Bab 18: Awal Mula

122 53 39
                                    

___

Semenjak menjadi lebih dekat dengan Kanaya, Bintang selalu keluar kelas lebih awal dari biasanya. Mengekori Kanaya sampai kedepan gerbang sekolah. Lalu, berpisah disana karena cewek itu pulang menggunakan ojek di pangkalan dekat sekolah.

Dan, saat ini Bintang tengah menunggu jemputan sang Ayah. Sambil matanya tak pernah diam mencari keberadaan seseorang yang semenjak jam istirahat tidak terlihat batang hidungnya.

Mungkin, saat jam istirahat cowok itu sibuk berlatih biola di ruangan nya. Bintang tidak mencari keberadaan cowok itu karena kebetulan ia juga tengah bersama Kanaya saat itu, ia takut Langit tidak menyukai jika dirinya membawa orang lain kesana. Lebih tepatnya, meskipun lugu Bintang tau caranya menjaga privasi orang lain.

Dengan kaki kiri yang masih terbalut perban, sedangkan kaki kanannya memakai sepatu rapih. Bintang berdiri sambil menenteng kruk nya. Saat ini, gadis itu sudah menjadi pusat perhatian murid yang berlalu-lalang menuju keluar sekolah.

Mungkin, mereka berpikir 'apa ada yang salah dengan gadis itu?'

Meski sudah menjadi pusat perhatian, Bintang yang polos tidak merasakan keanehan apapun. Ia tetap percaya diri tersenyum lebar dan menyapa setiap orang yang melewatinya.

Tak lama, tiga motor besar mendekat kearah nya. Perasaan senang ketika menyadari sebuah motor yang berada di belakang motor Saga adalah milik seseorang yang tengah ia cari. Namun, saat motor itu mendekat senyuman Bintang luntur. Pemilik motor hitam itu ternyata membonceng seorang perempuan.

Saga yang baru membuka helmnya menyeritkan alis ketika melihat Bintang tidak memakai kruk nya.

"Kenapa kruk nya gak di pake?" tanya Saga.

"Kaki nya udah gak sakit kok," ujar Bintang.

Bintang menatap sekilas kearah Langit. Tidak ada sapaan, cowok itu hanya diam menatap kearahnya lewat helm full face nya. Meski yang terlihat hanya mata elang cowok itu, tapi Bintang selalu takjub dengan ketampanannya.

"Terus ngapain masih disini cil?" Bukan Saga yang bertanya, tapi cowok dengan baju berantakan yang membonceng di motor Saga. Itu adalah Arka.

Bintang menoleh pada Arka. "Aya lagi nunggu Ayah jemput, kak."

Saga yang mendengar itu kemudian merogoh saku celananya mengambil ponsel.

Sedangkan Bintang berlalu menatap Langit lagi. Kemudian, saat cewek yang dibonceng Langit membuka kaca helmnya, Bintang dapat melihat jelas wajah itu.

"Hai kak," Bintang tersenyum melambaikan tangannya pada cewek itu.

"Oh, hai!" sapa cewek itu dengan bibirnya yang sedikit terangkat keatas. Siapapun bisa melihat jika itu adalah senyuman penuh paksa, Bintang sekalipun.

"Kakak ini namanya siapa?" tanya Bintang.

"Kamu bisa baca kan? Nama Aku ada di name-tag." Cewek itu mendelik pada Bintang setelah menjawab pertanyaannya.

Bintang yang mendengar itu sedikit terkejut. Memang apa susahnya jika menyebutkan nama? Pikir Bintang.

Cewek itu kemudian memajukan sedikit badannya kedepan. Bintang membulatkan mata ketika melihat tangan cewek itu dengan mudahnya melingkar pada pinggang Langit.

"Lang, kita duluan aja. Kamu masih ada jadwal latihan, kan?" ucap Tantri dengan suara lantang seolah sengaja agar semua orang disekitar mendengar nya.

Langit melepaskan tangan Tantri yang melingkar di pinggangnya dengan kasar. Tatapan Langit seketika berubah menjadi lebih tajam dari biasanya tanpa ada yang menyadari.

Rhythm Of Violin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang