___
Di jam istirahat pertamanya, Bintang keluar dari kelas sendirian. Sejak bel istirahat berbunyi, ia sudah tidak melihat Kanaya berada di kelas. Entah kemana cewek berambut pendek itu pergi, sepertinya dia memang enggan berteman dengan Bintang.
Sejujurnya, Bintang sedih karena tidak ada yang mau berteman denganya secara tulus. Padahal jika dipikir lagi, ia tidak punya kesalahan, ia juga cukup baik selama sebulan ini bersekolah di SMA Widyatama itu.
Kendati demikian, Bintang menutupi kesedihannya dengan senyum manis. Langkah Bintang kemudian berbelok ke toilet, ia ingin buang air kecil. Beberapa menit kemudian ia keluar bertepatan dengan 4 cowok yang berjalan di depannya.
"Hai! dedek gemes," salah satu dari mereka menyapa Bintang dengan riang.
Bintang sedikit terkejut dengan sapaan dari cowok itu. Bintang hanya membalas dengan senyuman, canggung rasanya karena dua di antaranya adalah orang yang sangat Bintang kenal.
Saga yang mendengar itu refleks memukul tangan Arka yang tengah melambai pada Bintang. "Ngapain diem disitu? " tanya Saga.
Yang bertanya pada Bintang adalah Saga sang kakak, tapi entah kenapa perhatian Bintang malah tertarik pada sosok di belakang Saga yang bahkan tidak menatapnya.
Sosok itu adalah Langit, ia berjalan bersisian dengan cowok bermata sipit, mereka berdua tampak asik berbincang kecil dengan wajah datarnya yang khas.
"Kalo di tanya itu jawab!" tekan Saga.
Sontak Bintang menatap Saga, begitu juga dengan dua orang yang tadi tengah berbincang beralih menjadi menatap kearah Bintang.
"Mau ke kantin," jawab Bintang.
"Sendirian aja? Gak ada temen?" Bukan, bukan Saga yang bertanya. Tapi, cowok yang kini tengah tersenyum di samping Saga. Cowok yang tadi menyapanya pertama kali.
Bintang mengangguk sekali.
"Yaudah kalo gitu ngikut sama kita aja," saran Arka. "Sebelum itu kita kenalan dulu, gue Arka. Dua orang di belakang kita ini mah kagak usah mau tau namanya, soalnya mereka suka gigit."
Danish yang merasa geram, mencubit kecil punggung Arka sampai cowok itu menggeliat dan meringis kesakitan. Sedangkan Langit hanya diam dengan wajah datarnya.
Bintang terkekeh kecil, "Salam kenal kak, aku Bintang. Aku adik ny-" hampir keceplosan, Bintang mengatupkan bibirnya sambil melirik Saga.
"Ngapain sih, bilang aja mereka juga udah tau," sinis Saga. Ia sebenarnya mengerti kenapa Bintang ragu.
Karena sebelum pindah sekolah gadis itu mengatakan sesuatu yang bahkan Saga tidak percaya. Bintang mengatakan jika dia tidak ingin siapapun tahu jika dirinya adalah adik Saga. Dan hal lucu menurut Saga adalah karena alasan konyol dari gadis itu, yang mengatakan bahwa Bintang takut Saga akan merasa Malu. Malu katanya? Bagaimana bisa gadis itu berpikir seperti itu.
"Mau ke kantin kan? Ayolah bareng sama kita, daripada sendirian kaya anak kucing tersesat!" ajak Arka.
Bintang sebenarnya ingin bergabung, karena memang benar apa yang di ucapkan oleh Arka, bahwa dirinya tidak punya teman. Namun tak lama, Bintang menemukan sosok Kanaya yang tengah berjalan ke arah kantin juga. Bintang pikir lebih baik bersama Kanaya yang notabene nya sama-sama perempuan. Daripada bersama ke empat cowo ini, meskipun di antara mereka ada Saga.
"Em...engga deh kak. Aya,mau ke kantin sendiri aja," tolak Bintang.
"Kalo gitu, bang Saga sama kakak semuanya. Aya duluan ya," Bintang berlari kecil melewati empat cowok itu sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Of Violin [ON GOING]
RandomLangit Aksanu Rendra, pria berwajah tampan dengan sifatnya yang dingin dan datar. Pria yang di kenal sebagai seorang yang terobsesi dengan Violin. Namun, Dibalik wajah datarnya tidak ada siapapun yang tau apa yang sebenarnya tengah ia rasakan. Kemu...