Bab 17: Rasa benci

166 67 59
                                    

___

Ruang kelas yang ricuh sambil menunggu bel masuk berbunyi sudah menjadi hal yang normal. Berbagi kegiatan mereka lakukan, dari mengobrol, ada yang sibuk berpacaran, ada yang tengah adu mulut dengan si bendahara dan hal lainnya yang pastinya heboh.

Sementara di meja pojok jajaran pintu, di isi dengan ke tiga cowok populer dengan predikat Most wanted sekolah. Mereka sebetulnya berempat, meski yang satunya berbeda kelas. Tapi bagaimanapun semua murid di SMA Widyatama tau jika keempat cowok itu tak pernah terpisahkan.

Kemudian suara terheboh dari yang heboh di kelas,terdengar nyaring dari tempat itu. Alasannya, karena kedatangan siswi cantik yang masih berpredikat sebagai murid baru di kelasnya, namun sudah disebut sebagai primadona sekolah. 

Dan, Suara nyaring itu siapa lagi jika bukan ulah seorang Arkana Daviandra yang suka menjadi pusat perhatian.

Cowok itu mulai mengeluarkan jurus pantun dua bait nya yang terkenal dengan nama paceh, alias pantun receh.

"Pergi ke kebun pulangnya bawa Kenari!"

"Cakep!" Mendapat dukungan dari Kavin teman sebangkunya yang sebelas duabelas dengan dirinya.

"Selamat datang neng Tantri!" ujar Arka sambil menaik turunkan alisnya pada Tantri yang hendak duduk di kursinya.

Cewek bername-tag Tantri Angelista H. itu tersenyum sekilas pada Arka, setelah menyimpan rapih tas nya ia berjalan kearah meja milik cowok yang tengah duduk tenang dengan buku ditangannya, dan earphone di telinganya.

Tok tok

Tantri mengetuk meja cowok itu, dan dengan begitu si cowok otomatis menoleh.

"Hai Lang!" sapa nya tak lupa dengan senyum merekah yang dibuatnya semanis mungkin.

Langit kemudian membuka earphone nya.

"Kenapa?"

"Boleh gak, kita bicara sebentar? Tapi, engga disini. Kamu mau kan?"

Yang di tanya melirik sekilas jam yang melingkar di tangannya, lalu berdiri dan berjalan keluar dari tempat duduknya.

Setelah sampai di luar kelas, hening melanda kolidor gedung itu. Semua murid kelas sebelas sudah masuk kedalam kelasnya masing-masing.

Disini, kini Langit berdiri. Memasukkan kedua tangan ke saku celananya. Dan menatap datar perempuan di depannya itu.

Tantri tersenyum, dan tertunduk malu ketika menyadari jika Langit menatapnya. Sudah Tantri bilang, jika Langit masih menyukainya seperti dulu. Tak akan ada yang bisa menggantikan posisinya di hati cowok itu. Lebih tepatnya, tidak boleh ada siapapun yang merebut posisinya di hati Langit.

"Lang, aku cuma mau ngasih tau kamu. Kalau aku bakal masuk klub biola kamu, gapapa kan? Aku tau kamu lebih nyaman kalau latihan sendiri. Tapi, aku mau lebih dekat sama kamu kaya dulu," ujar Tantri dan begitu antusias menunggu respon Langit padanya.

Cukup lama tak mendengar respon Langit, Tantri pun mengangkat kepalanya menatap cowok itu. Lalu, senyum yang semula merekah diwajahnya hilang.

Nyatanya, respon itu jauh berbeda dari apa yang sudah dibayangkan oleh Tantri. Cowok itu hanya diam namun bukan menatapnya. Melainkan menatap kearah gedung kelas sepuluh di sebrang sana. Dimana disana ada seorang gadis yang tengah menyapu lantai, dan gadis itu merupakan gadis yang kemarin di tolong oleh Langit.

Apa yang kini di lihat oleh Tantri, membuat amarah cemburu menguara dalam dirinya. Ia tak suka berbagi dan tak suka ada yang menyaingi. Apa yang ia inginkan harus menjadi miliknya, termasuk seorang Langit Aksanu Rendra sahabatnya sendiri. Tantri mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Langit. Ia datang kembali ke Indonesia hanya untuk bertemu lagi dengan Langit dan dekat lagi dengan cowok itu. Namun justru,  Langit kini tak pernah lagi menatapnya seperti dulu. Cowok itu berubah menjadi cuek dan selalu menatapnya dingin. Semua pasti gara-gara gadis bodoh itu!

Rhythm Of Violin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang