Aku tidur baru beberapa jam, akan tetapi tidurku terganggu oleh ketukan di pintu di jam 4 subuh. Bukan waktu yang tepat untuk seseorang datang bertamu.
Dengan mata berat aku turun dari tempat tidur. "Siapa?" suaraku parau khas baru bangun tidur.
"Suamimu"
Aku terbangun sepenuhnya mendengar suara pak Vand. Ku tinggalkan pintu berlari ke-dalam kamar mandi membasuh wajah juga berkumur-kumur secepat mungkin. Sebelum membuka pintu, ku rapihkan rambutku, tak mau suamiku melihat ku dalam keadaan berantakan.
Cklet...
"Morning" sapa beliau memiringkan sedikit kepalanya menatapku.
"Morning too"
Ku rapatkan kembali daun pintu begitu beliau masuk.
"Ini pakaian, buku-buku, dan tasmu" seru nya seraya meletakkan dua tas ke atas meja
"Memang tidak kepagian yah mas kemari? Orang tua mas bilang apa melihat mas keluar subuh-subuh?"
"Orang tuamu juga sayang," tegurnya. Ingin aku menganggap ke-dua orang tuanya seperti orang tuaku sendiri.
"Iya,. Jadi kita ngapain? Jam ngampus juga masih lama"
"Sebenarnya saya masih ngantuk, saya mau lanjut tidur di sini, boleh?"
"Tentu boleh"
Ku rapihkan posisi bantal untuknya di sampingku, lalu ku panggil ia. Beliau naik ke atas tempat tidur. mengambil posisi nyaman. Ku tarik selimuti menutupi tubuhnya lalu ku matikan lampu hanya menyisakan lampu temaram.
"Sini"
Beliau membuka selimut untukku. Aku menanggapi, masuk ke-dalam pelukannya bersama di bawah selimut yang tebal.
Saat-saat seperti ini aku tak ingin melewatkannya dengan tertidur.
Aku ingin terus merasakan perasaan bahagia ini dengan keadaan sadar."Kamu tidur?" tanyanya mengusap pundak ku.
"Tidak, saya jadi tidak ngantuk"
"Saya juga, Jadi kita tidak usah tidur?"
Ku angkat kepala sedikit melewati bahunya melihat jam baru menunjukkan pukul 05:30.
"Kalau tidak tidur kita mau ngapain? Toh masih lama untuk ke kampus"
"Kenapa harus berpikir jauh-jauh kalau kita berdekatan seperti ini"
Aku melonggarkan pelukan menengadah menatap nya, aku bingung apa maksud beliau? Apa yang beliau maksud sama dengan yang ku maksud kan? Ahh tiba-tiba aku merasa sangat malu karena menerka-nerka.
"Riana"
"Iya mas"
Beliau hening setelah memanggilku.
"Apa mas?"
Beliau menurunkan wajah menatap ku, seraya mengelus pipiku. Tatapan nya itu kian lama kian dalam serasa menembus hati ini. Entah mengapa aku seakan tahu apa yang beliau inginkan.
Ku balas mengelus pipi nya tanpa sehelai jambang pun. Beliau memang rutin mencukur bulu di bagian wajahnya, sehingga terlihat awet muda.
"Sudah beres menstruasi?"
Aku sedikit terkejut, sebab pertanyaannya itu, begitu pula yang ku tengah ku pikirkan.
"I-iya"
Beliau pun menguraikan pelukan, bangun menanggalkan seluruh pakaiannya, juga menanggalkan jubah mandi dari tubuh ku, membuangnya begitu saja ke lantai.
Dibawah selimut, aku menerima banyak cinta dari nya, kembali merasakan perasaan bahagia saat pertama kali kami melakukannya di malam pernikahan kami yang entah malam ke berapa.
***
Kring...!!!
Sekitar dua jam yang lalu kami tertidur, kembali kami terbangun oleh alarm yang ku pasang di ponsel. Bukannya bangun, aku mengeratkan pelukan belum ingin terbangun untuk saat ini, aku masih ingin memeluknya
"Ayo bangun" ujarnya mengusap pundak ku
"Saya masih mau peluk mas," sahutku manja yang keluar begitu saja, ku dengar ia tertawa kecil.
"Tapi gawat loh kalau saya balas"
Aku bingung apa maksudnya. "Gawat kenapa?"
"Kalau saya peluk kamu berarti saya harus di atas"
Aku terdiam mencerna ucapannya.
"Ih,! Mas," ku pukul dadanya pelan, tak ku sangka di balik sikapnya yang berwibawa, ternyata beliau memiliki sisi mesum juga.
"Hm, mau saya peluk dari atas?" beliau makin jahil membuatku terkekeh. "Kita sarapan di sini saja yah" ucapannya ku anggukkan tak masalah selama dengannya.
Kami bangun bersama-sama, mandi juga bersama-sama, memakai pakaian pun bersama-sama.
Aku membantu memasangkan kancing kemeja juga dasi milik nya. Setelahnya beliau membantu mengikat rambut ku, dengan sesekali usil.
Setelah sarapan kami check-out. Dan bersiap ke kampus bersama dengan bergandengan tangan.
"RIANA...!!" panggil seseorang wanita, aku dan pak Vand menoleh menanggapi panggilan tersebut. "PAK VAND...!!" pekik si pemanggil lagi, berlari cepat menghampiri kami.
"RIKA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Tersembunyi Pak Dosen
RomanceAku tak pernah membayangkan berpacaran dengan seorang dosen, apa lagi menjadi seorang istri dari dosen yang Keras, Tegas, nan Cuek. Itu kesan pertamaku bertemu dengan beliau. Dan pernikahan kami bukan seperti pernikahan pada umumnya. Pernikahan kami...