BAB [14]

1.7K 90 1
                                    

"Ya Tuhan!" Anggi dan Rina saling melirik saat mendengar Angga berteriak sambil mengeluarkan sumpah serapah. Anggi setengah berlari saat menuju ke tempat di mana ke tiga pria itu berada, sementara Rina berjalan santai di belakangnya. Wanita itu cukup tahu diri untuk tidak berlari dan bersikap sembarangan, sekalipun Anggi sangat tahu bagaimana sikap Rina sebelum dia hamil seperti sekarang, kata serampangan disandang Kakak iparnya itu, dia bukanlah wanita anggun atau wanita elegant seperti wanita pada umumnya.

"Ya ampun, sayang kamu kenapa?" Rina menatap baju suaminya yang dipenuhi sesuatu, sementara raut wajah Angga tampak mengerikan dan mendorong tubuh Arka yang lunglai ke tempat tidur.

"Arka nih, sayang," Anggi meringis saat mendengar nada manja dalam suara Angga. Sementara Arka berpura-pura batuk saat mendengar  sikap Angga yang merajuk seperti itu. "Aku kena muntahan dia, kamu keluar lagi gih!" Angga mengusir Rina, lalu dia juga melakukan hal yang sama pada Anggi Adiknya. "Kamu juga, Gi! Jangan berdiri di situ, cepet bawa Kak Rina keluar."

Anggi hanya bisa menghela napas pelan, dia melirik sekilas ke arah Arka yang sedang terbaring, sementara kemeja yang tadi dipakainya telah tanggal. "Ayo, Kak," Anggi mengajak Rina menjauh sambil berbisik, "Kak, badannya Kak Arka six pak ya? Kotak-kotak gitu," Rina yang mendengar ucapan Anggi tidak kuasa untuk menahan kekehan, wanita yang sedang hamil muda itu mengangguk dengan antusias sebagai jawaban.

Sementara di belakang mereka Angga sudah mengeluarkan tanduk—secara kiasan—lalu berteriak untuk mengusir dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya; berarti dalam konteks yang berbeda. "Anggiiiiiii!!! Keluar dan jangan racunin Rina sama isi kepala kamu tentang Arka!!!"
Suara intonasi nada tinggi milik Angga setidaknya mampu membuat Anggi tersenyum, dan meringankan sedikit beban di hatinya, meskipun sedikit memang tidak berarti banyak. Tapi itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Namun belum sempat mereka sampai di ruang tengah, kali ini suara Arsya yang terdengar membelah kesunyian apartemen tersebut.

Anggi dan Rina hanya saling memandang, lalu keduanya mengedikan bahu dan melanjutkan langkah, toh percuma saja mereka kembali ke dalam, karena pada akhirnya Angga akan tetap kembali mengusir mereka.

***

Nyeri, itulah yang sedang Arka rasakan saat ini, dia sudah cukup menderita dengan perasaannya untuk Anggi, gadis itu seolah sengaja mengulur waktu. Jika Anggi ingin menunjukan apa itu rasa sakit, maka dia sudah berhasil dengan sangat baik. Arka mendapatkan rasa sakit itu, kesedihan yang dirasakannya semakin berlipat, menunggu adalah hal yang sangat melelahkan, tapi ini lebih melelahkan, karena Arka harus menunggu tanpa sebuah kepastian. Keputusan Anggi lebih terlihat seperti ingin menolaknya, mungkin gadis itu sebelum memberikan vonis, ingin terlebih dulu membuat dirinya menderita.

Cintakah namanya jika ingin melihat orang yang kita cintai terluka? Dan Arsya sudah dapat menebak, kalau perasaan Anggi untuknya telah berubah, mungkin kesedihan selama tiga bulan terakhir telah mengikis perasaan sayang gadis itu untuknya. Anggi sudah tidak mencintainya lagi, pemikiran tersebut sukses membuat Arka terpuruk.
Bahkan kenyataan itu semakin diperkuat oleh pernyataan pria yang bernama Reval, pria itu mengaku sebagai kekasih Anggi dan akan segera bertunangan dengan gadis itu. Arka awalnya hanya menganggap Revan membual, tapi hati Arka seketika hancur lebur saat Revan menunjukan photo dirinya bersama Anggi, mereka berpose di depan kamera dengan senyum terukir di bibir masing-masing.

Anggi mengenakan kebaya modern warna pink yang terlihat pas di tubuhnya, sementara Reval yang mengenakan tuksedo warna silver terlihat sumringah, tangan pria itu memeluk pinggang Anggi dengan posesif, seolah ingin mengatakan pada setiap orang bahwa mereka adalah pasangan kekasih.

"Siapa?" Arka menoleh pada Arsya yang kembali masuk ke dalam ruang kerja miliknya, ruangan itu khusus dibuat untuk Arka jika dia sedang berada di stasiun televisi ayahnya, dan akhir-akhir ini ruangan itu lebih sering dihuni daripada apartemennya sendiri.

"Bukan siapa-siapa," Arka menjawab lemah, lalu dia bangkit dan mengajak Arsya untuk pergi bersenang-senang. "Nyoba seneng-seneng yuk, pusing gue mumet!"

"Eh mau kemana?" Arsya menatap Arka dengan bingung.

"Kemana kek, ke club juga boleh kayaknya," Arka tetap berjalan keluar dan mengabaikan tatapan terkejut bercampur heran yang ditunjukan Arsya.

"Ka, mau ngapain ke sana?" Arsya masih tetap berusaha mencari tahu apa yang akan Arka lakukan, tapi pria itu tidak menggubrisnya, Arka malah menyuruhnya masuk ke dalam mobil—dan dokter muda itu sudah ada di dalamnya.

Sahabat mana yang akan membiarkan temannya berjalan menuju bahaya seorang diri? Karena yang Arsya lakukan adalah terpaksa masuk ke dalam mobil tersebut, dia menemani Arka di club dan menjaga pria itu agar tidak bersikap macam-macam. Jika sampai Arka berulah saat dibawah pengaruh alkohol, maka semuanya bisa berantakan. Bukan hanya karir dan reputasinya di mata publik yang bisa tercemar jika dia teribat scandal.

Arka pasti akan meraung-raung jika terlibat affair dengan wanita yang tidak dikenalnya, sekalipun Arka adalah seorang playboy, tapi Arsya tahu dengan pasti bahwa dokter muda itu masih perjaka. Arka selalu berkata bahwa hal tersebut hanya akan dia berikan pada istrinya kelak.

Arsya sebagai sahabat hanya berusaha menjaga apa yang sudah dilindungi oleh sahabatnya itu, dan dia bisa menghela napas lega saat Angga menelponnya dan mencari tahu keberadaan Arka, "Arka, Arka," Arsya menggelengkan kepala tepat setelah menutup telpon dari Angga, dia melihat Arka yang sudah mabuk berat dengan sebagian tubuhnya bertumpu pada meja, "Baru kali ini gue liat loe kayak remaja galau, cuman gara-gara masalah cewek."

Anggi memang sudah membuat dunia Arka jungkir balik, dan Arsya bertekad akan membantu sahabatnya itu untuk mendapatkan cintanya. Anggi akan baik-baik saja jika berada di sisi Arka, "Ka, gue akan ngebantu sekuat tenaga, supaya loe bisa mendapatkan kebahagiaan yang loe inginkan."

***

Ehm, makasih ya buat teman-teman yang sudah baca. Kalau aku gak share yang ini, berarti aku lanjut Mr And Mrs Constantine, kalian pasti tahu siapa castnya

Hihi yang nebak Natha betul banget!

Mr And Mrs Players Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang