___
Mendadak saja suara keributan terdengar nyaring. Langit, Saga, Danish dan Arka menoleh ke asal sumber suara.
Mereka berempat ingin mengabaikannya dan kembali berbincang, namun kemudian suara rintihan nyaring yang familiar terdengar di telinga Langit dan Saga. Sontak, Saga lebih dulu berdiri dari duduknya dan berjalan cepat kearah kerumunan orang itu di ikuti oleh Langit, Danish dan juga Arka.
Rasa penasarannya langsung terjawab ketika Saga membelah kerumunan itu, dan terlihat seorang gadis yang terduduk sambil memegangi tangan kirinya dan meringis kesakitan.
Saga melotot dan langsung saja berjongkok, tapi kemudian suara bel istirahat berbunyi yang menandakan bahwa jam istirahat sudah selesai.
Perlahan semua orang yang mengerubungi Bintang terpencar. Dan kini hanya tinggal Langit dkk, Kanaya yang berjongkok di sisi kiri Bintang sambil membantu gadis itu mengangkat tangannya dan ada Tantri yang masih berdiri kaku di depan Bintang.
"M-maaf... Aku gak sengaja," ucap Tantri dengan nada ketakutan.
Saat Saga hendak membopong tubuh Bintang, tiba-tiba pundak nya di tepuk oleh seseorang.
"Biar gue aja, lo harus ke ruang guru," ucap Langit.
Saga menghela nafas. Benar, ia lupa jika harus pergi ke ruang guru setelah jam istirahat selesai untuk membicarakan tentang turnamen nya. Tapi di sisi lain, dirinya juga khawatir melihat tangan Bintang yang sudah memerah. Apalagi, kaki yang terluka gadis itu juga ikut tersiram oleh air panas.
Tanpa menunggu jawaban Saga, Langit mengangkat tubuh Bintang dengan gaya bridal style. Namun, sebelum Langit melangkahkan kaki, tangan nya di tahan oleh Tantri. Langit menoleh dan menatap wajah bersalah cewek itu, dengan tatapan datarnya seperti biasa.
"Lang, Aku ..."
"Gapapa, sana kembali ke kelas," ujar Langit memotong ucapan Tantri tanpa ekspresi. Lalu dirinya melangkah pergi membawa Bintang menuju UKS.
Setelah melihat Langit membawa Bintang, Saga mengikutinya dari belakang sambil membawa kruk milik gadis itu. Namun, dia hanya akan memastikan bahwa Bintang baik-baik saja di bawa oleh Langit sampai UKS, setelah itu ia akan pergi ke ruang guru dan mempercayakan Bintang kepada Langit.
"Heh batu, Lo jadi temen malah diem aja!" sarkas Arka pada Kanaya yang masih memperhatikan Langit membawa Bintang.
Kanaya mendelik, menatap tajam kakak kelas nya itu. Dirinya memang beberapa kali bertemu dengan Arka di sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Sejak pertama kali bertemu dan dirinya menolak mentah-mentah untuk berkenalan dengan cowok itu, disitulah Arka mulai memanggil dirinya dengan sebutan Batu. Entah apa maksud dan tujuannya, yang pasti menurut Naya cowok itu ...
"Gila!" ucap Kanaya, kemudian pergi meninggalkan kantin.
Arka melotot, "Anjir! Beraninya, sini lo!" ucap Arka sambil menunjuk-nunjuk kearah Kanaya yang sudah menjauh dari Kantin.
"Udahlah, Ka! Lo kaya bocah tau gak," sela Danish, menurunkan tangan Arka sambil menatapnya cowok itu malas.
"Anu ..." lirih Tantri.
Seketika Danish dan Arka lupa jika masih ada orang lain di sekitar mereka, dia adalah Tantri yang masih diam berdiri di tempatnya.
"Ayo balik ke kelas," ucap Danish setelah melirik sekilas Tantri. Saat ia melihat Arka akan mengucapkan sesuatu, dengan gerakan cepat Danish memenjarakan leher Arka dengan tangannya dan langsung menyeretnya pergi.
Sedangkan Tantri, masih terus memperhatikan jalan dimana tadi Langit membawa gadis asing itu pergi. Ada rasa kesal dalam dirinya, ia harus tau siapa cewek itu dan kenapa Langit sampai menawarkan diri untuk membawanya. Tantri diam-diam mengepalkan kedua tangannya, lalu berjalan pergi dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Of Violin [ON GOING]
RandomLangit Aksanu Rendra, pria berwajah tampan dengan sifatnya yang dingin dan datar. Pria yang di kenal sebagai seorang yang terobsesi dengan Violin. Namun, Dibalik wajah datarnya tidak ada siapapun yang tau apa yang sebenarnya tengah ia rasakan. Kemu...