Chapter 25

40.6K 3.1K 145
                                    

Mengenakan seragam yang diberikan Virnie tempo hari, sekali lagi Sisil mengamati penampilannya di depan kaca rias.

Cigar night malam ini diadakan di sebuah lounge yang digadang- gadang akan jadi tempat nongkrong paling hits di  Gading- Serpong.

Beberapa majalah dan media sosial sudah menanti- nantikan acara ini. Karena brand rokok yang mensponsori acara ini menggandeng aktris cantik Ishtar Olympia Sundhoro, yang tak lain adalah putri kedua taipan pemilik perusahaan otomotif, Jia Sun Motors.

Seragam Sisil adalah terusan warna perak model body contour dengan panjang sebatas lutut bagian atas. Bagian kerahnya agak rendah, tapi nggak sampai memperlihatkan belahan dada. Namun terusan itu membuat kakinya tampak jenjang dan bagus.

Sayang sekali, bagian dada kirinya diemboss dengan namanya. Padahal gaun itu lumayan bagus buat hangout. Tapi masa hangout pakai seragam?

Rambutnya yang sepunggung diblow dan digerai dan membentuk ikal- ikal di ujungnya,  sementara kakinya dibalut sepatu berhak lima belas senti.

Malam itu, Sisil berdoa dalam hati, supaya ia pulang dengan selamat. Dan dijauhkan dari kampret- kampret kurangajar.

Pekerjaan ini duitnya lumayan. 3,5 juta permalam. Sudah dibayar setengahnya, sisanya kalau acara sudah selesai.

Terdengar bunyi pintu depan diketuk. Mungkin Pretty sudah siap. Tapi kemudian Sisil sadar, Pretty nggak pernah mengetuk pintu. Dia menggedor mirip gorila ngamuk, kalau pintu kamar Sisil kunci dari dalam.

"Mbak Sisil," itu suara Wulan, keponakan Tante kos yang masih SMP. "Ada yang nyariin tuh. Di ruang tamu. "

"Siapa, Wul?"

"Aku Wulan, Mbak Sisil. Bukan Wul."

"Iya, Wulan..."

Sisil kemudian membuka pintu. "Wah, Mbak Sisil cakep banget? Mau pergi ke mana? Mirip model ih," mata anak perempuan itu berbinar- binar, takjub  menatap penampilan Sisil yang lain dari hari- hari biasanya.

"Siapa yang cari aku?"

"Nggak tahu. Cowok kok. Cakep banget sih. Mbak Sisil mau pergi sama dia, ya?" tanya Wulan kepo.

Sisil menggeleng. "Ya udah tuh. Nanti Tante ngamuk sama aku, kalau Mbak Sisil nggak buru- buru ke luar." Wulan kemudian balik kanan dan menghambur, lari ke arah rumah Tante kos.

Sisil mengambil jaket dan tasnya. Kemudian mengunci pintu kamar. Pretty melongok dari kamar ketika Sisil melintas. Di kepalanya masih ada roll rambut. Sepertinya dia belum kelar dandan.

"Woi, mau ke mana? Tungguin gue dong!" teriak Pretty. Kencang banget mirip tukang parkir di terminal.

Sisil hanya melambaikan tangan. Ia terus melangkah hingga ke ruang tamu. Tampak Tante kos sedang mengobrol dengan seorang pria berkemeja abu- abu.

Sisil membeku di ambang pintu. Pria itu adalah seseorang yang nggak ingin temui untuk saat ini.

Tidak disaat gadis itu merasa bahwa kehidupannya sedang berantakan. Tanpa pekerjaan, dan penampilannya yang sekarang, orang hanya bisa berasumsi macam- macam.

"Lho, Sisil..." Tante kos menoleh, ketika tatapan pria itu mengarah ke ambang pintu. Karena kursi tempat Tante kos membelakangi pintu penghubung ruang tengah dengan ruang tamu luas tersebut, tentu saja Tante kos nggak menyadari kehadiran Sisil yang saat itu tengah mematung.

Tatapan mata-- Gagas-- pria yang malam itu sengaja datang ke kosan Sisil, memaku pada sosok yang terbalut gaun warna silver. Gaun yang seolah memeluk erat pinggang  ramping itu membentuk siluet sempurna tubuh Sisil.

Miss SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang