Bab [2]

3.3K 160 0
                                    

"Ada apaan sih, Ka?" Arsya yang baru sampai di apartemen Natha segera menghempaskan tubuhnya di sofa, "Kayaknya penting banget sampe loe gak ngijinin ada yang absen,"  lalu pria yang berpropesi sebagai Chef itu mengedarkan pandangan ke sekitar, "Angga mana?" Dia bertanya pada Natha yang baru muncul dari dapur sambil membawa cemilan.

"Angga gak hadir, soalnya dia gak diundang sama Arka," Natha meletakan botol minuma bersoda yang baru diambilnya dari kulkas, "Loe pasti kaget kalau tahu masalah apa yang lagi dihadapin sama nih cowok Cassanova."

"Emang loe tahu masalah gue apaan?" Arka bertanya dengan gaya angkuh, soalnya dia merasa yakin kalau masalah yang sedang dia hadapi itu; hanya dia dan Anggi sama Angga saja yang tahu.

"Tahu lah," Natha melirik Arsya yang sedang membuka tutup kaleng minuman lalu kembali melanjutkan, saat si Chef absurd itu membawa kaleng tersebut ke mulutnya. "Loe kan jatuh cinta sama Anggi tapi Angga gak ngasih restu."

Pruuuff.

Mulut Arsya yang semula menyesap minuman, kini sudah kosong kembali, karena semua minuman yang tadi diteguknya saat ini sudah memenuhi wajah Arka. Posisi dia yang berada tepat di depan pria itu membuat si dokter kandungan terkena apes.

"Sya! Muka gue woii!" Arka teriak sambil meraih kain terdekat, dan kebetulan dia menemukan kemeja Natha yang baru datang dari laundry, dan masih tergeletak di pegangan sofa.

"Baju gue, Arka!!" Natha yang semula terbahak seketika histeris saat melihat kemeja yang akan dia gunakan untuk meeting besok dijadikan lap oleh sahabatnya.
"Nyesel, gue."

"Lagian loe iseng banget sih," Arka pasang wajah polos sambil terus bersihin wajah sama rambutnya yang basah, "Loe juga, Sya!" Dia melotot sama Arsya yang lagi cengengesan enggak jelas.

"Habis gue kaget, secara loe itu kan gak pernah kenal sama yang namanya cinta, tapi sekalinya jatuh cinta malah sama Adik temen sendiri," Arsya berkelakar, "Masih mending tadi cuman kena sembur air, daripada gue kasih kacang kontaminasi kayak waktu itu," perkataan Arsya barusan langsung membuat Arka ingin muntah.

"Ah sialan, loe!" Arka benci banget kalau diingatkan sama kejadian kacang bawang saat di rumah Angga, hari itu adalah hari ternaas dalam hidupnya, dia sudah cukup apes dikejar-kejar sama orang gila, anjing galak dan berakhir di mobil pengangkut sayur, bahkan wajah tampannya hari itu; kalau dalam bahasa gaulnya remuk redam tercium aspal. Pokoknya Arka gedek bawaannya kalau ingat kejadian itu.

"Ngomong-ngomong, loe tahu dari mana kalau gue suka sama Anggi?" Arka penasaran.

"Nenek-nenek yang giginya udah rontok semua juga pasti tahu, kalau dia liat tatapan mata loe," Natha berkata dengan serius, dia menatap Arka dengan penuh keyakinan.

"Sorot mata loe seolah dipenuhin sama cinta," tangannya menunjuk matanya dengan sangat yakin, "Dan setiap kali loe deket-deket sama Anggi, wajah loe tuh menceritakan segalanya, bahkan loe beranggapan perasaan loe gak diketahui sama siapapun, tapi bahasa tubuh loe!" Natha mengambil napas sejenak, lalu kembali melanjutkan.

"Bahasa tubuh loe menunjukan hal yang sebaliknya," lalu Natha mengakhiri pembicaraannya saat dia melihat Arka sama Arsya cuma bengong, ke dua pria itu menatapnya tanpa berkedip. "Kenapa liatin gue kayak gitu?"

"Setahu gue loe itu belum pernah pacaran," Arsya mendesah, "Tapi gue heran kenapa loe paham banget soal orang yang jatuh cinta, bahkan gue yang pernah beberapa kali punya pacar aja enggak menyadarinya."

Arka hanya mengangguk setuju, semangatnya untuk meledek Natha seolah terkubur oleh kerisauan hatinya. pria blasteran Italy itu menarik napas berat, sementara matanya menatap kosong ke arah depan. "Gue emang gak pernah punya pacar, tapi tatapan Arka sama Anggi...," dia menggantung kalimatnya, lalu menoleh untuk menatap wajah Arka. "Tatapan persis seperti yang dulu gue liat saat nyokap gue masih ada, dia selalu natap bokap gue dengan penuh cinta," tangan Natha mengepal di pangkuannya.

Ke dua sahabatnya itu langsung menepuk pundak Natha, mereka tahu apa yang terjadi dengan Mrs. Laura Constantine, di saat mereka sibuk menghibur Natha, pria itu tiba-tiba saja memberi saran pada Arka untuk mendapatkan hati Anggi kembali. Perkataannya sontak membuat Arka membatu, sementara Arsya ikut merenung mengenai hal yang harus ditempuh oleh dokter kandungan itu.

"Apa ada jalan lain?" Arka bertanya ragu-ragu, sementara kengerian membayangi sorot matanya.

"Sayangnya gak ada," Natha menggeleng, "Ini adalah kesempatan loe buat buktiin sama Anggi, kalau loe bener-bener serius sama dia."

Arka menatap ke dua sahabatnya sambil berpikir, setelah beberapa saat merenung. Akhirnya dia pamit undur diri, dirinya butuh waktu untuk menenangkan pikiran dan melawan rasa takut yang masih mencokol di ulu hati. Satu kata yang diucapkan Natha, telah sukses membuatnya harus berpikir lebih keras lagi.

***

Yang nunggu Angga sabar ya, Arka sama Anggi lagi kejar setoran (?) haha.

Mr And Mrs Players Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang