Epilog

83.9K 5K 252
                                    


Selama enam bulan ini, beginilah alur hidup seorang Sisilia Renata;

Setelah mendapatkan lamaran untuk yang ketiga kali dari orang yang sama, gadis itu akhirnya menerima Reagan sebagai calon suami, setelah Kee ngotot ingin ikut ke rumah "Mommy Sisil" di Ambarawa untuk menghadiri pernikahan mama Sisil yang hanya berupa akad, dilanjutkan dengan acara syukuran makan- makan di sebuah restoran dengan pemandangan bagus dekat rawa pening.

Keluarga besar Sisil sendiri ada yang takjub, hingga iri karena Sisil membawa pulang calon suami seorang bule. Mata mereka lebih melotot lagi lantaran mengetahui bahwa yang digaet Sisil bukan orang sembarangan pula.

Jujur saja, ini membuat Sisil agak- agak puas. Terutama saat Pakde Nuri terus- menerus menatap ke arah Reagan dengan  takjub.

"Itu bosnya mbak Sisil, tahu," ujar  Ninda, salah satu sepupu yang dekat dengan keluarga Sisil. "Ganteng kan? Lebih ganteng dong dari mas Gagas!"

"Tapi dia bawa anak, yakin belum punya istri? Jangan- jangan Sisil cuma dijadikan ban serep, lagi?"

"Ih, ya enggaklah!" Ninda menyergah nggak terima. Sambil membawa kipas di tangannya, gadis itu berbisik pada lawan bicaranya yang adalah salah satu sepupu Sisil juga, "menurut Mbak Tara, orang itu duda satu anak."

"Ganteng sih ganteng," salah seorang sepupu Sisil ikutan nimbrung, sembari mengarahkan matanya ke sosok tinggi besar berwajah ganteng yang senantiasa berjalan di belakang Sisil. "Tapi kalau duda sih, sayang banget nggak sih? Sisil padahal cakep gitu. Apa nggak bisa cari yang single? Yang belum punya buntut."

"Tapi Keegan udah dekat banget sama Mbak Sisil tuh," Ninda seperti jadi juru bicara bagi Sisil dalam acara syukuran pernikahan ibunya. Pak Seno memboking satu restoran untuk mengundang keluarga besar dari kedua belah pihak.

Memang, sejak tiba di Ambarawa, Keegan tak berhenti takjub. Dia bagaikan anak kota yang mendadak liburan ke rumah nenek di desa.

Semua orang kagum padanya. Dia berpindah dari satu anggota keluarga Sisil, ke anggota keluarga lainnya. Kee langsung dekat dan menempel pada Tara.

Segala yang menarik perhatian bocah itu  pun ditunjuknya dengan wajah berbinar antusias tanpa malu- malu.

Entah itu hamparan hijau persawahan, kawanan domba dan kambing yang sedang merumput, traktor untuk membajak sawah, ayam yang dipelihara tetangga Sisil, hingga kerumunan bocah yang mengejar layangan.

"Wow, Mommy, that's cool!" komentarnya ketika melihat para bocah tetangga Sisil menerbangkan layangan besar berbentuk ikan pari manta di pematang sawah dekat kompleks perumahan yang ditempati kekuarga Sisil.

Dan meski belum resmi menikah dengan Reagan, Kee sudah membikin keluarga Sisil heboh dengan panggilan " Mommy Sisil" yang terus diteriakkannya setiap saat.

Mama sempat menatap Sisil dengan sorot menuntut penjelasan. Dan ketika semua kesibukan dalam rangka pernikahan mama sudah selesai, mereka berbicara. "Kamu serius sama Reagan ini? Kamu ndak merasa keberatan karena dia seorang duda? Kamu ndak khawatir kalau tiba- tiba mantan istrinya kembali?" mama mencecar Sisil, menjelang hari kepindahannya ke rumah Pak Seno di Kendal.

"Mantan istrinya sudah meninggal, Ma. Sewaktu meliput konflik di Timur Tengah, maka dari itu anaknya dirawat oleh orangtua Pak Reagan." Sisil menunduk. "Sebenarnya, ibu tiri Pak Reagan yang membawanya kemari. Ke Jakarta maksud aku. "

"Dia sepertinya sayang banget sama kamu, si Keegan itu."

Hati Sisil menghangat, begitu nama si bocah disebut. "Tapi apa Reagan sudah tahu kondisimu?"

"Dia nggak keberatan, " dan omong- omong soal ini, mereka memang pernah membahasnya dalam perjalanan menuju ke Semarang minggu lalu.

Setelah sebelumnya terjadi keributan antara Aldrich senior dan Aldrich junior, tentang moda transportasi apa yang akan mereka gunakan untuk bisa sampai ke rumah embah baru Kee.

Miss SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang