---
Langit akhirnya dapat bernafas lega setelah sampai di perpustakaan. Sepanjang jalan tadi gadis pendek itu terus mengoceh, menanyakan apa saja yang dia lihat, meski Langit sudah diam tidak meladeninya. Membuat telinga nya berdengung seketika. Kenapa dirinya harus bertemu makhluk berisik seperti gadis itu?
Langit langsung menyimpan setumpukan buku itu, dimeja khusus untuk buku pinjaman kelas. Ia menoleh sebentar pada gadis yang tengah tersenyum cerah pada seorang guru Pustakawan sambil menulis di buku agenda pinjaman. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi yang cukup Langit yakini, bahwa wajah Bu Erna sang pustakawan tampak jengkel menghadapi gadis didepannya.
Langit melangkahkan kakinya keluar perpustakaan, tujuannya kini adalah ruangan OSIS. Dia pergi begitu saja,tanpa memperdulikan lagi gadis yang sudah cukup mengganggu nya hari ini. Sudah cukup hari ini,semoga besok tidak bertemu dengan gadis aneh itu lagi. Ya,semoga saja.
"Sudah selesai?"
"Sudah bu,kalo gitu Aya boleh pulang kan, Bu?" Bintang menyodorkan buku agenda itu pada bu Erna.
Bu erna menyeritkan alis, "Pulang?Jam pulang itu masih lama. Kamu mau bolos?"
Padahal maksud Bintang itu adalah pulang ke kelas,yang artinya kembali ke kelas. Bintang hanya sedikit keseleo saat menggunakan kata.
"Engga bu, Aya ga mungkin bolos," seru Bintang cepat sambil menggelengkan kepalanya.
Bagaimana bisa bintang bolos,jalan pulang saja tidak hapal. Jalan menuju ke kelasnya saja masih suka nyasar. Kalo ketahuan bolos, apalagi oleh abangnya, bisa-bisa bintang di gantung di pohon ceremai. Meski bintang tidak tahu pohon ceremai itu seperti apa. Tapi,itu tetap saja terdengar menyeramkan di telinga nya.
"Kalo lo kabur,gue gantung di pohon ceremai!" Bintang geleng-geleng kepala, ketika terbayang wajah seram dan perkataan tajam abangnya tadi pagi.
"Yasudah,sana kembali ke kelas," usir Bu Erna,lalu pustakawan itu membawa buku paket yang tadi dipinjam oleh kelas Bintang untuk di rapihkan kembali ke tempatnya.
Bintang mengangguk. "Ayo kakak gan-" ia menoleh, tapi cowok jangkung itu justru tidak ada di belakangnya. "Loh,hilang lagi?" herannya.
Bintang langsung melangkah lebar keluar perpustakaan, berharap pria itu masih belum jauh. Ia melihat kekanan-kiri, namun nihil, gadis itu tidak menemukan tanda kakak ganteng-nya ada disekitar sana.
Bintang menghela nafas,"Kalo gitu Aya pulang ke kelas,deh."
Sedangkan di ruangan OSIS, Langit yang baru saja datang pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada diruangan itu.
"Langit, karena kamu juga sudah datang. jadi, saya langsung bicara ke intinya saja,ya?" ucap Pak Yuda selaku Kepala Organisasi.
Semua orang mengangguk begitu juga dengan Langit yang sudah duduk di samping Danish. Mungkin,ada tujuh orang termasuk pak Yuda di ruangan itu,mereka adalah perwakilan dari beberapa kelas yang ikut sebagai anggota OSIS.
"Langit, berdasarkan hasil pemungutan suara kemarin. Kamu tau kan,kalau kamu terpilih menjadi ketua OSIS baru. Tapi,saya dengar dari rekan-rekan yang lain, kamu malah menolak. Jadi, bagaimana kamu menjelaskan alasannya dan apa keputusan kamu?" Tutur Pak Yuda menatap serius Langit.
Semua orang diruangan itu kini menatapnya, Langit sudah seperti disidang. Ah,memang benar dirinya kan tengah di sidang sekarang.
"Tidak ada alasan khusus, saya hanya tidak bisa membagi waktu antara berlatih Biola dan tugas sebagai Ketua. Jadi, saya akan tetap menyerahkan nya pada Danish," jelas Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Of Violin [ON GOING]
RandomLangit Aksanu Rendra, pria berwajah tampan dengan sifatnya yang dingin dan datar. Pria yang di kenal sebagai seorang yang terobsesi dengan Violin. Namun, Dibalik wajah datarnya tidak ada siapapun yang tau apa yang sebenarnya tengah ia rasakan. Kemu...