25. Sebuah Permohonan

7.4K 601 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HolllaaaaaaaaaaYuhuuuuu, Senja sudah bisa kalian baca full Part di aplikasi KaryaKarsa dan playbook ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holllaaaaaaaaaa
Yuhuuuuu, Senja sudah bisa kalian baca full Part di aplikasi KaryaKarsa dan playbook ya. Untuk pembelian Playbook linknya Mamak taruh di beranda Wattpad. Buat kalian yang nunggu di KBM besok ya.
Happy reading semuanya

"Om Dio, ngapain Om Dio disini?"

Sumringah seakan tidak baru saja menangis histeris, Jani tersenyum lebar bahkan dia melepaskan genggaman tangannya dariku untuk berlari menghambur pada pria berkaos hijau pudar dan bercelana pendek yang ada di depan ruko, dan yang sedikut mengusikku adalah Kapten Dio yang tersenyum sama lebarnya menyambut Rinjani, di kanan kiri Kapten Dio bahkan terdapat koper besar yang bertumpuk dengan tas ransel warna kuning matahari milik putri kecilku yang menambah sumringahnya Rinjani.

Aelaaaaah, kenapa anak gadisku ini tahu sekali yang bening-bening.

"Cantiknya Om....."

Reflek aku melongo saat Kapten Dio tersenyum semakin lebar, syok melihat bagaimana hangatnya Kapten yang seringkali menjadi bahan gunjingan karena sikap acuhnya terhadap para Ibu-ibu yang berusaha menjodohkan dirinya dengan putri mereka ataupun para perempuan yang godaannya tidak ditanggapi dengan baik oleh Kapten tampan tersebut.

Selama ini aku hanya menganggap Kapten Dio seperti anggota suamiku yang lain, bahkan tidak pernah memperhatikannya secara benar selain karena dia yang menjadi favorit Rinjani. Ya, Kapten Dio adalah Om kedua favoritnya setelah Om Gagas, tapi tidak aku sangka jika mereka sedekat ini.

Di tengah keterpakuanku melihat Rinjani yang menghambur memeluk Kapten Dio, tiba-tiba saja aku mendengar suara dibelakangku yang begitu familiar.

"Orang kalau nggak tahu pasti ngiranya Kapten Dio itu bokapnya si Jani."

Mendengar celetukan dari Gagas yang tengah menggendong Huda sementara Hanifah, istrinya, menenteng beberapa kotak martabak membuatku menaikkan alisku keheranan dengan kalimatnya. Kehadiran teman dan tangan kanan Mas Juan ini menjawab tanyaku kenapa Kapten Dio ada disini.

"Orang kalau nggak tahu juga ngiranya Jani anak kalian berdua, nggak tahu saja orang-orang kalau kamu terlambat nikah, untung di pungut sama si Hanifah. Ya nggak Mama Huda?!"

SENJA (Cinta Itu Semakin Pudar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang