"Dimana Juanda? Katakan dengan jujur, kamu punya Ibu dan adik perempuan, posisikan jika merekalah yang ada di posisiku sekarang."
Sunyi untuk beberapa saat, hanya hela nafas panjang di ujung sana yang terdengar begitu berat seakan tengah menimbang dan berpikir haruskah dia memberitahu atas tanya yang aku berikan.
"Kamu nggak lihat story Instagram juniornya Juan si Mentari, Nja?"
Suara berat dari Gagas, laki-laki yang tidak lain adalah sahabat Mas Juan yang kini menjadi tangan kanannya karena perbedaan pangkat di antara mereka, suamiku seorang Mayor sedangkan Gagas adalah seorang Bintara berpangkat Serka tersebut membuatku membeku. Aku bingung bagaimana aku harus menanggapi saat jawaban yang diberikan oleh Gagas bagai sebuah konfirmasi atas firasat burukku terhadap suamiku.
Mentari, nama itu muncul tiba-tiba dalam kehidupan rumah tanggaku, bukan hanya sebagai junior Mas Juan di Batalyon ini namun juga sebagai seorang yang membuatku sakit hati.
"Mentari......" kembali aku menyebut namanya, meski pun aku sudah tahu kemana arah pembicaraan Gagas namun tetap saja aku bertanya dengan bodohnya.
"Kamu lihat saja story di Instagramnya ya, Nja. Maaf aku cuma bisa ngasih tahu sampai di situ saja. Kamu temanku, Juan juga temanku. Aku tutup ya."
Teman? Tanpa menunggu jawaban dariku Gagas sudah lebih dahulu menutup teleponnya. Mendapati kata teman yang diucapkan oleh Juan membuatku ingin sekali tertawa karena hidup yang begitu menggelikan. Lucu sekali saat solidaritas pertemanan digunakan untuk menutupi aib satu sama lainnya. Antara aku, Mas Juan, dan Gagas kami dulu satu daerah, kami berteman sejak usia kami belasan sampai sekarang menginjak angka 30-an, tapi kenyataannya nasib yang berbeda membuat pertemanan berubah. Dibandingkan langsung memberitahuku apa yang terjadi sebenarnya, rupanya Gagas lebih memilih untuk melindungi temannya.
Air mataku menetes tanpa aku sadari. Sekeras apapun aku berusaha menepis pemikiran burukku, firasat seorang itu justru semakin kuat berkaitan dengan suamiku yang entah ada dimana. Menuruti apa yang dikatakan oleh Gagas, aku mencoba mencari akun Instagram Sang Kowad yang bertugas dibagian Penerangan tersebut. Berulangkali aku mengetikkan kata kunci yang dikirim oleh Gagas by chat, namun hasilnya nihil. Sampai akhirnya satu kecurigaan lainnya muncul.
"Kayaknya aku diblokir." Kembali aku mengirimkan pesan pada Gagas. Aku sama sekali tidak berharap Gagas akan membalas pesanku mendapati dia yang melindungi Mas Juan namun siapa yang menyangka jika dia justru membalas pesanku lengkap dengan akun Instagram beserta Password miliknya.
"Pakai akunku. Kamu buat akun baru pun sia-sia karena Mentari sepertinya mem-private akunnya."
Tidak membuang waktu aku buru-buru logout dan masuk melalui akun Gagas, dan benar saja di antara sedikit akun yang di follow oleh Gagas terlihat ada story milik Mentari. Jantungku berdebar kencang, sadar jika apapun yang akan aku lihat hanya akan menghancurkan bahagiaku dan harapan terakhirku tentang keluargaku yang baik-baik saja.
Aku mengepalkan tangan kuat, menahan seluruh tubuhku yang gemetar sebelum akhirnya aku memberanikan diri untuk menekan story milik Mentari tersebut. Dan yah, seakan menyalakan api pada kayu yang sudah disiram bahan bakar, amarahku seketika meledak melihat bagaimana romantisnya makan malam yang diposting oleh Mentari tersebut. Benar tidak terlihat wajah Mas Juan disana, namun tangan yang terlihat menggenggam tangan Mentari itu adalah tangan suamiku. Bekas luka yang tampak di jarinya dan jam tangan yang aku berikan dua tahun lalu adalah bukti jelas jika pria yang bersama Mentari adalah seorang Juan Prabumi.
Suamiku, yang aku tunggu kehadirannya namun berakhir mengecewakan. Tidak, rupanya benar dugaanku. Suamiku tidak sedang sibuk dengan tugasnya melainkan tengah merayakan ulang tahunnya yang ke 37 bersama dengan juniornya dengan candle light dinner yang mewah tanpa ingat jika dia punya istri dan anak yang menunggu kepulangannya di rumah.
Dan kalian tahu apa yang paling menggelikan dari postingan putri Jendral yang tengah menggatal pada suami orang tersebut. Yang paling menggelikan adalah caption pada foto tersebut yang membuatku ingin menangis sekaligus marah hingga tidak bisa menahan diri untuk tidak mengutuk perbuatan buruk mereka yang bermain api di belakangku.
Happy birthday My lovely Major.
Selalu Happy kalau lihat kamu seneng dapat kejutan dari aku. ILY, Sayangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA (Cinta Itu Semakin Pudar)
RomancePernikahan indah dengan pedang poranya itu masih terbayang jelas di pikiran Senja seakan baru kemarin suaminya menggandengnya melewati pedang-pedang yang berjajar di angkat dengan megah oleh para junior dan rekan suaminya, Senja masih terbayang inda...