Chapter 33

43K 4.1K 180
                                    


Bos Dari Neraka: kapan kamu mau balas chat dari saya?

Bos Dari Neraka: sumpah, kalau kita ketemu, saya pasti akan menampar bokongmu sampai merah. Sampai kamu minta ampun!

Semakin hari, pesan teks yang dikirim Reagan, semakin nggak karuan bunyinya. Terkadang, hal itu bisa membuat celana dalam Sisil seolah kebakaran.

Dan kini, dalam kereta api Brawijaya yang akan mengantarkannya menuju kampung halaman pada malam itu, ia melemparkan ponsel itu kembali ke dalam tas, sebelum dia benar- benar bertingkah aneh karena pesan yang dikirim oleh mantan bosnya yang cabul itu. 

Dia sudah pamit pada Pretty, dan sahabatnya itu menangis tersedu- sedu, sembari memeluknya. "Kalau lo nggak ada, berarti nggak bakalan bisa gue ngembat camilan di kamar lo lagi, dong!" rengek Pretty.

Persahabatan mereka memang sudah terjalin dua tahun lebih, dan itu membuat Sisil agak sedih juga. Tapi mau bagaimana lagi? Untuk memikirkan permasalahannya, dia harus mengambil jarak dari semuanya ini. 

Sedih memang harus meninggalkan kota yang penuh dengan pahit manisnya kenangan masa- masa ia menjalani hidup sebagai wanita muda yang bebas.

Meski pun dia punya tanggungjawab untuk membiayai kuliah Tara yang baru sampai setengah jalan. Adiknya itu tentu masih butuh banyak biaya.

Tapi, dia benar- benar butuh waktu untuk ini. Untuk merenungi segala permasalahan hidup yang seolah nggak berhenti menyapa dirinya beberapa waktu ini.

Dia ingin mengambil napas sejenak.

Terbayang wajah mama dan Tara ketika mereka melihat Sisil yang tiba- tiba muncul di depan rumah.

Kepulangannya kali ini adalah surprise. Dari stasiun Tawang nanti, memang sudah malam. Mungkin sekitar pukul sepuluh. Tapi, dia sudah menelepon Tabitha yang tinggal di sekitar Tembalang.

***

Begitu turun dari kereta, Sisil celingukan. Satu koper besar, satu tas travel berukuran sedang, satu ransel di punggungnya , dan satu tas selempang di depannya, membuat gadis itu berjalan agak sempoyongan.

Ia duduk di ruang tunggu. Mengeluarkan ponsel, bermaksud untuk menghubungi Tabitha.

Tapi begitu membuka ponsel, notifikasi pesan Whatsapp bertumpuk. Dan sebagian besar dari mantan bosnya yang sableng itu.

Bos Dari Neraka: apa yang akan membuatmu mau membalas semua pesan- pesanku?

Bos Dari Neraka: Sisil, saya tidak pernah mengemis pada perempuan. Dan saya tidak ingin memulainya sekarang.

Bos Dari Neraka: Sialan, kamu Sisil! Awas saja kalau kita ketemu! Bukan cuma bokongmu yang akan merah- merah! Leher, payudara, paha tidak akan luput dari sasaran bibir dan tanganku! Camkan itu!

Buru-buru Sisil meletakkan ponselnya di kursi sebelah. Seolah- olah, ponselnya dipasangi granat oleh seseorang dan berpotensi bisa meledak sewaktu- waktu.

Tubuhnya gemetar. Dahinya mengernyit, dan berkeringat. Siapa yang sedang berkirim pesan dengannya ini?

Sejak kapan Reagan berubah dari pria akhir tiga puluhan yang cool, jadi manusia mesum yang resek banget begini.

Dia kerasukan Jin Tomang apa gimana?

"Sil?" sebuah suara membuat Sisil serta- merta menengadahkan kepala. Tampak Tabitha dalam balutan kaus putih lengan pendek dan celana pendek. Rambutnya dicepol asal, mengernyitkan dahi heran, melihat wajah Sisil yang pucat. " Kamu kenapa? Itu, kenapa handphone kamu taro situ? Mau dikasih ke maling ya?" ujarnya asal.

Miss SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang