Part 24

6K 241 0
                                    

Terhitung sudah satu minggu Arthit tersadar dari koma nya, dan selama periode itu Andrew, dan Arsya sangat memperhatikannya.

Mereka bersyukur, karena setidaknya anak itu akhirnya bisa bangun lagi dan berkumpul bersama mereka setelah sepuluh bulan.

Mengingat, ada banyak yang bisa mengalami koma dalam kurun waktu satu tahun, atau bahkan bertahun-tahun.

Arthit juga sudah mulai berinteraksi dengan kedua orang yang mengaku sebagai keluarganya itu.

Tubuhnya juga masih lemas untuk bergerak lebih, hingga membuat anak itu hanya terus diam di tempat tidurnya.

Dia tidak tau apa-apa selain namanya adalah Arthit Vincenzo, dan kedua orang yang selama seminggu ini menemaninya adalah keluarganya.









♛ EXILED CHILD ♛









Kriek...

Arthit yang saat ini terbaring sendiri di bangsal nya sambil menatap langit-langit ruangan itu, seketika menolehkan kepalanya ke arah pintu yang terbuka.

Dia pikir itu adalah ayah, atau kakaknya. Atau dokter yang biasa memeriksanya, tapi ternyata bukan.

"Siapa?" Tanya Arthit dengan suara pelan kepada tiga orang yang saat ini berdiri di ambang pintu sambil tersenyum ke arahnya.

"Dia benar-benar tidak ingat kita?" Bisik Rino dengan nada pelan kepada kedua sahabatnya, namun masih bisa fi dengar oleh Arthit.

"Dia kan amnesia, goblok!" Joe menoyor kepala Rino dan membuat anak itu memandang sinis ke arahnya.

"Hai Thit..." Sapa Vino lembut sembari berjalan ke arah Arthit, dengan senyuman hangat yang tak pernah luntur dari bibir anak itu.

"Kalian siapa?" Tanya Arthit, dan membuat ketiga sahabatnya saling bertatapan.

"Kami sahabatmu. Aku Vino, ini Rino, dan yang itu Joe," ujar Vino sembari memperkenalkan diri mereka.

"Sahabat?"

Rino tersenyum kecil, "Tidak apa-apa jika tidak ingat. Dengan kamu yang bisa bangun dari koma pun kami sudah senang. Dan maaf, jika kami baru bisa datang sekarang," ucap Rino dengan senyuman, namun senyuman itu sedikit luntur kala melihat tatapan jengah yang di layang kan oleh Arthit kepada mereka.

Kenapa? Apa mereka salah bicara?
Itulah yang saat ini ada didalam benak mereka.

"Kenapa Arthit? Apa kami salah bicara?" Tanya Joe dengan nada hati-hati.

Arthit membuang nafasnya pelan, sebelum dia menggeleng ke arah ketiga orang yang mengaku sebagai sahabatnya itu.

Dia sebenarnya sudah jengah dengan kata MAAF. Semenjak dia sadar dari koma nya, kata yang sangat sering sekali dia dengar adalah kata maaf, maaf, dan maaf.

"Maaf jika kehadiran kami mengganggu, sebaiknya kita pergi saja dari sini," tutur Vino yang sedikit lirih. Dia berpikir, mungkin saja Arthit tidak suka dengan kehadiran mereka disana. Itulah sebabnya dia membuat ekspresi seperti itu.

"Tidak, bukan begitu..." Tutur Arthit yang menghentikan langkah mereka agar tidak pergi.

Ketiga sahabatnya pun berbalik, dan tersenyum ke arah Arthit.

Mereka duduk di samping bangsal anak itu, sembari mengajak Arthit mengobrol ringan.

Bahasa yang mereka gunakan juga sudah bukan lagi bahasa gaul yang sering mereka gunakan sehari-hari.

Exiled Child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang