___
Akhirnya Langit sampai di depan gerbang rumah Saga, yang mana itu juga rumah gadis yang kini duduk di belakang jok motornya.
Langit mematikan mesin motornya, dan menunggu gadis itu turun.Refleks, tangan Langit terulur ke samping. Menjadi penyanggah untuk memudahkan gadis itu turun dari motornya. Entah bagaimana datangnya perasaan refleks itu, sepertinya semenjak kejadian dimana ia melihat gadis itu menangis kencang di lorong waktu itu.
Setelah turun dari motor milik Langit, Bintang lebih dulu memberikan tas milik cowok itu karena tangan nya kesusahan untuk membuka helm.
"Ih kak Lang, ini gimana sih! Kok susah." Bintang masih terus berusaha membuka helm yang masih terpasang di kepalanya.
Langit mendengus, ia menarik ujung tali tas Bintang agar gadis itu lebih mendekat ke arah nya. Dengan gampang nya Langit membuka Chinstrap pada helm yang dipakai Bintang. Langit heran, apa sih yang bisa gadis itu lakukan, selain merepotkan tentunya?
"Eh, Ada siapa ini?" suara lemah lembut itu berasal dari arah gerbang rumah di samping Langit kini.
Keduanya sontak menoleh, disana ada Nuri yang tengah tersenyum ke arah mereka. Di mana posisi mereka kini yang terbilang cukup aneh, Langit tengah memegang kedua sisi helm yang masih terpasang di kepala Bintang. Dan Bintang, gadis itu memegang kedua tangan Langit yang tengah berusaha membantunya untuk membuka helm yang masih terpasang di kepalanya.
Langit berdehem, dengan cepat menarik helm itu dari kepala Bintang setelah tadi terjeda oleh sapaan Nuri.
"Oh ... nak Langit ternyata. Tante kira siapa." Nuri berjalan mendekati keduanya.
Merasa tidak sopan jika ia berdiam diri di atas motor. Langit segera menurunkan standar motor nya, dan turun untuk menyalami bunda dari teman nya itu.
"Assalamu'alaikum, bunda." Bintang juga menyalami Nuri.
"Waalaikumsalam, tumben pulang nya telat?" tanya Nuri.
"Aya tadi nunggu bang Saga, tapi ternyata dia udah pulang duluan."
"Loh pantesan, Abang kamu ada tuh di dalem. Lagi tidur pules dia," tutur Nuri.
Bintang mengangguk, ia sudah yakin jika soal itu. Lalu, melirik Langit yang masih berdiri di samping motornya.
"Kak Lang, makasih banyak ya. Maaf, Aya ngerepotin," ucap Bintang dengan senyum manis menampilkan gigi kelincinya.
Ya! Lo ngerepotin dan ngabisin waktu gue! Langit sangat ingin bicara begitu, jika saja tidak ada Nuri di tengah-tengah mereka.
"Nak Langit, mampir dulu yuk? Bentar lagi magrib. Nanti pulang setelah magrib aja," ajak Nuri.
Langit terdiam sejenak, lalu mengangguk pasrah. Tidak apa-apa, hanya sampai setelah magrib. Lalu, setelah itu ia akan pulang.
Tanpa Nuri sadari, ada Bintang yang hatinya bergejolak senang.
Kini, Langit tengah duduk tenang di sofa depan TV didalam rumah Saga.
"Sebentar ya, Nak Langit. Tante panggilkan Sagara dulu biar di temani mengobrol," ucap Nuri setelah menyimpan teh hangat dan beberapa cemilan untuk Langit.
"Terimakasih banyak, Tante. Maaf, merepotkan."
Nuri hanya membalas dengan gelengan kepala dan senyum merekah.
Tak lama seseorang muncul dari samping Langit, membawa tiga buah buku dan kotak pensil di tangan nya. Gadis yang sudah berganti memakai piyama pink yang sama seperti saat bertemu di supermarket beberapa waktu lalu. Kemudian, gadis itu duduk lesehan di bawah dan di simpan nya buku itu di meja di depan Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Of Violin [ON GOING]
عشوائيLangit Aksanu Rendra, pria berwajah tampan dengan sifatnya yang dingin dan datar. Pria yang di kenal sebagai seorang yang terobsesi dengan Violin. Namun, Dibalik wajah datarnya tidak ada siapapun yang tau apa yang sebenarnya tengah ia rasakan. Kemu...