Please, mau nyari cast Juan sampai nggak dapat saking keselnya sama dia
Ada usul kalian, sini bisikin Mamak"Apaan sih Mas kamu ini, dari tadi ngomongin Mentari terus. Suka kamu sama dia? Harus banget namanya kamu sebut terus di depanku? Sebagus apa sih dia sampai kamu kayak kegilaan sama dia sampai nyakitin aku kayak gini."
Mas Juan langsung terdiam saat aku memfinal ucapanku dalam perdebatan ini. Sepertinya dia sadar jika kali ini dia sudah keterlaluan, wajahnya melunak tidak segarang sebelumnya. "Bukannya kayak gitu, Dek. Mas cuma nggak suka kamu kepo kayak gini. Bukan maksud Mas bandingin kamu sama Mentari atau nyakitin kamu, sudah ya berdebatnya. Mas minta maaf karena semalam nggak pulang buat rayain ulang tahun sama kamu dan Jani."
Pada akhirnya suamiku pun meminta maaf, tapi getar hangat sebuah penyesalan tidak aku rasakan disana, Mas Juan meminta maaf bukan karena dia menyesal sudah mengecewakanku dengan Jani, bukan pula karena dia tidak pulang semalam dan membuatku menunggunya. Kali ini suamiku meminta maaf untuk mengakhiri perdebatan kami pagi ini agar aku tidak terus menerus mendesaknya pasal dia yang membandingkanku dengan Mentari.
Suamiku sadar, dengan dia yang menyebut nama selingkuhannya tersebut di depan mataku bisa membuatku curiga.Tangan besar tersebut menyentuh bahuku, bermaksud menenangkan dan membujukku namun hatiku sudah terlanjur membatu.
"Maafin aku ya, Dek. Aku janji ini adalah kali terakhir aku ngecewain kamu dan Jani."
"Yang aku butuhkan bukan janji, tapi bukti, Mas. Jangan berjanji jika kamu tidak akan bisa menepatinya."
Kedua tanganku mengepal menahan amarah yang serasa menggumpal di dalam dada sebelum akhirnya aku memutuskan untuk berlalu saat mendengar janjinya yang terucap. Kulepas tangannya yang ada di bahuku karena aku yakin dia tidak akan menepati janji yang dia ucapkan. Dan benar saja, pagi ini adalah perdebatan kami menuju hubungan kami yang semakin renggang.
Antara aku dan suamiku, kami berdua menjauh perlahan hingga aku terbiasa dengan dinginnya ranjang tempat tidurku yang jarang dihuni oleh suamiku lagi. Rumah dinas yang selama ini selalu menjadi tempat nyaman dan hangat untukku kini tidak lebih daripada sebuah tempat untukku dan Rinjani berteduh.
Suamiku, pria yang membawaku untuk menjadi pendampingnya dalam pengabdian tersebut hanya pulang untuk berganti seragam dan mematutkan dirinya agar tidak dituduh menelantarkan aku dan Rinjani sementara yang sebenarnya entah suamiku ngeluyur kemana, diluar kami kelihatan harmonis sedangkan yang sebenarnya kami semakin menjauh hingga aku merasa tidak ada Mas Juan di sisiku pun aku tidak apa-apa. Seharusnya aku marah bukan dengan perubahannya yang semakin jelas terlihat, tidak, aku tidak marah-marah lagi.
Rasa sakit hatiku kepadanya sudah sampai di puncak aku tidak punya energi untuk marah kepadanya. Saat suamiku pulang aku masih bersikap baik kepadanya, aku melayani kebutuhannya selayaknya istri yang baik, aku merawat Rinjani tanpa perubahan apapun meskipun Rinjani sendiri pun tahu jika Papanya lebih sibuk di luar sana hingga lupa dengan dirinya, dan rupanya diamku tanpa protes itu membuat Mas Juan semakin besar kepala. Aku ingin melihat sejauh mana rasa tidak tahu diri suamiku yang tengah terbuai dengan cinta wanita yang dulu mustahil digapainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA (Cinta Itu Semakin Pudar)
RomancePernikahan indah dengan pedang poranya itu masih terbayang jelas di pikiran Senja seakan baru kemarin suaminya menggandengnya melewati pedang-pedang yang berjajar di angkat dengan megah oleh para junior dan rekan suaminya, Senja masih terbayang inda...