"Kita mau ke mana, Kak?" Anggi bingung saat Angga membawanya ke kawasan kemang, dan bukannya pulang ke rumah.
"Katanya mau ketemu Arka?"
"Iya, tapi tadi kita udah ke rumahnya dan dia gak ada," kesedihan telah merubah Anggi menjadi sosok yang polos seperti beberapa tahun yang lalu.
"Udah nyampe nih, ayo turun," Angga melepas sabuk pengaman, lalu dia menoleh ke arah Rina. "Sayang kamu tunggu di sini aja ya, udara di dalam gak bagus buat kesehatan kamu dan Anak kita."
"Iya," Rina hanya mengangguk, lalu dia ikut keluar saat Angga menyuruhnya untuk pindah ke kursi depan.
Sementara Anggi melihat Angga dengan tatapan bingung, "Kita mau ngapain ke sini, Kak?" Dia menatap ngeri bangunan yang sepertinya adalah club malam, Anggi tidak mengerti kenapa Angga membawanya ke tempat seperti itu.
"Nanti juga kamu tahu," Angga melirik sekilas ke arah Rina yang ada di dalam mobil, lalu dia meraih tangan Anggi dan mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam bangunan tersebut. "Tetep di samping Kakak!"
Anggi hanya bisa menngangguk patuh saat Angga menariknya masuk ke dalam gedung tersebut, itu adalah club malam yang biasa disambangi oleh orang-orang kaya, Angga terus menariknya melewati dance flore, lalu menaiki tangga dan melewati lorong yang ada di ruangan atas. Pintu di kiri kanan lorong tampak seperti kamar rahasia yang tersembunyi di balik cahaya penerangan yang minim.
"Di mana dia?" Angga bertanya dengan suara nada tinggi saat dia masuk ke salah satu ruangan sambil menarik Anggi. Arsya yang tadi sedang duduk, saat ini sudah berdiri sambil menunjuk seorang yang sedang bertumpu pada meja, sementara mulutnya terus meracau tidak jelas.Seketika perasaan Anggi terasa disayat ribuan mata pisau, sekalipun pria itu dalam posisi memunggunginya, tapi dia sangat yakin kalau sosok itu adalah Arka, entah apa yang sudah membuatnya jadi seperti itu. Dengan langkah gemetar Anggi berusaha melangkah dan mendekati Arka, dia menyentuh rambut Arka dengan perlahan, hatinya terasa sesak oleh rasa sakit, saat dia mendengar Arka menggumamkan namanya dengan nada sedih.
"Anggi... Anggi... Uhuk," Arka terbatuk, sementara matanya tetap terpejam. "Anggi... Kamu gak bisa ninggalin aku kayak gini, kamu bilang minta waktu," Arka meracau, sementara tangannya terus berusaha menggapai sesuatu, seolah dia ingin menemukan hal yang bisa dijadikan pegangan.
"Kamu gak boleh pacaran sama cowok brengsek itu! Dia gak mencintai kamu seperti aku yang gak bisa hidup tanpa kamu," tanpa sadar Anggi meraih tangan Arka, pria itu langsung menggenggamnya dengan sangat erat, sementara bibirnya terus melanjutkan racauan yang semakin tidak Anggi mengerti.
"Kenapa dia?" Anggi mendengar suara Angga yang sedang bertanya pada Arsya.
"Tadi ada orang yang nemuin dia," Arsya memberi isyarat pada Angga untuk membawa Arka keluar dari tempat itu. "Gue gak tahu apa yang mereka omongin, soalnya habis itu ini anak kayak orang habis dapat berita duka cita," Anggi terpaksa minggir saat Angga berusaha membawa tubuh Arka untuk dipapah.
"Jagain Adik gue," perintah Angga pada Arsya, saat ini dia sudah berhasil membawa tubuh Arka sampai ke pintu. "Kalau sampai ada yang berani nyolek-nyolek Anggi, loe boleh hajar langsung orangnya!"
"Sadis juga, loe," Arsya tertawa hambar, lalu dia meminta Anggi untuk menggandeng tangannya, "Jangan lepasin tangan aku ya, Gi!" Anggi hanya mengangguk, lalu mereka bisa bernapas lega saat sudah melewati lautan manusia yang sedang menggerakan badan, mengikuti alunan musik menghentak yang terdengar energik dan memekakan telinga.
Sekalipun pernah tinggal di luar negri, tapi Anggi tidak pernah pergi ke tempat seperti itu. Dia lebih nyaman tinggal di apartemen sambil membuat sketsa untuk desain baju yang akan dirancangnya.***
Lanjut dikit lagi wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr And Mrs Players
RomantikAnggi Hazeline Deviana harus merelakan pernikahan yang dia impikan menjadi kepingan yang tidak berbentuk, dia tidak memiliki harapan lagi setelah salah satu mantan kekasihnya melakukan tindakan asusilah terhadap dirinya. Tapi di saat dia bersikeras...