"Lagi, Ma." Hemmy meminta sang ibu tiri untuk melanjutkan kegiatan mengusap-usap rambutnya yang baru saja dihentikan.
"Kembalilah ke kamarmu dan Sanji, sudah jam sebelas, Mama mau tidur."
"Tiga puluh menit lagi, Ma. Aku masih mau di sini bersama Mama." Hemmy pun menjawab tanpa membuka mata. Ia mulai mengantuk.
"Usiamu sudah tiga puluh tiga tahun, Nak. Manja dengan Mama seperti anak kecil."
"Sekali-kali, Ma. Aku juga capek menjadi pria berusia tua, aku ingin berubah menjadi anak kecil sebentar yang disayangi Mama."
Lalu, didengar tawa sang ibu tiri.
Belaian-belaian lembut di rambutnya kembali didapatkan. Rasa haru menyeruak di dads.
Hemmy merasa begitu disayang layaknya anak kandung. Walau, mereka berdua tak mempunyai ikatan darah sedikit pun.
Dalam kondisi mental dan fisik yang masih lelah karena masalah dihadapi, Hemmy butuh figur seorang ibu yang memanglah memiliki kepedulian dan juga kasih tulus untuknya.
Pada sang ayah, tak akan bisa diharapkan. Ia sedari kecil sama sekali tidak dekat. Barama Weltz selalu menatapnya dengan benci.
"Hemm ...,"
Tak disahuti dengan kata-kata, tapi langsung membuka mata dan memandang ibu tirinya.
"Mama sudah memesankan kamu, Sanji, dan Soul tiket untuk ke Belanda. Kalian akan berangkat dua hari lagi, Nak."
"Mama tidak ingin kamu membantah lagi. Kita sudah sepakat, kamu akan melakukan apa pun perintah Mama setelah Mama membantu kamu keluar dari masalah ini, Hemm."
"Mama hanya ingin kamu, Sanji, dan terutama Soul aman. Tinggal di Belanda adalah solusi paling tepat. Sekalipun kamu tidak suka."
Kali ini, Hemmy memilih bangun. Duduk tidak jauh di samping sang ibu tiri. Hilang sudah rasa kantuk yang sempat menyerang.
Bahasan mereka cukup serius. Ia pun harus menanggapi dengan sungguh-sungguh. Tentu dalam perspektif pendapat paling jujur.
"Dengarkan Mama. Jangan membantah."
"Kamu fokus dengan keluargamu. Tugasmu sebagai kepala keluarga harus bisa kamu pertanggungjawabkan dengan baik, Nak."
"Berhenti memikirkan tentang balas dendam. Serahkan pada hukum karma yang akan jauh bekerja lebih bagus, dibanding rencana yang kamu buat, Hemm."
Ibu Aida berkata lebih tegas karena sangat hafal akan sifat keras kepala putra bungsu beliau yang cenderung sulit dibelokkan.
Maka, sikap memaksa harus diterapkan.
Lagi pula, keputusan diambil demi kebaikan sang putra bungsu juga. Tak ada hal lain yang menjadi tujuan utama Ibu Aida selain melihat Hemmy bahagia bersama Sanji dan Soul.
"Baiklah, Ma."
"Aku akan menetap di Belanda bersama Sanji dan Soul."
Seketika, Ibu Aida merasa lega. Tujuan beliau disambut dengan baik.
"Hanya kalian bertiga? Tidak ada anggota tambahan?"
Alis kanan Hemmy terangkat spontan karena tidak cukup dapat menangkap maksud perkataan sang ibu tiri. Seperti memiliki maksud. Apalagi, Ibu Aida tertawa.
"Mama ingin kamu berikan Mama cucu lagi, Hemm."
Penjelasan sudah diberikan sang ibu.
"Kak Affa sebentar lagi kasih Mama cucu."
"Sudah ada Soul juga." Hemmy berpikiran yang logis saja.
"Kamu dan Affa,harus punya masing-masing dua anak. Jika lebih, tidak masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Rahasia
Narrativa generale[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Hemmy Weltz (33th) sudah bertekad kuat akan membalas dendam pada orangtua Sanji Dermawan (28th), karena darah dagingnya dibuang oleh mereka tanpa belas kasih. Kedua politikus sok suci itu akan dihan...