"Ini dengan Riana" terang ku di depan mikrofon. Ku tarik nafas dan membuangnya perlahan menenangkan diri sebelum melanjutkan. "Mungkin teman-teman semua bertanya-tanya bagaimana kami bisa menikah... akan saya jelaskan"
Pak Vand menggenggam tanganku, menganggukkan kepalanya sekali mendukung apapun yang akan ku katakan.
"Semuanya bermula saat pak Vand selalu melindungi ku dari seorang pria yang ingin menjadikan ku istri ke-tiganya" air mataku terjatuh mengingat kejadian-kejadian lampau di kampung ku. "Dengan kebijaksanaan dan kebaikannya, pak Vand selalu menolong ku, tapi itu belum membuat pria itu berhenti mendekati ku. Bahkan dia pernah mengatakan akan berhenti jika aku telah menikah. Tapi bagaimana akan menikah jika memikirkan pernikahan saja belum ada pada saat itu. Karena fokus ku hanya pada kakek dan nenek, juga pendidikan"
"Keadaan makin rumit ketika kakek ku terkena serangan jantung, di mana dokter mengatakan hidupnya mungkin tidak lama lagi. Beliau meminta pada pak Vand agar menikahi ku karena beliau percaya pak Vand dapat melindungi ku. Dan aku percaya dengan pilihan kakek ku, itu pasti yang terbaik, dan jadilah aku dan pak Vand menikah"
Aku menoleh pada pak Vand yang menatapku, aku kembali merasa tenang setelah menatap wajah seseorang yang ku cintai.
"Setelah menjadi saksi juga wali di pernikahan kami yang di laksanakan di rumah sakit, kakek ku menutup mata untuk selamanya, memberikan aku ke tangan orang yang tepat ya itu pak Vand dosen kita"
"Setelah menikah aku ikut dengannya ke kota sebagai istrinya. Ku lakukan kewajiban ku sebagai seorang istri tanpa ada yang tahu pernikahan kami. Awalnya pernikahan kami memang tanpa cinta, meski begitu kami menghargai ikatan ini, kami menjaganya dan tidak berpikir untuk mengakhirinya meski saat itu belum ada cinta di antara kami"
"Dengan sikapnya yang luar biasa baik juga penuh perhatian, lambat laun sesuatu tumbuh di hati ku yah itu cinta untuknya. dan beruntungnya beliau pun mencintai ku. Jadi tolong, jangan membenci ataupun menghina pernikahan kami, karena beginilah takdir dari tuhan mempertemukan kami sebagai jodoh. Saya mohon dengan sangat jangan menyalahkan ataupun membenci pak Vand. Beliau bukan hanya seorang suami yang bertanggung jawab tapi juga dosen terbaik yang pernah ku kenal. Dan menjadi istrinya hal yang tidak akan pernah ku lepaskan" terang ku sebagai penutup, aku lega telah mengatakan pernikahan kami yang rahasia.
Pak Vand mengeratkan genggaman tangannya. Perlahan beliau membuka pintu, di mana banyak pasang mata seolah menanti kami. Tanpa melepaskan tangannya beliau membawaku melewati banyaknya pasan tubuh menatap kami dengan tatapan berbeda-beda.
Aku tak perduli lagi dengan cibiran juga hinaan nantinya dari semua orang karena aku memiliki suami yang bertanggung jawab.
"Terima kasih mas, akhirnya mas menunjukkan pernikahan kita pada semua orang"
Aku benar-benar bahagia, kami tak menjalani ikatan tersembunyi lagi. Aku tak takut lagi menggenggam tangannya di luar rumah, dan aku tak ragu mengatakan kepada semua orang pak Vand dosenku adalah suamiku.
"Maaf yah, seharusnya dari awal kita tunjukkan pernikahan kita pada semuanya, sekali lagi maafkan saya" beliau menyesal.
"Iya mas tidak apa-apa, sudahlah, lupakan yang lalu"
"Iya sayang," beliau menangkup ke-dua pipiku, ku balas hal yang sama, saling melempar tatapan juga senyum. "Saya sangat beruntung memiliki istri seperti kamu Riana, saya sangat bahagia menjadi suami kamu"
Tatapannya dalam seakan menembus ke hatiku yang memang selalu lemah jika di tatap olehnya.
"Saya yang sangat beruntung memiliki suami seperti mas"
Tak jadi mengikuti pembelajaran ataupun mengajar, kami kembali pulang ke rumah.
"Siap bertemu dengan mamah mertuamu?" canda nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Tersembunyi Pak Dosen
RomanceAku tak pernah membayangkan berpacaran dengan seorang dosen, apa lagi menjadi seorang istri dari dosen yang Keras, Tegas, nan Cuek. Itu kesan pertamaku bertemu dengan beliau. Dan pernikahan kami bukan seperti pernikahan pada umumnya. Pernikahan kami...