“Ada air dingin lagi?” pinta Hemmy pada Sanji.“Ada, Hemm.”
Dengan segera dilihat wanita itu bergegas menuju ke mini fridge guna mengambil sebotol air.
Tak sampai semenit sudah kembali dan menyerahkan padanya. Lalu, Sanji duduk ke sofa semula yang posisinya persis di sebelah kursi ditempatinya.
Hemmy langsung menenggak habis air diberikan Sanji. Dalam upaya mendinginkan dadanya yang panas.
Namun, seberapa banyak pun air dihabiskan, tak akan bisa menghilangkan amarah membakar dirinya karena ulah Yoga Dermawan pada Sanji.
Masih sangat tergiang-giang di benaknya, tamparan demi tamparan diterima wanita itu tadi.
Bahkan, bekas dari kekerasan yang didapatkan oleh Sanji, tampak memerahkan pipi kiri wanita itu.
Hemmy marah. Amat mengutuk sikap keji si politikus licik. Ia tak habis pikir kenapa bisa setega itu.
Apalagi, Sanji adalah putri kandungnya.
Hemmy ingin membalas. Akan dibuat jera politikus licik itu atas semua tindakan buruk pada Sanji.
Satu per satu akan diberinya pelajaran setimpal.
“Hemm …,”
“Kenapa?” Panggilan Sanji dijawabnya cepat.
“Menurutmu kita akan aman dari skandal?”
“Aman.” Hemmy menjawab mantap.
“Kamu yakin akan aman?”
“Akan aman.” Ditekankan dua patah katanya guna mempertegas jawaban sebelumnya.
Ditatap lekat Sanji yang memerlihatkan jelas kecemasan, apalagi dalam netra cokelat indah wanita itu. Tak bisa disembunyikan.
“Harusnya kita tidak ke hotel.”
“Aku yang mengundangmu ke sana, Sanji. Kamu tidak bersalah dalam skandal ini.”
“Aku harusnya minta maaf karena aku sudah mengajakmu ke sana.” Hemmy bicara serius.
“Dan maaf juga untuk ciuman semalam.”
“Tidak apa, Hem. Aku tidak marah.”
“Aku cuma khawatir skandal ini akan me–”
“Jika Anggota Dewan Yoga mengikuti permainanku, kita akan aman-aman saja.” Hemmy menjawab dengan lebih santai.
“Permainan? Kamu menyiapkan apa?”
Dibanding menjelaskan dengan kata-kata, dipilih menyerahkan dokumen penting yang harus dibayar puluhan ribu dollar untuk hasil manipulasi sempurna pernikahan mereka.
Sanji langsung membaca. Raut wajah wanita itu pun menegang dengan kerutan di kening yang bertambah setiap detiknya.
“Dengan dokumen ini, skandal di kamar hotel kemarin akan bisa kita bantah, Sanji.”
“Kamu tidak perlu lagi cemas jika Anggota Dewan Yoga akan menyalahkanmu.”
Hemmy memerhatikan serius ekspresi Sanji.
Dan bekas merah pada pipi wanita itu masih dapat mengganggu ketenangan hatinya.
Sial, Sanji tak harus menanggung kekerasan dari politikus licik seperti Yoga Dermawan.
“Aku dan kamu sudah menikah? Dua tahun lalu? Bagaimana bisa sampai ada sertifikat pernikahan seperti ini, Hem?”
“Bisa saja.” Hemmy menjawab santai.
“Keluargaku bisa melakukan apa pun untuk mendukung tujuan yang aku miliki.”
“Keluarga besar Weltz punya kuasa, termasuk mengarang pernikahan untukku di Amerika.”
“Kenapa? Apa alasannya?”
Sanji mengatur napas dulu karena merasa begitu tegang akan dokumen diberikan oleh Hemmy. Detak jantungnya kencang.
Dan belum didapatkan jawaban.
Mungkin pertanyaan diajukan ambigu serta terkesan kurang spesifik. Ia harus mengulang dengan kalimat yang lebih jelas.
“Apa alasan kamu buat pernikahan kita palsu dan bahkan sudah dua tahun di sini tertulis kamu menikah denganku, Hemm,” tanya Sanji sembari menunjuk ke dokumen.
“Aku butuh ibu sah untuk Soul.”
“Itu artinya, aku harus mengarang pernikahan kita berlangsung, sebelum Soul lahir.”
Mendadak kepala Sanji pening akan jawaban dilontarkan Hemmy. Belum bisa menerima tujuan direncanakan oleh pria itu.
Seperti ada yang disembunyikan darinya. Dan Hemmy menolak untuk mengungkapkan.
“Kamu sudah resmi menjadi istriku, Sanji.”
“Secara agama akan segera juga. Kita akan ikuti prosesi upacara sebagaimana mestinya.”
“Setelah itu kita akan daftarkan pernikahan kita agar legal sesuai hukum Indonesia.”
Tak bisa direspons ucapan Hemmy. Tidak tahu harus mengatakan apa. Situasi yang diluar kendali, membuatnya jadi linglung.
Namun, saat Hemmy duduk di sampingnya dengan cepat, lalu tangan pria itu bergerak ke pipinya, tak bisa ditolak sentuhan Hemmy.
“Masih sakit?”
“Apa yang sakit?” Sanji tetap kebingungan. Ia tak tahu arah pembicaraan mereka kemana.
Tubuhnya pun menegang merasakan belaian halus tangan Hemmy pada pipinya.
“Tamparan Yoga Dermawan.”
Sanji tentu paham sekarang. Lekas kepala digeleng-gelengkan sembari tersenyum sebaik mungkin di hadapan Hemmy.
Tak mau menerima belas kasihan pria itu.
“Apa sering kamu diperlakukan buruk?”
Sanji tak merespons. Hanya tetap bertahan dengan senyuman di wajahnya. Walaupun perasaan mulai bergemuruh dalam dadanya.
Setiap membahas tindakan kasar diperoleh baik dari sang ayah atau ibunya, seperti membangkitkan lagi goresan luka di hatinya.
“Jawab, Sanji.”
“Sejak aku hamil dan itu menjadi aib untuk mereka, aku sering diperlakukan kasar.”
“Tidak cuma ditampar, aku dipukul. Dijambak. Bahkan nyaris ingin ditabrak saat aku hamil agar aku mati dengan calon bayiku.”
“Apa perlakuan itu masih kurang buruk untuk aku terima, menurut kamu, Hem?”
“Apa aku harus mati agar Papa dan Mama tidak terus membenciku karena kesalahan yang sudah aku lakukan?”
“Berengsek!” Hemmy spontan mengumpat. Amarahnya menggelegak begitu hebat.
Ingin dihantam sesuatu dengan tangannya guna melampiaskan emosi yang membara.
Hemmy pun hendak bangun dari sofa, tapi Sanji sudah lebih dulu memeluknya.
Tangisan wanita itu tumpah.
Refleks diberikan dekapan balik pada Sanji. Mendekap erat dan tak akan membiarkan wanita itu lepas barang sedikit pun.
Hendak ditanggung bersama beban-beban berat yang simpan Sanji selama ini. Ia pasti bisa melindungi wanita itu dengan cara apa pun.
Sanji harus bertahan demi anak mereka.
Soul patut bahagia. Begitu juga ibu dari buah hatinya. Tak akan dibiarkan keduanya disakiti oleh Yoga dan Nana Dermawan yang licik.
“Sanji …,”
“Iya, Hem.”
“Kita akan ke Bali. Aku akan mempercepat upacara pernikahan kita di sana.”
“Aku ingin memilikimu segera.”
............
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Rahasia
قصص عامة[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Hemmy Weltz (33th) sudah bertekad kuat akan membalas dendam pada orangtua Sanji Dermawan (28th), karena darah dagingnya dibuang oleh mereka tanpa belas kasih. Kedua politikus sok suci itu akan dihan...