pak Vand memeluk ke-dua orang tuanya. Aku lega melihat ke-dua orang tuanya membalas pelukan anak mereka. Semoga mereka tak marah lagi. "Tumben kemari pagi-pagi begini?" sambung pak Vand.
"Mamah sama papah akan menginap di sini untuk beberapa hari"
Pak Vand menoleh kearah ku, yang mana aku pun menoleh kearahnya. Aku tak tahu apa maksud mamah mertuaku mengatakan ingin menginap, sedangkan beliau tak menyukaiku.
"Kenapa Vand? Kamu tidak mau orang tua mu menginap di sini sebelum Riana memberikan izin"
"Tidak buk, ibu sama bapak boleh kok menginap di sini, ini kan rumah kalian juga" sela ku membela diri.
"Yah, ini rumah anak kami, dan sebagai orang tuanya kami berhak tinggal di sini dari pada seseorang yang Ivand bawa dari kampung!" hardik beliau makin kasar, aku hanya mengelus dada.
"Mah,! Kenapa mamah berbicara seperti itu? Riana istri ku, menantu mamah" tegur pak Vand.
"Alah! Sudahlah! Mamah sama Papah mau sarapan. Riana, buatkan kami sarapan" perintah beliau angkuh.
"Iya buk"
Aku segera ke dapur menyiapkan sarapan sesegera mungkin sebelum aku di marahi lagi.
"Ya ampun Riana! Seharusnya kamu masukan pakaian kotor dulu ke mesin cuci!" pekik mamah mertuaku menyusul untuk memarahiku.
Mungkin karena gugup rutinitas yang biasa ku lakukan setiap pagi jadi terlupa.
"Iya buk, biasanya saya selalu melakukan itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Tersembunyi Pak Dosen
RomanceAku tak pernah membayangkan berpacaran dengan seorang dosen, apa lagi menjadi seorang istri dari dosen yang Keras, Tegas, nan Cuek. Itu kesan pertamaku bertemu dengan beliau. Dan pernikahan kami bukan seperti pernikahan pada umumnya. Pernikahan kami...