Chapter 26

39.3K 3.1K 87
                                    


Sisil nggak begitu kaget ketika tatapan matanya menemukan sosok Okan yang duduk santai di bar stools, menyesap vodka martini, ditemani oleh dua orang perempuan. Dia berusaha untuk nggak terlihat oleh pria yang sedang tertawa menghadap ke arah si bartender gondrong dengan anting berlian di telinga kiri itu.

Sisil ingin menghindari masalah malam ini. Yaitu nggak melibatkan diri dengan pria semacam Okan.

Sayangnya, tempat  seperti ini mungkin memang menjadi habitat orang- orang seperti dia.

Undangan untuk acara ini terbatas hanya 125 orang. Tentu saja pihak Adult Stroller-- nama tempat nongkrong itu-- memilih untuk mengundang orang- orang potensial. Dan Okan adalah salah satunya.

Sisil nggak menyangka, bahwa dirinya harus  meladeni seorang pria dan seorang wanita untuk mengobrol di sebuah sofa, ruangan VVIP lantai atas yang seluruh dindingnya terbuat dari kaca.

Dari dalam sini, mereka bisa melihat DJ yang sedang performe bersama seorang penyanyi muda ibukota.

Si pria yang sedang Sisil temani ini,  konon mengelola perusahaan perhotelan milik sang ayah, Sasana Megawangsa Group, bersama sang istri yang terlihat ramah dan murah senyum.

Perempuan itu berpenampilan mirip Tinkerbell. Dan malam ini, setelah kedatangan yang nggak diharapkan, yang tadinya bikin suasana hati Sisil buruk, mendadak berubah cerah kembali.

"Oh, jadi lo tadinya tuh sekretaris di GEE?" tanya si perempuan berwajah mirip boneka peri itu. Sangat imut dan glowing dalam balutan mini dress warna silver. Rambutnya yang sebahu diikal bagian bawahnya.

Sang suami adalah pria bermata tajam yang terus mendelik bila istrinya keliru mengambil minum yang berjejer di atas meja. Sungguh aneh ada seorang suami yang mengajak istrinya ke tempat pembukaan tempat hiburan malam.

"Kamu nggak boleh minum alkohol, Kiana. Ingat, kamu sedang hamil."

Perempuan yang dipanggil Kiana itu mengerucutkan bibir dengan manja. "Ya, ya." Ujar sang istri kesal. "Aku minum jus jeruk, kamu lihat. Dasar menyebalkan." Dengusnya. "Sudah dua galon, omong- omong."

Sang suami tampak nggak keberatan dikatai demikian. Malah, tatapan memuja pria itu pada istrinya membuat Sisil merasa iri.

"Kita pulang habis ini, ya?"

"Terus kamu mau kurung aku lagi di apartemen gitu? Bosen tahu, Ngga."

"Kamu harus banyak- banyak istirahat. Begitulah kata dokter." Sang suami menatap lekat- lekat ke arah si istri yang hendak membantah lagi. "Atau kamu mau bed rest di Chiang Mai? Di Surabaya? Terserah pilih yang mana."

Perempuan bernama Kiana itu cemberut. Wajahnya bertambah imut, layaknya gadis usia SMA. "Sil, kita tukar nomor WA, ya. Kapan- kapan kita ngobrol lagi."

Sisil mengangguk sopan.

Sebenarnya, dia agak takut dengan pria suami Kiana itu. Dia lebih mirip anjing penjaga atau bodyguard, ketimbang suami.

Tapi bila orang melihatnya menatap sang istri, pasti mereka iri dengan sorot penuh pemujaan yang diperuntukkan pada sang istri.

Mereka kemudian bangkit. Kiana masih sempat cipika- cipiki dengan Sisil.

***

Sisil kemudian ke luar dari ruang VVIP no smoking area, saat menuruni tangga ke lantai bawah,  dirinya dikejutkan oleh kehadiran Dito, Rifat dan tentu saja Bapak si Kee yang memasang tampang cemberut abadinya itu.

Huh, kalau Kee sih masih terlihat menggemaskan bila memasang wajah demikian. Nah, kalau si Bapaknya? Yang ada bikin empet saja.

Tadinya, Sisil mau langsung menuju toilet, namun sebuah suara menghentikan langkahnya.

Miss SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang