Part 2 (revisi)

837 102 6
                                    

Typo bertebaran🙏

-

Kedua pupil itu terbuka perlahan, pandangannya buram saat ia mencoba menyesuaikan bias cahaya lampu yang menusuk sepasang netranya.

Pembauannya bekerja dengan cepat dengan otak cerdas yang sangat mudah menebak kalau ia berada di salah satu ruangan rumah sakit.

Gadis itu meringis saat mengangkat tangannya memegang kepala yang terasa pusing, bukan karena kepala yang sakit tetapi pergelangan tangan yang sudah di jahit dan di lilit perban.

"Perbuatan bodoh apa yang barusan kau lakukan sampai mengabaikan panggilan dariku? Kau tau besok ada meeting penting yang harus kita hadiri tapi kau ck! Seperti bocah saja"

Kyungsoo menoleh ke samping ranjang tempatnya terbaring mendengar seseorang berbicara, ia sangat mengenal suara dingin nan sarkas itu, siapa lagi kalau bukan atasan mudanya di Perusahaan.

Pria yang menghubunginya tadi yang pasti akan membahas soal persiapan meeting esok hari.

Rasanya gadis itu ingin meneriaki pria itu, melampiaskan kemurkaanya, apakah ia tidak pernah patah hati sehingga begitu sombongnya berbicara demikian? Namun sepanjang hidupnya, Kyungsoo tidak akan pernah melakukan hal itu karena ia masih mencintai pekerjaannya, untuk itulah ia berucap lirih.

"S-sehun"

Pria yang sedari tadi menunggunya sadar dari pingsan hingga jam menunjukkan angka 11 malam menghela nafas saat gadis yang terbaring lemah begitu keluh menyebut namanya.

"Kalau kau sangat ingin mati setidaknya kau melompat ke tengah lautan agar ikan piranha memakan dagingmu yang tak seberapa itu sampai habis sehingga tidak meninggalkan jejak jika kau pernah hidup di dunia ini"

Kyungsoo mencebik mendengar ucapan sarkastis Sehun jika di cerna dengan baik, pria itu marah atas perbuatan percobaan bunuh dirinya.

Namun jika orang lain yang dengar, pasti berkesimpulan pria itu peduli karena sangat jelas dari nada suaranya, pria itu sangat peduli pada kehidupan Kyungsoo yang kelam dan penuh pesakitan.

Berbeda lagi dengan Kyungsoo yang menatap Sehun bengis.

Tidakkah pria dingin itu mengasihaninya yang hampir mati? Dan bisakah Sehun diam saja, tidak usah menambah bebannya oleh kata-kata yang semakin menyakitkan hatinya?

"Sepertinya kau sangat mendukung kematianku"

Ketus Kyungsoo menyahut mengubah sorot tatapannya menjadi malas pada pria yang sialnya bosnya yang tengah duduk pongah di kursi yang tersedia di dalam kamar rawatnya.

Sehun mendengus sebelum membalas ucapan gadis yang selalu berpura-pura kuat dalam ketidakkuatannya. Sehun cukup lama mengenal Kyungsoo dan pribadi gadis itu, maka dari itu ia sangat tahu betapa rapuhnya seorang Kyungsoo yang mencoba berdiri tegak di kedua kakinya tanpa ada keluarga yang membantu.

"Hanya orang bodoh yang ingin melampaui takdir kehidupan yang Tuhan sudah gariskan, hidup dan mati kita Tuhanlah yang menentukan bukan dengan melewati batas, lalu mencoba mengakhirinya" ucapnya penuh kerohanian.

Ingatkan Kyungsoo kalau bosnya itu rajin beribadah sehingga berkatnya berlimpah ruah. Tapi tidak dengan sikap dan ucapan sarkasnya, Kyungsoo harus mengelus dada.

"Bagaimana? Apa masih sakit? Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu"

Harusnya dari pertanyaan ini Kyungsoo tahu kalau Sehun sepeduli itu padanya namun gadis itu memiliki kepekaan yang sangat minim sehingga selalu menganggap Sehun musuhnya tapi juga bosnya.

Sehun bertanya menatap Kyungsoo yang berusaha duduk, tidak ada niatan menjadi pria romantis hanya untuk membantu gadis itu bangun. Namun gelengan kepala Kyungsoo sudah menjawabnya bahwa ia baik-baik saja dan tidak memerlukan dokter saat ini.

REVENGE HAS SWEET FRUIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang