Perasaan Hemmy sudah mulai memburuk, sejak menerima telepon dari ibu tirinya.Lebih kacau lagi suasana hati karena akan berhadapan langsung dengan Ibu Aida.
Setiap pertemuan terasa menegangkan bagi Hemmy. Termasuk hari ini yang akan dilakukannya.
Namun jika tidak datang, maka sang ibu tiri pasti murka dan marah besar dengannya.
Hemmy tegang, saat pintu ruang kerja di depannya membuka dari dalam.
Tak langsung masuk. Ditunggu sampai sang ibu tiri muncul dulu tepat di hadapannya.
Hemmy tersentak tiba-tiba, ketika melihat Ibu Aida tengah menggendong seorang bayi.
"Masuklah, Nak."
Hemmy mengangguk pelan seraya mengikuti sang ibu tiri ke dalam ruangan. Ia mengekor di belakang dengan langkah yang ragu.
Perasaan kian gelisah. Entah karena apa.
Bukan karena akan berbicara empat mata dengan ibu tirinya, namun faktor lain.
Namun, ia belum bisa memahami apa yang menyebabkan paling besar kerisauan hati.
"Duduk di sofa, Nak."
Hemmy menuruti langsung perintah sang ibu tiri. Ia dengan tegang menempati salah satu kursi, padahal terbuat dari bahan empuk.
Hemmy diserang ketersiapan karena Ibu Aida menyerahkan bayi yang digendong padanya.
Rasa gugupnya jelas besar. Tidak pernah ia menggendong seorang bayi mungil seperti ini. Namun, tak bisa dikembalikan ke ibu tirinya.
"Dia anakmu, Hemm."
Mata Hemmy seketika membeliak. Hantaman rasa kaget menggempur dadanya. Semacam mampu membuat napas pun tercekat untuk beberapa saat. Sekujur tubuh merinding.
"Dia dilahirkan sepuluh hari yang lalu oleh Sanji Dermawan. Kamu ingat wanita itu?"
"Kalian pernah menyewa kamar hotel bersama beberapa kali."
Hemmy hanya bisa mengangguk kecil.
Berada dalam situasi yang menegangkan, tak lantas membuatnya lupa akan masa lalu.
Terutama sosok Sanji Dermawan. Teman tidurnya setiap kali datang ke Indonesia.
Harus diakui, ia punya perasaan khusus pada wanita itu. Namun hubungan mereka hanya sebatas teman yang cocok di ranjang.
Hemmy sama sekali tak menduga jika Sanji hamil dan melahirkan darah dagingnya.
Wanita itu sama sekali tidak memberi tahu. Ia pasti bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Anakmu dibuang orangtua Sanji ke panti asuhan agar tidak merusak citra keluarga. Mereka politikus terpandang."
"Sanji tidak tahu anakmu masih hidup, Nak."
Hemmy semakin bergumul dengan perasaan yang membuat dadanya sesak. Desakan air mata pun tak terbendung untuk keluar.
Dirinya pilu nan hancur saat membayangkan darah dagingnya sendiri dianggap sampah. Disingkirkan dengan cara yang kejam.
"Keputusan ada di tanganmu, Hemm."
"Apa, Ma?" Hemmy belum mampu paham akan maksud dari ucapan sang ibu tiri.
"Kamu akan membesarkan anakmu sendiri atau kamu akan serahkan pada orang lain."
"Aku akan membesarkannya, Ma."
"Aku juga akan membalaskan dendamku ke orang-orang yang sudah berbuat jahat pada anakku." Hemmy bertekad serius.
Hatinya dipenuhi kebencian pada keluarga Dermawan. Ia akan menuntut balasan setimpal atas perbuatan keji mereka.
.....................
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Rahasia
Художественная проза[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Hemmy Weltz (33th) sudah bertekad kuat akan membalas dendam pada orangtua Sanji Dermawan (28th), karena darah dagingnya dibuang oleh mereka tanpa belas kasih. Kedua politikus sok suci itu akan dihan...