Part 27

3.3K 241 11
                                    


“Akhirnya, tidur juga.” Sanji berucap sepelan mungkin, namun penuh kelegaan.

Rasa cemasnya pun mulai berkurang karena melihat sang putri tidur dengan lelap.

Ya, sejak satu jam lalu, Soul terus menerus merengek. Bahkan, sempat menangis keras lumayan lama dan tak bisa diredakan.

Kerewelan ditunjukkan sang buah hati pun tidak disebabkan karena kondisi tubuh yang tak sehat. Suhu badan Soul normal.

Tidak flu atau batuk.

Perut juga tak kembung. Muntah dan buang air besar berlebihan juga tidak terjadi.

Soul baik-baik saja. Semua sudah dicek teliti guna memastikan putrinya tak apa-apa.

Mungkin suasana hati sang buah hati sedang jelek, sehingga merengek tiada henti dan tidak mau diajak tidur seperti cara biasa.

Setelah disenandungkannya beberapa lagu sambil digendong, barulah Soul terlelap.

Sanji sebenarnya juga sudah lelah, ia ingin segera beristirahat menemani sang buah hati.

Tapi, ada hal yang mesti dibicarakan dengan Ibu Aida. Jadi, ia harus segera menemui sang mertua yang kebetulan belum tidur.

Ya, dirinya akan membahas Hemmy.

Sudah seminggu, pria itu tanpa kabar. Sama sekali belum ada niatan menghubunginya.

Masalah ini harus segera diatasi. Ia tak akan mau komunikasi di antara mereka terus saja buruk dan tanpa kejelasan penyelesaian.

Jika dirinya memiliki kesalahan yang amatlah fatal, maka akan ditebus agar Hemmy tidak lagi menaruh kemarahan besar padanya.

Dengan cara apa pun, pasti diperbaiki.

Tidak ingin ditaruh rasa benci pada pria itu. Ia justru harus memperjuangkan cintanya.

Hati Hemmy akan dimiliki.

Pernikahan mereka mesti pula dipertahankan sampai kapan pun, walau badai masalah tak berhenti menerjang ikatan suci yang ada.

“Apa yang kamu katakan, Nak?”

“Bagaimana adikmu kamu biarkan ditahan oleh mereka hanya karena kasus sepele?”

“Suruh pengacaramu bekerja keras. Kita akan bayar berapa saja, asal Hemmy bebas.”

“Lindungi adikmu dengan cara bagaimana pun, Affa. Mama tidak mau Hemmy sampai di penjara. Kamu paham perintah Mama?”

“Mama akan ke Indonesia malam ini juga.”

“Tolong temani adikmu sampai Mama tiba di sana, Affa. Mama mengandalkanmu.”

“Terima kasih, Nak.”

Sanji tak bermaksud untuk menguping, tapi pembicaraan sang ibu mertua di telepon sangatlah jelas dapat didengar.

Walau, ia sendiri tak terlalu jelas menangkap apa saja yang disampaikan Affandra Weltz di ujung telepon. Namun, rasanya gawat.

Terlebih, nama Hemmy yang disebut.

Langsung dapat disimpulkannya jika pria itu sedang mengalami prakara serius. Dan saat ini tengah berada di penjara.

Kepala Sanji pening bukan main, saat tidak henti konklusi buruk tersebut berputar di benaknya. Ia juga gemetar karena begitu kaget mengetahui kenyataan ini.

Cklek.

Sanji spontan melangkah mundur mendengar suara pintu dibuka. Dan sosok ibu mertuanya pun muncul dengan wajah kaget.

Benar, pasti karena melihatnya.

“Mama …,”

“Hemmy kenapa?” Sanji pun berusaha keras bertanya dengan dada yang sesak.

“Kamu mendengar pembicaraan Mama dan Affa, Nak? Mama baru saja ingin memberi tahu kamu soal masalah Hemmy.”

“Ada apa dengan Hemmy, Ma?”

“Dia ditahan sementara karena kasus satu tahun lalu, Nak. Ada korban melaporkan.”

“Kasus apa, Ma?”

“Perkelahian dengan orang-orang di bar.”

“Kejadian itu terjadi, saat Hemmy depresi karena hadirnya Soul. Dia belum mampu beradaptasi dengan perannya sebagai ayah.”

“Sering minum dan mabuk. Suka berkelahi, kalau ada sedikit saja yang menantang dia.”

“Korbannya bagaimana, Ma?”

“Korbannya tidak parah terluka. Kami juga sudah memberikan kompensasi.”

“Tapi mendadak ada laporan, Nak. Lucunya juga langsung ditahan, padahal bukan kasus yang berat. Ada pihak lain bermain.”

“Apa Mama dan Papaku?” Sanji menyeletuk karena terpikirkan begitu saja di kepalanya.

“Mama duga begitu, Nak.”

“Mama harus memancing mereka. Mama tidak akan membiarkan Hemmy dipidanakan.”

“Tapi, Mama ingin minta izin kamu dulu, Nak. Mama tidak mau kamu terluka, Sanji.”

“Maksud Mama gimana?” Sanji harus tahu jelas rencana dimiliki mertuanya.

“Mama akan menyebarkan video-video bukti Yoga Dermawan saat menerima suap dari beberapa pengusaha dan pejabat.”

“Nana Dermawan turut menerima suap.”

“Jika pihak pemerintah yang menangani kasus korupsi tahu, mereka akan tamat.”

Sanji merinding bukan main tahu fakta buruk ini. Apalagi, kebusukan dilakukan oleh kedua orangtuanya sebagai politisi sejak lama.

Secara tak langsung, ia juga telah menikmati uang haram itu karena dari kecil dibiayai hidup oleh ayah dan juga ibunya.

“Mama tidak akan membocorkan bukti-bukti tersebut jika kamu tidak bersedia, Sanji.”

“Tidak ada seorang pun anak yang akan tega melihat orangtuanya dijatuhkan.”

“Lakukan saja, Ma.” Sanji bicara tanpa ragu.

“Sebarkan bukti-bukti penerimaan suap itu agar kita membebaskan Hemmy.”

“Aku tidak mau Hemmy dipidanakan.”

“Kamu yakin, Nak? Orangtua kamu bisa terjerat hukuman yang berat.”

Sanji mengangguk mantap. “Mereka pantas di penjara kalau mereka memang salah, Ma.”

Dirinya berusaha tegar, namun saat sang mertua memeluknya. Ia rapuh kembali dan menangis mengingat nasib orangtuanya.

Masalah terus datang silih berganti. Tidak henti mengguncang ketenangannya. Entah ia akan bertahan berapa lama lagi.

Terutama nanti menghadapi kasus ayah dan ibunya. Semua mata akan berfokus pada kejahatan orangtuanya. Ia harus menanggung pula risiko malu serta dikucilkan masyarakat.

Buah Hati RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang