Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"
Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff.
Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"
Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya.
"Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakutan nanti."
Apa yang dikatakan oleh Yogi berhasil melerai keduanya. Meskipun karena hal itu dia harus mendapatkan satu pukulan telak di wajahnya. Emosi Deff meledak ingin memukul balik reza. Hanya saja, setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Yogi, kalau Strawberry takut pada keramaian dia memilih untuk tidak membalas pukulan dari Reza.
"Kalian ngapain sih?!" tanya Yogi kesal.
Yogi melerai kemudian mengajak keduanya untuk berbicara. Ia ingin situasi menjadi kondusif agar pekerjaan mereka hari ini bisa segera diselesaikan.
Sementara Rei duduk sambil memangku Bebe. Bebe itu tak bisa mendengar suara keras atau keributan seperti yang ia lihat barusan. Anak itu akan ketakutan. Rei memeluk dan mengusap-usap punggung putri kesayangannya.
"Tarik napas Nak, buang. Enggak apa apa ya, om nya cuma lagi bercanda aja itu di belakang."
Bebe terlihat sesenggukan, ia memeluk erat sang mami. "Om itu tadi marah marahin mami," katanya lagi karena mendengar Reza yang beberapa kali memberi arahan dengan nada suara tinggi.
"Enggak Nak, om itu emang suaranya begitu. Karena dia orang dari Sumatra, agak keras kalau ngomong. Tapi, bukan berarti marah. Di sana kayak gitu udah biasa Nak. Karena di sana udah jadi kebiasaan. Bebe enggak boleh takut."
Bebe memerhatikan, mencerna kata-kata yang ia dengar meski masih meneteskan air mata. "Di sana ngomongnya begitu ya Mi?" tanya Bebe dijawab anggukan kepala oleh Rei.
Bebe terdiam, mengatur napasnya, anak itu berusaha menenangkan dirinya. Ia lalu kembali teringat apa yang ingin ia katakan kepada sang mami.
"Mami, Bebe ingat di mana ketemu om itu."
"Di mana sayang?"
"Waktu Bebe olahraga di lapangan luar, main bisbol. Ada Om itu Mi, Aufa yang pertama kali liat." Bebe memberitahu.
"Di sekolah sayang?" Rei mencoba untuk mempertanyakan lagi kepada sang putri, mengkonfirmasi.
"Iya mami."
Jelas itu membuat Rei merasa heran. Bagaimana Deff bisa berada di sana? Sudah pasti ia mencoba mencari tahu mengenai keberadaan Strawberry. Namun, mengapa tiba-tiba sekali mantan suaminya itu menengok putrinya? Apa dia mulai penasaran? Atau mulai mengakui Bebe?
"Ayo kita lanjut lagi," ajak Yogi yang kemudian menggendong Bebe.
Kegiatan hari itu dimulai kembali. Situasi juga sudah kondusif, dan pengambilan gambar berjalan dengan sangat lancar. Setelah itu, Yogi mengajak Rei dan Strawberry untuk makan siang di kantin perusahaan. Biasa kantin memang tetap dibuka, jika ada pengambilan gambar seperti ini atau ada kegiatan di kantor.
Bebe sangat kagum, dia menikmati nasi lengkap dengan ayam goreng kesukaannya, sambil terus menatap keluar jendela. Di sana dia bisa melihat pemandangan karena kantin yang berada di lantai empat.
"Bebe suka nggak main di kantor Papi?" Yogi bertanya.
Dengan antusias anak itu menganggukan kepalanya, kemudian mengacungkan ibu jari. "Suka banget. Nanti kapan-kapan aku boleh ikut papi lagi?"
"Boleh sayang. Kamu boleh ikut papi, kapanpun, nanti kapan-kapan kita ke sini lagi."
Rei tidak bisa tenang setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang putri. Terus memikirkan alasan mengapa mantan suaminya mendatangi Bebe.
Yogi menatap Rei, kemudian genggam tangan wanita itu. "Kenapa kamu? Kenapa bengong kayak gitu? Kaki kamu sakit?"
Rei gelengkan kepala. "Aku nggak apa-apa mas, cuman aku lagi kepikiran sesuatu aja."
"Apa?"
Rei melirik Bebe, "aku nggak bisa cerita ke kamu sekarang," ucap Rei.
Meskipun merasa penasaran terus berkutat di pikirannya, tapi Yogi mencoba untuk mengerti dan tak ingin memaksakan diri harus memberitahu saat ini juga. dia tidak mau bersikap egois.
"Oke, kamu harus kasih tahu aku nanti."
Rei terdiam, ia sangat ingin memberitahu Yogi saat ini. Sejujurnya dia berpikiran untuk memperkenalkan Deff kepada Strawberry hari ini juga.
"Nak, coba kamu kasih tahu Papi apa yang tadi kamu kasih tahu ke mami." Akhirnya Rei menemukan cara untuk memberitahu Yogi.
"Papi, om yang megang kamera tadi, Bebe pernah lihat."
Yogi melihat ke arah Rei dengan penasaran. "Om Deff?" Meskipun bertanya kepada Strawberry, arah mata Yogi menatap arah Rei yang kemudian menganggukkan kepalanya.
"Bebe enggak tau namanya. Tapi, dia ada di sekolah Bebe waktu Bebe main bisbol."
Yogi dan Rei saling menatap heran juga dengan apa yang mereka dengar.
Sementara itu tak jauh dari meja Yogi, ada Satrio dan juga Deff yang duduk menikmati makan siang. Satrio sibuk jangan soto ayam di piringnya, sementara rekan kerjanya sekali menatap ke arah lain.
"Tadi lo ngapain sih sampai marah-marah kayak gitu? Sampai mukul-mukulan segala lagi?"
"Gue cuma nggak suka aja kalau orang itu kasar sama anak kecil. Ya namanya juga anak kecil, pastilah dia biasa lari-lari kayak gitu. Seharusnya Nggak usah sampai dibentak, kan bisa dinasehatin baik-baik lagian tadi juga belum mulai." Deff mengungkapkan kekesalan yang tadi dia rasakan.
Satrio menatap dengan heran. Karena tumben sekali Dev bersikap seperti ini. Biasanya juga tidak peduli, yang terpenting adalah pengambilan gambar berjalan lancar. Hal itu membuat Satrii merasa sangat aneh.
"Tumben? Bukannya motto dalam hidup lo itu, adalah semua harus berjalan lancar tanpa ada gangguan? Kejadian tadi sedikit kontradiktif sih sama kelakuan lo yang kayak biasanya." Satrio mengungkapkan pendapatnya sambil menatap Deff yang sibuk mengaduk jus Strawberry miliknya.
"Gue cuman nggak tega aja ngelihat anak kecil kayak gitu dimarahin kayak tadi. Ya harusnya dia nggak kayak gitu lah." Deff tentu saja tidak bisa mengungkapkan apa yang terjadi sebenarnya kepada Satrio.
"Lagian gue perhatiin, lo dari tadi juga aneh banget. Gue juga lihat kok, Lo malah sibuk ngambilin gambar anak itu. Kenapa? Menurut lo anaknya Pak Yogi itu bisa ya jadi model? Jadi lo antusias sama dia dan tertarik gitu?" Satrio coba mengorek-ngorek apa yang terjadi sebenarnya. Karena menurutnya tingkah Deff saat ini benar-benar aneh sekali. Kemudian menyimpulkan kalau Deff ingin mengajak Bebe untuk menjadi model.
Deff berdecak, karena menurutnya Satrio hari ini sangat cerewet. Dan itu membuat ia semakin kesal. "Bisa nggak sih lo diam, dan habisin aja makan siang lo."
"Gue cuman heran aja."
Deff melanjutkan makan siangnya. Namun, dirinya sama sekali tak bisa fokus karena melihat kebahagiaan di meja yang berada tak jauh dari sana. Kebahagiaan diantara Yogi, Rei dan juga Strawberry. Pria itu kemudian bangkit dari duduknya ke rumah dia berjalan menghampiri meja Yogi, diikuti dengan tatapan heran dari Satrio.
Langkah pria itu terhenti tepat di samping. "Maaf Pak Yogi bisa kita bicara sebentar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
one night stand with janda Gendut
Romansa🍓Sudah tamat di karyakarsa 🍓 Reisya Clemira terbangun dengan Persentase 0% benang melekat pada tubuhnya. Tatapannya mengedar lalu menemukan sebuah note tertempel di cermin. Dengan menutupi tubuh dengan selimut, ia berjalan, lalu mengambil kertas t...