15. Menangkap Basah

4.9K 481 38
                                    

Yang nanya Letnan Mentari cantik nggak? Cantik dianya, beneran deh, dia cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang nanya Letnan Mentari cantik nggak? Cantik dianya, beneran deh, dia cantik. Secara anak Jend, orang berpangkat juga, secara umum gambarannya kek dia nih 👆 cantik-cantik sadis kejam gitu.
Saran saja, siapin es sama kantong muntah sebelum baca soalnya Part ini sangat eneg maksimal

"Ini loh Wati, Siti, Cah Ayu Mentari dari Jakarta yang sering beliin aku barang-barang bagus yang kalian tanyain, cantik To. Wes idaman aku banget jadi mantu, nggak kayak Ibunya si Rinjani yang pelit nggak pernah melek ke mertua."

Tanpa sadar aku tersenyum sinis mendapati raut wajah Ibu Mertuaku yang menggamit mesra perempuan berambut pendek tersebut, senyuman lebar tersemat di wajah beliau, hal yang tidak pernah beliau perlihatkan kepadaku.

Ya iyalah, buat apa ibu Sri Prabumi ini tersenyum kepadaku, selama ini toh aku tidak dianggapnya menantu melainkan hanya seorang perempuan parasit dalam hidup putranya yang menumpang hidup menghabiskan apa yang disebut putranya sebagai harta. Ciiiihhhh, Mertuaku ini mengira saat dia menjadikan putranya seorang Perwira muda jebolan Akmil, maka gaji yang akan didapatkan oleh anaknya akan sama seperti gaji presiden tanpa tahu jika putranya pun pontang-panting dalam memberikan jatah bulanan belum lagi untuk memenuhi gengsi orangtuanya.

"Ibu beliin mobil yang bagus dong Wan, masak iya anaknya jadi Perwira, Ayah Ibunya masih pakai pickup brondol murahan."

"Wan, adikmu mau kuliah mbok ya di beliin motor Nemex biar kayak temennya, kasihan lihat adikmu minder tahu. Kakaknya saja Jebolan Akmil masa adiknya pakai Mio butut."

"Wan, nggak usah beliin istrimu perhiasan. Wong dia cuma istri di rumah nggak ngehasilin apa-apa, kamu itu loh harusnya balas budi Ibu sama Ayah sudah jadiin kamu orang. Kalau nggak karena Ibu dan Ayah yang nekad mungkin kamu cuma bakal jadi tukang sayur di pasar kayak Ibu sama Ayah."

"Wan, Si Intan pengen sepatu kayak punyanya si Senja. Kamu itu mbok ya kalau beliin istrimu beliin juga adikmu. Ingat, istri itu cuma orang lain yang numpang ngelahirin anakmu, sedangkan adikmu itu sampai kapanpun sedarah denganmu."

Kupejamkan mataku rapat-rapat mengusir kenangan buruk atas setiap ucapan yang Ibu Mertuaku berikan. 10 tahun bukan waktu yang sebentar dan ada banyak kalimat menyakitkan yang aku telan bulat-bulat, aku menganggapnya angin lalu karena selama ini ada suamiku yang menguatkanku, dan sekarnag saat suamiku datang membawa wanita lain lengkap dengan segala pujian yang Ibu mertuaku berikan, rasa sakit itu kembali hinggap.

Aku tidak pernah membayangkan dalam hidupku akan bertemu orang-orang jahat macam Ibu mertuaku, suamiku sendiri dan Letnan Mentari.

Tampak video yang dikirim Sissy bergoyang sembari merekam obrolan seru antara Ibu mertuaku yang menggandeng erat Mentari untuk dipamerkan kepada seluruh kerabat yang datang. Sepertinya Sissy menggantung ponselnya dengan lanyard, meski demikian aku bisa mendapatkan gambar yang jelas dan obrolan yang begitu jernih.

SENJA (Cinta Itu Semakin Pudar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang