"Kenapa tidak segera dimakan, Nak?"
"Apa makanan saya tidak enak?"
Sanji langsung terperanjat karena pertanyaan bertubi yang diajukan mertuanya.
Dan baru disadari jika dirinya melamun. Tak menyantap makanan di atas piring.
Pantas saja dikentarai oleh Ibu Aida.
Sembari berikan respons berupa gelengan pelan, ia memasukkan pasta ke dalam mulut. Lantas mengunyah dengan secepat mungkin.
Menelan segera untuk bisa membalas lewat kata-kata, karena balasannya tadi seperti belum cukup untuk sang mertua.
"Ini enak, Tante Aida. Saya su–"
Ucapan tak dilanjutkan ketika menyadari lagi salah menyebutkan panggilan.
"Enak, Mama Aida." Sanji meralat.
"Benar? Atau kamu ingin makan yang lain, Nak? Katakan saja, saya akan buatkan."
"Atau kamu ingin memesan dari restoran?"
"Tidak perlu, Mama Aida."
"Ini saja sudah cukup." Sanji meyakinkan.
"Saya akan habiskan."
"Benar tidak mau makan yang lain, Nak?"
Sanji menggeleng segera, masih menolak. Ia menyuapkan kembali pasta ke mulutnya. Dan mengunyah dalam hitungan detik.
Ditelan semua tanpa hambatan.
Terus begitu, sampai piringnya bersih.
Ditenggak pula satu gelas penuh air mineral.
Sebenarnya malu senantiasa dipandang oleh sang mertua, tapi mungkin begitulah cara Ibu Aida menunjukkan perhatian padanya.
Dirinya tak risi sama sekali.
Dan ketika tangan sang mertua menuju ke kepalanya, mengusap-usap rambutnya, ia pun seketika terdiam karena merasa haru.
Kasih sayang layaknya seorang ibu kandung.
Bahkan, orangtua yang melahirkannya saja, sudah lama menunjukkan sayang secara nyata seperti ini karena sibuk berpolitik.
Apalagi, setelah dirinya membuat kesalahan, sang Mama lebih menjaga jarak dan juga cenderung bersikap kasar kepadanya.
Sebagai anak yang rapuh, Sanji masih kerap rindu akan kasih sayang Nana Dermawan. Tapi, satu pun perhatian tak didapatkan.
Air mata Sanji tumpah saat teringat ucapan Hemmy yang mengungkapkan kejahatan dilakukan oleh ibunya pada sang mertua.
"Kenapa kamu menangis, Nak Sanji?"
Dirinya langsung dipeluk.
"Ada masalah apa? Ceritakan pada Mama, Nak. Kamu tidak boleh menyimpan sendiri."
Ibu Aida memandangnya dengan sorot cemas yang sangat nyata. Ia merasa tersentuh dan bersalah secara bersamaan. Tak tahu harus bagaimana menghadapi kebaikan mertuanya.
"Sanji?"
"Mamaku sudah melakukan kejahatan pada Mama, ya? Dia menggugurkan dua anak Mama? Kenapa Mamaku jahat banget?"
"Aku minta maaf, Ma. Tapi aku rasa kata maaf dariku pasti tidak akan cukup menghapuskan kesedihan Mama karena kehilangan anak."
"Aku tidak tahu Mamaku sejahat itu." Sanji terus mengeluarkan air mata dengan deras.
"Maafkan tolong Mamaku, Ma."
"Saya masih dalam proses memaafkan Nana, Nak. Tidak mudah untuk berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan bagi saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Rahasia
Ficción General[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Hemmy Weltz (33th) sudah bertekad kuat akan membalas dendam pada orangtua Sanji Dermawan (28th), karena darah dagingnya dibuang oleh mereka tanpa belas kasih. Kedua politikus sok suci itu akan dihan...