Part 30

4K 163 0
                                    

"Papa mau ngomong apa sama Arthit?" Tanya Arthit kepada ayahnya. Di pagi menjelang siang itu, dia duduk diruang keluarga bersama dengan ayah dan kakaknya.

"Tapi Arthit harus janji kalo Arthit nggak akan marah sama Papa," ucap Andrew dengan nada lembut.

"Arthit Janji kok," anak itu segera menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking sang ayah.

Arsya memandang ayahnya dengan tatapan ragu. Tadi pagi saat tiba di mansion setelah liburan kemarin, ayahnya berkata bahwa akan mengatakan semuanya kepada sang adik.

Meskipun Arthit telah kehilangan ingatannya, namun dia mereka harus memberitahukan kebenaran kepada anak itu.

Mereka sudah berjanji untuk tidak menjahati bungsu mereka lagi bukan? Maka dari itu, Andrew memutuskan untuk tidak menjahati Arthit dengan membiarkan anak itu hidup dengan banyak kebohongan dari mereka berdua.

"Sebenarnya..." Andrew tampak ragu, dia takut jika anaknya akan membencinya setelah dia mengatakan nya.

Tapi tidak! Keputusannya sudah bulat.

Dia memandang lurus ke iris mata Arthit sambil membuang nafasnya dengan kasar, lalu meraih tangan sang putra dan mengelusnya dengan lembut.

"Papa sama kakak udah jahat sama Arthit..." Ucap Andrew membuat Arthit bingung.

"Jahat? Maksudnya?" Tanya Arthit yang tidak mengerti sama sekali.

Andrew kemudian menatapnya dalam-dalam dan menceritakan semuanya.

Iya, semuanya...

Mulai dari sejak dia mendapati istrinya terbunuh dengan Arthit yang menjadi tersangka, sampai dia mengasingkan anak itu dan sering memukulinya.

Bahkan saat-saat dia mengurung anak itu digudang pun, tidak dia lewatkan. Semua kejahatan mereka pada anak itu dimasa lalu, telah diceritakan semua olehnya tanpa ada yang dia lewatkan.

Tampak mata anak itu berkaca-kaca saat mendengar ucapan demi ucapan yang terlontar dari mulut ayahnya.

Terasa sakit yang mendalam dihatinya.

Bagaimana bisa ayah dan kakaknya yang saat ini sangat mencintai dirinya pernah sekejam itu padanya dulu?

Arsya datang dan merangkulnya, namun tangan pemuda itu segera ditepis oleh sang adik.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Arthit segera pergi darisana dan pergi menuju kedalam kamarnya, mengabaikan segala panggilan dari ayah dan kakaknya.

"Arthit..." Arsya hendak mengejar adiknya namun ditahan oleh sang ayah.

"Biarkan dia sendiri dulu, mungkin dia akan mengusirmu," ucap Andrew yang sudah paham jika putra bungsunya butuh waktu untuk merenung.

"Tapi Pa..."

"Sudahlah..." Andrew mengusap lembut air mata yang mulai keluar dari pelupuk mata putra sulungnya.









♛EXILED CHILD♛









Arsya kini berjalan menyusuri lorong mansionnya dilantai tiga, sembari membawa nampan makan malam untuk sang adik, yang tidak turun untuk makan malam bersama mereka.

Tadi siang Arthit turun makan bersama, namun tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tapi dia tidak turun untuk makan malam, hingga membuat Arsya pergi membawakan makan malam untuk sang adik.

Dia mengeluarkan kunci cadangan dari dalam sakunya ketika berada didepan kamar Arthit.

Ceklek!

Arsya membuka pintu, dan masuk ke dalam kamar sambil membawa sepiring makanan dan segelas susu itu.

Exiled Child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang