"Nomor berapa kamarnya?" tanya Sanji langsung, saat telepon sudah diangkat oleh Hemmy.
"Seratus empat satu?" Diulang jawaban pria itu untuk memastikan jika tak salah mendengar.
"Lantai enam?"
Dan ternyata benar.
Hendak diakhiri panggilan, namun Hemmy menanyakan keberadaan dirinya.
"Aku sudah di parkiran. Akan naik sekarang."
Hemmy hanya berdeham pelan, di ujung telepon.
"Sampai jumpa," ujar Sanji sebagai penutup pembicaraan.
Lalu, panggilan benar-benar disudahi.
Sanji pun bergegas keluar dari mobil. Membawa diri ke lift yang tak jauh letaknya.
Lagi-lagi, ia beruntung karena hanya sendirian, sehingga bisa sampai di lantai tujuan dengan cepat.
Dua ajudan memang tak diajak. Tentu tadi ada acara berdebat sengit dulu dengan sekretarisnya.
Izin didapatkan setelah ada lampu hijau dari ibunya.
Sudah pasti diberikan kelonggaran penjagaan karena Hemmy yang dijadikan umpan oleh Sanji.
Orangtuanya pasti tak akan bisa melarang. Mengingat sudah ada kesempatan yang dibuat
Lagi pula, dirinya sungguh akan bertemu Hemmy Weltz atas permintaan diajukan pria itu lewat pesan.
Tak ditanyakan lebih lanjut apa tujuan Hemmy.
Sejak pag ipun, Sanji kehilangan konsentrasi bekerja karena pengaruh informasi diberikan kakaknya.
Ya, kabar mengenai bayinya yang masih hidup.
Sanji tentu akan sangat percaya karena saudarinya itu tak pernah berbohong, terlebih untuk berita penting.
Sudah pasti, sang kakak mendapatkan informasi penting tersebut dengan tak mudah, mengingat ayah serta ibu mereka sangat merahasiakan hal ini.
Akan dipatuhi pula perintah Sayana untuk tidak menanyakan anaknya pada orangtua mereka.
Sanji ingin buah hatinya aman dan bisa berjumpa langsung, ia mesti bisa bersabar menunggu lanjutan informasi dari sang kakak sulung.
"Benar lantai ini." Sanji melihat kembali pada penanda angka yang menunjukkan tempat tujuan.
Lift pun segera membuka. Ia bergegas keluar dengan langkah mantap. Kembali berusaha memfokuskan pikiran sebagaimana mestinya.
Tak perlu melihat nomor pada setiap pintu sebab sosok Hemmy Weltz sudah berjaga.
Jarak tak jauh dari pria itu, sehingga segera saja bisa mencapai dimana pria itu berdiri. Tentu, Hemmy sudah tahu kedatangannya.
Dirinya disambut oleh senyuman hangat.
Lalu, tangan kanannya diraih yang membuat desiran aneh dalam aliran darahnya. Berefek juga ke kaki yang membeku sesaat, sehingga tak bisa langsung berjalan walau ditarik.
"Ada masalah, Sanji?"
Gelengan kepala dengan gerak mantap pun ditunjukkan. "Tidak ada masalah apa-apa."
"Kita akan ke sini?" tanyanya lalu. Arah dari pandangan sudah ke pintu kamar hotel.
"Iya."
"Waktu kita tidak banyak, Sanji."
Walau tak paham dengan maksud Hemmy, ia berusaha mulai melangkahkan satu kaki yang tadi terasa kaku, sudah pasti berhasil kali ini.
Yang lainnya lantas menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Rahasia
قصص عامة[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Hemmy Weltz (33th) sudah bertekad kuat akan membalas dendam pada orangtua Sanji Dermawan (28th), karena darah dagingnya dibuang oleh mereka tanpa belas kasih. Kedua politikus sok suci itu akan dihan...