___
"Em— maaf, kamu tau dimana Bagas?" Bintang menghentikan salah satu teman kelasnya yang kebetulan masih berada di sekitar kolidor.Setelah bel pulang berbunyi. Bintang bilang pada Kanaya, bahwa dirinya harus mencari keberadaan Bagas dulu sebelum pulang.
Sebab, tadi ia bersama cowok itu menitipkan sepedanya di bengkel. Bintang bisa saja pergi sendiri mengambil sepedanya di bengkel. Namun yang menjadi masalahnya, yang berbicara dan menitipkan sepedanya adalah Bagas. Cowok itu yang berbicara dengan pemilik bengkel nya.
"Dia tadi di ruangan guru, kayaknya. Tapi, gak tau juga sih. Coba aja kamu cari ke sana," jawab cewek itu.
Setelah mengucapkan terima kasih, Bintang segera berjalan menuju ruang guru. Gadis itu, berjinjit untuk mengintip kedalam ruangan guru lewat kaca di dekat pintu.
"Ngapain?"
Bintang mengerjat kaget sambil merapatkan kedua tangannya didada. Ia berbalik untuk melihat siapa orang yang sudah membuat jantung nya seakan lari dari tempatnya.
"Kak Lang?" Yang disapa justru diam menatapnya datar. "Kakak ngapain di sini?" tanya Bintang.
"Kalo di tanya itu jawab, jangan tanya balik." Langit menatap datar gadis didepannya. Lalu melirik jam yang melingkar ditangannya. Ini sudah lewat lima belas menit setelah bel pulang berbunyi. Dan gadis kecil ini masih berkeliaran di sekitar sekolah?
"Aya— lagi nyari Bagas." Bintang melirik ke kanan-kiri. Ia penasaran darimana Langit datang dan tiba-tiba saja berada di belakangnya. Lagipula, seharusnya Langit sudah pulang bersama cewek itu kan. Bintang sangat yakin bahwa ia tak salah membaca pesan yang dikirim oleh cowok itu sebelum bel pulang berbunyi.
"Oh." Langit memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Kakak tadi lihat Bagas?"
"Gak."
Bintang menyeritkan alis heran. Terus, cowok itu sedang apa di sekitar sini. Pasalnya, ruang guru itu jauh dari ruang latihan biola dan gedung kelas sebelas.
"Terus, kak Lang ngapain di sini?" tanya Bintang, sambil melirik kanan-kiri. Siapa tau cowok itu datang bersama cewek bernama Tantri itu.
"Kepo." Langit masih menatap datar gadis didepannya ini.
Mendengar jawaban Langit, gadis itu mendengus tanda tak puas dengan jawab yang di ucapkan Langit.
"Kakak kok nyebelin?" ucap Bintang disertai dengusan kecil.
Langit hanya membalas dengan lirikan sekilas. Kemudian, cowok itu beralih melihat kearah lapangan yang mulai gelap karena langit yang mendung.
"Kak Lang!"
Lamunan Langit seketika buyar karena suara gadis di depannya. Langit menatap datar gadis itu sambil mengangkat satu alisnya bertanya 'Apa?'
"Aya harus cari Bagas. Tolong bantuin Aya, dong!"
Langit mendengus. Yang punya urusan adalah gadis itu sendiri. Kenapa juga dirinya yang harus repot.
"Gak. Lo aja sendiri," ucap Langit. Lalu mulai melangkahkan kaki untuk meninggalkan gadis itu.
"Kak Lang! Nanti Aya ga bisa pulang!"
Mendengar itu Langit menghentikan langkahnya. Menoleh tanpa membalikkan badan. "Pulang bareng gue," putus Langit dengan nada datar nya yang khas.
"Terus kakak itu gimana?" tanya Bintang. "Masa boti, sih."
Langit membalikkan tubuhnya, menyeritkan alis menatap gadis yang tingginya hanya sebatas dada. "Boti?" tanya balik Langit. Kosakata baru kah? Terdengar aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Of Violin [ON GOING]
CasualeLangit Aksanu Rendra, pria berwajah tampan dengan sifatnya yang dingin dan datar. Pria yang di kenal sebagai seorang yang terobsesi dengan Violin. Namun, Dibalik wajah datarnya tidak ada siapapun yang tau apa yang sebenarnya tengah ia rasakan. Kemu...