BAB [19]

1.8K 89 4
                                    

Semua keluarga ikut berbahagia, sementara Anggi dan Arka diam-diam mengucap syukur pada Sang Khalik, bersyukur karena mereka bisa sampai di titik ini, hanya tinggal sedikit lagi menuju gerbang pernikahan, menuju bahtera rumah tangga, menjalankan kewajiban sebagai suami istri. Dan mensyukuri nikmat Tuhan yang telah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan.

Setelah acara ramah tamah dan makan bersama selesai, Arka mengajak Anggi untuk berbincang di halaman belakang. Tidak lupa dia meminta ijin pada orang tua Anggi untuk meminta waktu bersama anak gadisnya itu. Namun saat mereka berjalan keluar, di belakangnya terdapat beberapa orang yang mengekor dengan wajah santai.

Saat mereka tiba di gazebo yang bawahnya terdapat kolam ikan mas, Arka baru menyadari kalau di belakangnya sudah ada Arsya, Natha serta Angga yang sedang menyeringai. Oh, Arka tahu dengan pasti apa arti dari senyuman tersebut. Angga tampak jelas seperti ingin menelannya hidup-hidup, tapi Arka tidak khawatir, dia akan membawa Anggi ikut serta jika terjadi sesuatu yang buruk padanya.

Hm... kedengarannya terdengar egois memang, tapi Arka rela melakukan segala cara demi mempertahannya Anggi untuk tetap berada di sisinya. "Selamat, Bro!" Natha yang pertama kali memberi selamat, lalu mereka melakukan pelukan ala pria. Disusul oleh Arsya—yang dari nada suaranya—sepertinya chef itu sedang berbahagia.

"Cepet nikah, biar cepet punya Anak," Arsya melepaskan pelukan gentleman-nya lalu tersenyum pada Anggi, "Kalian berdua cocok banget, yang satu gantengnya overload, yang satunya lagi cakepnya berlebihan," ucapan Arsya disambut tawa renyah dari semua orang yang mendengarnya; kecuali Angga.

"Jangan lupa do'ain gue juga, biar gue bisa cepet nyusul loe sama Angga," Arsya melanjutnya sambil tersenyum cerah.

"Dari bau-baunya sih, gue yakin loe udah ada calon tetep," komentar Arka sambil berusaha mencari keberadaan sepupunya, "Ngomong-ngomong Produser acara loe mana?"

"Ya elah, orangnya bukan cewek yang selalu bikin gue makan hati juga kali," Arsya mengelak.

"Udah lah, Sya. Semua orang juga udah tahu kalau loe sama Produser cantik itu pacaran," Natha berkomentar dengan malas. "Bahkan seluruh Indonesia juga pasti udah baca beritanya," pungkasnya. Sementara Anggi hanya memilih diam sambil menikmati kehangatan tangan Arka yang sedang menggenggam tangannya.

"Gi, Kakak tanya sekali lagi," suara Angga yang terdengar serius membuat teman-temannya terdiam. "Kamu yakin mau nikah sama Arka? Dia mantan playboy lho," Angga mulai berusaha untuk mempengaruhi keputusan Adiknya, "Dia suka gonta ganti cewek."

Namun jawaban yang diberikan Anggi seketika membuat Angga terdiam, dia seolah kehabisan kata-kata karena dilawan oleh adiknya sendiri. "Kakak lupa? Aku juga kan sebelumnya suka gonta ganti temen cowok juga."

Yes! Makasih, Sayang.

Arka merapalkan kata tersebut di dalam hati, sekalipun ucapan Anggi barusan terasa menusuk hatinya, tapi Arka tidak perduli. Karena yang mulai Arka perdulikan sejak dia melamar Anggi; adalah kebahagiaan gadis itu sendiri, Arka tidak ingin melihat ada satu titikpun air mata yang tumpah di wajah gadis itu, air mata yang disebabkan oleh dirinya.

Tidak akan!

"Hufh," Akhirnya Angga menghembuskan napas lelah, "Kalian memang pasangan serasi dengan masa lalu yang sama-sama rumit," Angga memeluk tubuh Anggi dan mengucapkan selamat kepada Adiknya itu. Sementara pada Arka, Angga memasang wajah malas, meskipun sejujurnya dia tahu kalau Arka mengetahui isi hatinya.

"Tolong jagain Adik gue, ya," Angga berpesan, "Tegur dia kalau udah mulai salah, dan perlakukan dia sebagaimana loe menyayangi saudara perempuan loe, dia gak boleh disakitin dan jangan sampai dibuat nangis."
Arka menatap Angga dengan wajah penuh tekad, "Gue gak bisa menjanjikan banyak hal untuk saat ini, tapi kalau Anggi udah jadi Istri gue, maka sekuat tenaga gue akan berusaha untuk ngebahagiain dia."

Mr And Mrs Players Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang