"Ya ampun, maafin Angga ya Nak Arka," Tante Aini kembali berkata sambil mengoleskan obat di sudut bibir Arka. Dia dan suaminya sudah mendengar penjelasan tentang maksud kedatangan dokter kandungan itu ke rumah mereka.
Dia dan suaminya yang semula sempat terkejut dan merasa sangat sedih, saat ini sudah bisa kembali tertawa dan tersenyum seperti biasanya, di sisi lain Angga hanya diam sambil menatap langit-langit ruangan, seolah di atas sana dia menemukan tontonan yang mengasikan.
"Assalamualaikum," Anggi yang baru pulang seketika membatu saat mendapati empat pasang mata yang sedang menatap ke arahnya. "Ada apa? Kok pada kumpul di sini?" Dia melirik sekilas ke arah Arka, dan melihat ada bekas luka di wajah pria itu. Tapi Anggi memilih acuh dan mencium tangan ke dua orang tuanya.
"Gak salim sama Kakak, Gi?" Angga bertanya sambil menatap Adik kesayangannya itu. Setelah ditegur seperti itu, dengan lemas Anggi meraih tangan Angga dan menciumnya, Kakaknya itu mengacak rambutnya dengan gemas.
Tanpa sadar sudut bibir Arka terangkat saat melihat Anggi yang sepertinya sengaja menolak untuk bertatapan dengannya. Jika saja saat ini situasinya sedang tidak tegang, maka Arka ingin rasanya menggoda Anggi dan bertanya kenapa gadis itu tidak mencium tangannya. Tapi Arka cukup tahu diri, dia bukanlah siapa-siapa untuk gadis itu.
Kemudian kebahagiaan membuat hati Arka membuncah, saat dia memikirkan akan seperti apa jika Anggi sudah menjadi Istrinya, tanpa sadar Arka tersenyum seperti remaja belasan tahun yang baru pertama kali melihat gadis cantik. Bayangan akan memiliki Anggi untuk jadi pendamping hidupnya, hal itu sudah membuat perasaan Arka meluap-luap.
"Jadi kenapa pada kumpul di sini? Terus aku disuruh pulang cepet, emang ada urusan penting ya?" Anggi menatap orang yang ada di ruangan tersebut satu persatu.
"Ehem," Ayah Anggi berdehem, dan usahanya untuk menarik perhatian Anggi berhasil, karena saat ini fokus anak gadisnya itu sudah terarah padanya. "Jadi kamu disuruh pulang cepet, soalnya ada orang yang mau melamar kamu."
"Ngelamar?" Anggi bertanya dengan heran, dia tidak mengerti dan tidak bisa tahu siapa orang yang repot-repot datang ke rumahnya untuk melamar. Bahkan dia sendiri tidak pernah merasa memiliki pacar.
Om Bagas mengangguk, lalu dia menunjuk Arka sambil melanjutkan. "Orangnya ada di hadapan kamu, dia sahabat Kakak kamu, dan juga Dokter yang sudah sukses di bidangnya," pria paruh baya itu berkata bangga akan status pria yang melamar anaknya.
"Apa?" Anggi nyaris memekik andai dia tidak kembali menguasai diri. "Maaf, bukannya aku gak tahu diri, tapi karena alasan apa Kak Arka mau ngelamar aku?"
Pertanyaan yang dilontarkan Anggi terdengar seperti lelucon di telinga Arka. Padahal dia sangat yakin kalau Anggi tahu alasannya dengan pasti, meski begitu, Arka tidak ingin membuang kesempatan besar yang dimilikinya. Karena tanpa sadar Anggi sudah membuka pintu peluang yang lebih besar untuk meyakinkan orang tua gadis itu.
"Aku rasa kamu sudah tahu alasannya, Gi. Aku melamar kamu dengan segenap perasaan tulus yang kumiliki," setengah mati Arka berusaha menganggap kalau orang tua gadis itu tidak sedang berada satu ruangan dengannya. Bukannya dia pengecut dan tidak mau menghadapi kenyataan, bahkan Arka bisa mendengar suara tawa tertahan dari mulut Angga.
Anggi tetap berusaha bersikap santai, meskipun saat mendengar penuturan Arka barusan, jantungnya terasa seperti berhenti berdetak. Dia tidak menyangka jika pria yang sudah mengabaikannya itu kembali datang, bahkan meminang dirinya secara langsung ke pada orang tuanya."Mama sama Papah udah terima lamarannya dia?" Anggi tidak mau repot-repot menyebut nama Arka. Dia berharap kalau orang tuanya belum menjanjikan apapun pada pria itu.
"Mama sama Papah sepakat bakalan ngikutin keputusan kamu aja," Anggi tersenyum senang, sementara Arka terdiam dengan perasaan was-was. Dia khawatir Anggi akan menolaknya saat itu juga, tapi gadis itu hanya menghela napas berat sambil menatapnya."Mah, Pah, dan juga Ka Angga," dia menatap semua orang yang disebutnya secara bergantian. "Boleh tinggalin aku sama Kak Arka buat bicara berdua?"
"Gak boleh!" Angga menjawab terlalu cepat, hingga dirinya mendapat tatapan tajam dari ke dua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr And Mrs Players
RomansAnggi Hazeline Deviana harus merelakan pernikahan yang dia impikan menjadi kepingan yang tidak berbentuk, dia tidak memiliki harapan lagi setelah salah satu mantan kekasihnya melakukan tindakan asusilah terhadap dirinya. Tapi di saat dia bersikeras...