Part 14

2.7K 250 8
                                    

"Putri Yoga Dermawan bersama putra bungsu Barama Weltz terlihat mesra. Apa mereka menjalin kasih?"

"Pasangan serasi, Sanji Dermawan dan Hemmy Weltz."

"Bak pangeran dan ratu, Sanji Dermawan ternyata memiliki hubungan spesial dengan pria kaya raya."

"Selengkapnya profil Hemmy Weltz, pengusaha muda yang dekat dengan salah satu putri Yoga Dermawan."

"Para politisi muda patah hati karena Sanji Der–"

"Maaf, Bu Sanji, Anda harus berhenti membaca artikel sekarang karena Anggota Dewan Yoga memanggil Anda ke ruangan kerja beliau."

Helaan napas panjang dikeluarkan dengan gusar. Tapi, tak terlalu membantu hatinya yang risau.

Denyutan kepala pun bertambah keras, selepas dibaca lima artikel yang memuat beritanya dan Hemmy. Masih ada sepuluh lebih, namun tak akan bisa diperiksa karena harus segera menemui sang ayah.

Tentu semua artikel dilengkapi dengan foto-foto kebersamaannya dengan Hemmy Weltz.

Semua dipotret saat mereka berpelukan sambil berciuman di balkon kamar hotel kemarin.

Sanji sungguh tak paham mengapa foto-foto tersebut bisa bocor ke media publik, sehingga menciptakan banyak pemberitaan tentangnya dan Hemmy.

"Bu Sanji?"

"Tunggu sebentar," jawabnya pelan.

Perlu menenangkan pikiran untuk sesaat, sebelum harus menghadap ayahnya yang pasti murka dengan semua artikel memuat berita tentangnya.

"Maaf, Bu Sanji, Anggota Dewan Yog–"

"Saya akan ke sana sekarang," potong Sanji cepat sembari bangun dari kursinya.

Melenggang cepat keluar ruangan kerja.

Tak digunakan lift menuju lantai dituju, melainkan menaiki tangga. Tentu dalam upaya memperlambat waktu.

Benar-benar masih belum siap bertemu sang ayah dan menerima semua amarah yang sudah pasti amat besar.

Seberapa lama ingin mengulur, Sanji tiba di lantai tujuan kurang dari sepuluh menit saja.

Sanji kian tegang. Kedua kaki berjalan tambah kaku, saat sudah masuk ke dalam ruangan kerja ayahnya.

Tak akan bisa menghindar, harus dihadapi.

"Cepat ke sini, Sanji!"

Sang ayah tentu tahu kedatangannya, sehingga berteriak sangat kencang. Wajah tampak sangat geram dengan nyala api amarah besar di mata.

Sanji mempercepat kedua kakinya bergerak, tapi yang terasa malah sebaliknya.

Dan satu meter hampir dijangkau meja kerja sang ayah, ia sudah dihampiri oleh ayahnya dengan kemurkaan yang menggunung.

Sanji mematung di tempat.

Plak!

Pipi kirinya langsung kebas oleh tamparan keras sang ayah.

"Berani sekali kamu mencari masalah!"

"Apa yang kamu lakukan dengan dia di hotel?"

Sanji bungkam. Mulut tertutup rapat.

"Mau ditaruh di mana muka saya karena ulah kamu, Sanji? Media akan menyorot saya!"

Masih tetap tak memberikan reaksi. Walau, sang ayah kian berteriak dalam meluapkan amarah.

Sanji tidak bisa membela diri. Akan menanggung segala bentuk kekerasan fisik yang dilampiaskan sang ayah.

Belum nanti ibunya, saat pulang dari luar negeri.

Buah Hati RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang